Chapter 10

13.5K 1.1K 11
                                    

Chapter 10
Suku Pengendali udara

Untuk menuju ke suku pengendali udara jarak yang di tempuh sangat jauh. Keberadaan mereka terpisah dengan pulau-pula kerajaan Akai.

Pulau itu berada jauh ke arah utara dan pulau itu di selimuti oleh kabut-kabut tebal serta tebing-tebing batu yang menjulang menembus awan.

Kapal pun tiba menjelang pagi.
Bahkan saat kapal sudah berada di kawasan perairannya kabut-kabut dengan tebal menyambut Yui dan rombongan sebelum kapal berlabuh.

Untung saja beberapa pengendali udara telah menunggu kami di dekat perairan dan menuntun kami mendekat ke dermaga.

Belum juga kapal menurunkan jangkarnya. Seseorang dengan pakaian berwarna putih datang ke atas dek kapal dengan menggunakan kekuatannya.

“Halo, Putri,” sapanya pada Yui.

“ Ah, ya. Halo,” sahut Yui.

“Kenalkan aku Minjae putra kepala suku pengendali udara,” ujarnya dengan sedikit membungkuk pada Yui

“ Oh, ya? Senang bertemu denganmu Minjae,” balas Yui dengan tersenyum

“Kemarilah, aku akan membawamu langsung ke istana kami. Biarlah nanti para dayangmu akan mengikutimu nanti,” seru minjae dengan tersenyum.

Belum juga sempat menjawab ucapan Minjae. Tubuh Yui sudah di dekap dengan kuat oleh Minje. Dipeluknya pinggul Yui dengan rapat ke tubuhnya

“ Berpeganglah dengan kuat, jika tidak ingin jatuh,” ucapnya dengan langsung melesat ke arah langit. Mungkin seperti terlihat terbang bersama Yui.

Semua orang terkejut dengan sikap Minjae yang begitu ceplas-ceplos. Mereka di buat bingung akan sambutan tersebut.

Tak lama para rombongan Yui pun menurunkan jangkar kapal dan segera turun mengikuti salah seorang suku pengendali udara yang di tugaskan pada mereka.

“Minjae, ini  sangat indah,” seru Yui dengan takjub. Ia bisa melihat pemandangan negri suku pengendali udara dari atas udara.

“Jika kau memilihku, akan kupastikan kau akan selalu melihat ini setiap hari,” serunya dengan manis. “Lihat itu istana suku pengendali udara,” tunjuk Minjae.

Sebuah bangunan yang di bangun di antara tebing-tebing tinggi terlihat sangat megah di tambah kabut yang menghiasi di sekelilingnya. Seakan –akan istana itu berada di atas awan.

Minjae pun membawa turun Yui di dalam istana itu dengan perlahan-lahan hingga kaki keduanya menyentuh tanah.

“Aku harap kau menikmati perjalanan ini,” seru Minjae

“Tentu saja, aku sangat menyukainya ini pengalaman pertama bagiku," jawab Yui dengan senang

"Baiklah, ayo! Aku akan membawamu bertemu keluargaku dan para tetua.” Tarik Minjae pada tangan Yui. Yui hanya mengikutinya.

Menurut Yui, Minjae orangnya sangat akrab padanya padahal ini pertama kalinya Yui bertemu dengannya. Yui tidak merasa takut saat Minjae mengajaknya pergi.

Minjae membawanya bertemu dengan para tetua suku dan keluarganya. Mereka berbincang-bincang kemudian dan di lanjutkan dengan makan siang bersama.

Setelah makan siang Minjae mengantar Yui ke kamarnya. Bahkan saat perjalanan menuju kamarnya. Yui masih tetap takjub dengan keindahan alam suku pengendali udara.

"Lihatlah ini kamarmu,” ujar Minjae, “aku sengaja menyediakan kamar ini untukmu Putri Yui,” sambung Minjae

“Terima kasih Minjae, ini sangat indah,” jawab Yui dengan kagum

“Oh,ya. Bolehkah aku memanggilmu dengan Yui saja?” tanya minjae dengan hati-hati.

“Tentu saja, jika kau nyaman dengan memanggilku seperti itu,” jawab Yui santai.

“Makasih Putri, ah maksudku Yui,” ujar Minjae dengan semangat.

Hari pertamanya, Yui menghabiskan waktu di istana Suku pengendali udara. Rupanya Dayang Mio dengan yang lainnya telah tiba saat makan siang sebelumnya.

Keesokan harinya, Yui bangun pagi-pagi sekali dan berjalan ke arah balkon di kamarnya. Betapa terkejutnya Yui melihat pemandangan matahari terbit di balkonnya.

“Ini sangat indah,” gumam Yui.

Tak lama kemudian Dayang Mio menghampiri Yui dan membantu mempersiapkan penampilannya.

Sebab hari kedua ini ia akan berjalan bersama dengan Minjae menyapa penduduk suku pengendali udara. Karena kemarin Yui tak sempai menyapa mereka.

Minjae membawa Yui ke pusat desa. Di mana semua penduduk melakukan akfitasnya di situ. Yui pun meminta untuk di bawah ke pasar. Ia ingin melihat suasana pasar suku pengendali udara dan melihat interaksi antara penjual dan pembeli.

Yui pun melangkah masuk kedalam toko pakaian wanita. Di situ banyak sekali kain-kain bewarna-warni yang sangat cantik. Dan beberapa aksesoris yang terlihat cantik. Yui melihat-lihat
sebentar dan berjalan keluar.

“Kain-kain di sini sangat indah,” seru Yui.

“Benarkah? Soalnya kami membuatnya dengan sutra terbaik
yang kami punya,” ujar Minjae

“Wauw, mungkin aku akan memesan sebuah baju nanti dari sini,” ujar Yui.

Minjae pun mengajak Yui ke tempat-tempat menarik yang belum pernah di lihat Yui. Tapi yang paling berkesan saat Minjae membawa Yui pergi melihat monyet-monyet gunung yang lucu-lucu.

“Ohhh, ini sangat manis Minjae," celutuk Yui. “Aku ingin memeliharanya,” sambung Yui

“Heheh, itu tak bisa Putri. Monyet-monyet ini hanya bisa hidup di alam seperti ini. Jika di bawa keluar mereka akan mati karena tidak bisa beradaptasi.”

“Oh, sayang sekali.”

“Oh,ya Minjae. Aku ingin kau mengajarkan mengendalikan udara. Aku sudah meminta kepada Joon serta Jaeha untuk mengajariku sebelumnya.”

“Mm, benarkah? Kalau begitu aku juga akan mengajarimu kalau begitu.”

“Yeyy, makasih ya Minjae,” seru Yui seraya menggengam kedua tangan Minjae sambil tersenyum lebar.

The Legend Of Princess (End) /RevisiWhere stories live. Discover now