2.3

193K 13.3K 415
                                    

Della bersenandung ringan kala melewati koridor menuju kelasnya. Bertemu dengan fatih semalam benar-benar membuat ia semangat ketika terbangun.

Beberapa siswa melempar tatapan beranekaragam melihat della, mungkin merasa asing. Tak jauh dari tempatnya berdiri, della bisa melihat fatih yang duduk selonjoran didepan kelasnya. Della berlari ringan lalu tanpa beban duduk disamping fatih.

Fatih menoleh sejenak lalu bersikap acuh. Tidak melihat penolakan dari fatih membuat della tersenyum. Siswa yang lewat dihadapan della dan fatih memberikan tatapan ngeri.

Della mengeluarkan kotak bekalnya, "fatih, gue bawa bekel nih." della menepuk-nepuk paha fatih.

Fatih yang tadi mencoba memejamkan matanya kini menoleh pada della dengan tatapan tajam.

Della meringis, nyalinya menciut seketika. "Ehh iya-iya jangan marah jangan marah. Gue cuma mau ngasihin nih, gue bawa dua."

Tanpa ba bi bu, fatih menarik kotak bekal yang disodorkan oleh della. Della terperangah, semangatnya kini kembali lagi. Tidak hanya bekal, della juga membawakan fatih air mineral, ia meletakkannya di lantai.

Fatih mulai menikmati makanan dari della, raut wajahnya tidak menunjukan perubahan, tetap datar. Pekikan cukup keras terdengar, ada siswa yang bahkan terang-terangan memotret keduanya. Karena merasa risi dan bel masuk masih lama, fatih menutup kotak bekalnya, meraih air mineral lalu menarik della menuju rooftop.

Rasanya della ingin melompat-lompat ketika berada di rooftop. Ia merindukan tempat ini. Fatih melepaskan pegangannya dan melanjutkan makanannya setelah duduk disofa.

Sofa itu tetap tak berubah, bahkan posisinya sekalipun.

Della duduk lesehan, ia membiarkan fatih duduk sendirian di sofa. Fatih mengernyit lalu mengangkat bahu tak acuh.

"Sorry ya kalo rasanya aneh."

Hening. Mengakhiri sarapannya dengan meminum air dari della, fatih bangkit. "Thanks. Enak kok." lalu berlalu begitu saja.

Della memegang dadanya, jantungnya! Jantungnya berdegup dengan sangat kencang. Della kini duduk disofa, meraih kotak bekal yang ditinggal fatih kemudian ia masukan kedalam tas nya yang dari tadi Setia berada di pundaknya.

Menghela nafas, della menyandarkan tubuhnya disofa. Ia menatap matahari pagi yang mulai terbit. Della rindu tempat ini.

"Lo siapa?"

Dengan kecepatan kilat della bangkit dan menoleh.

Deg.

Itu teman-teman nya. Ada feli juga disana. Della terdiam, bayangan temannya dimasa lalu membuat dadanya terasa perih. Ia masih ingat lontaran kata kasar yang mereka lemparkan.

"Woy ditanya tuh jawab, punya mulut kan?" della tentu tau siapa yang bertanya barusan, itu Bella.

"E-eh itu, tadi gue ditarik fatih terus ditinggal gitu aja. S-sorry." jawab della tergagap.

Mendengar kata fatih membuat mereka menyengir kompak. Mata della seketika memanas. Jujur, bohong kalau ia tak merindukan teman-teman nya.

"Oalah si fatih, pantes. Ehh bentar muka lo kayak ngga asing." dengan raut bersahabat killa berjalan kearah della.

Della dan feli menegang, dalam hati della komat kamit, tidak-tidak, jangan sekarang. Setelah tiba disampingnya killa menjentikkan jarinya, "ohh ini mah yang lagi heboh di grup angkatan."

Sindi ikut melebarkan matanya, "oh iya iya, lo nadine kan? Sumpah, lo anak baru yang katanya berani sama fatih itu kan?"

Diam-diam della menghela nafas lega, begitu juga feli. Della tersenyum canggung, "iyakah?"

Never be aloneWhere stories live. Discover now