2.5

190K 12.7K 532
                                    

Dilla melangkah dengan berat menuju kelasnya. Kejadian beberapa bulan lalu membuat hidupnya terasa lebih berat. Dilla dijauhi oleh semuanya. Dilla duduk sendiri saat ini, semua tak ada yang sudi dekat dilla, seolah dilla adalah hama yang wajib di basmi.

Seperti ini kah rasanya menjadi della yang dulu? Dilla berusaha menjalani dengan tabah, tak banyak yang bisa ia lakukan selain memperbaiki dirinya. Dia juga tak butuh rasa iba, anggap saja posisinya saat ini adalah masanya menebus dosa.

Dilla menyumpal telinganya dengan earphone, berusaha meredam suara cacian yang terus masuk ke telinganya. "Maaf del." lirih dilla sebelum jatuh tertidur.

Seseorang memperhatikan nya. Kevin. Ia sebenarnya tak pergi meninggalkan dilla begitu saja. Bahkan ia masih memperhatikan dilla saat ia berbicara dengan nadine. Kevin berjalan mendekat, ia mengisyaratkan agar teman sekelas dilla untuk diam.

Kevin mengelus rambut dilla dengan lembut, ia mengarahkan mulutnya ke arah telinga dilla. "Sorry dil." setelah itu kevin berjalan menjauh.

°°°

Della berjalan kearah kelas, dari luar, kelas tampak sepi, sepertinya guru mata pelajaran sudah masuk ke kelas. Tadi setelah berbicara dengan dilla bukannya kembali ia malah menyimpang ke arah kantin. Jiwa nakalnya sedikit tumbuh.

Mengetuk pintu, dengan wajah tanpa dosanya della menghampiri bu anggi. Guru matematika nya.

"Nadine?" tanya bu anggi.

Della berjalan mendekat lalu menyalimi tangan bu anggi. "Saya bu, maaf terlambat tadi abis dari toilet."

Bu anggi mengangguk percaya lalu memerintahkan della ke tempatnya.

"Gue tau lo bohong." celetuk fatih, matanya fokus memperhatikan bu anggi yang tengah menulis di papan tulis.

Della yang tengah mengeluarkan catatannya tersenyum lebar. "Nah pinter"

Fatih meletakkan bukunya dan menoleh ke arah della. Della yang merasa diperhatikan mengangkat kedua alisnya. "Kenapa?"

"Tukeran"

Della memerhatikan raut wajah fatih yang terlihat lesu akhirnya della menggembungkan pipinya. "Iya-iya."

Fatih terlelap setelah berhasil bertukar posisi dengan della. Della menunduk, matanya tak sengaja melihat buku catatan fatih. Terlihat lengkap dan della menemukan tulisan di ujung buku milik fatih. 'Rindu', della tak tau apakah itu untuknya atau bukan, tapi della merasa kedua pipinya menghangat.

Ketika bu anggi mulai menjelaskan della mengangkat kepalanya kembali, ia memusatkan perhatiannya pada bu anggi, sesekali ia mencatat point penting yang tengah dijelaskan.

Waktu terus berlalu dan tanpa lelah bu anggi masih Setia menjelaskan materi sambil berdiskusi. Sesekali della menguap, penat juga jika belajar terlalu lama. Ia melirik jam yang bertengger di tangannya. Kurang dari lima menit lagi bel akan berbunyi.

Bu anggi menghentikan celotehannya, ia kembali ke meja guru dan membawa perlengkapan nya. "Sekian kelas hari ini, sampai jumpa minggu depan."

"Terimakasih bu." teriak semua siswa dalam kelas.

Della ikut meletakkan kepalanya disamping fatih. Saat ini bisa dibilang posisi mereka seperti tengah berhadapan. Mata della juga terlihat sayu, mungkin ia memaksa otaknya untuk bekerja sangat keras dalam pelajaran matematika.

Damar, ketua kelas XI IPA 1 berlari masuk kedalam kelas. Raut wajahnya tampak cerah, dan della yakin ia tengah membawa kabar baik saat ini. "Woy jamkos ya sampe istirahat kedua, gurunya rapat untuk kegiatan tahunan."

Never be aloneWhere stories live. Discover now