2.19

138K 11.4K 1.1K
                                    

Della duduk dengan dramatisnya disebelah feli. Berulang kali ia menghembuskan nafas berat, berhasil menarik perhatian feli yang tengah menonton film.

"Kenapa si?" celetuk feli sambil menyuapkan kripik kentang yang berada didalam toples ke mulutnya.

Della mengacak rambut frustasi, "huhuuu gue bingung harus bongkar identitas dengan cara kayak gimana?"

"Gimana-gimana?" feli tampak tertarik dengan cerita della.

"Gue udah mutusin buat ngasih tau kalo gue della ke fatih. Tapi gue bingung caranya gimana."

Feli mengangguk mengerti, ia memutar tubuhnya menghadap della. Tangannya mendekap bantal, "yaudah sih, lo tinggal bilang aja. 'Eh tih, sebenarnya gue della.', gitu aja ribet."

Della meraih bantal dalam dekapan feli lalu memukulnya ke wajah feli tanpa perasaan.

"Saran lo ngga ngebantu malih, tau ah gue pusing." dengan langkah gontai della berjalan menuju kamarnya. Rasanya jantungnya mau copot setelah menghubungi fatih sebagai della tadi.

Satu nama yang terbesit dalam benak della sekarang, Kevin. Tak lama della tersenyum cerah, ia harus balas dendam pada viona. Della merogoh ponselnya. Ia menghubungi kevin, tepat di dering ketiga Kevin mengangkatnya.

'Halo?'

"Kak, sini dong. Della lagi bingung nih."

'Kesini kemana della? Mana kakak tau kamu ada dimana.'

Della menepuk keningnya, "oh iya, maksud della sini ke apartemen. Della mau curhat nih."

'Yaudah, kakak kesana. Mau dibeliin apa?'

"Donat sama coklat."

'Oke.'

Kevin mengakhiri panggilan. Della bergegas mengganti bajunya dengan pakaian santai. Ia memakai sendal berbulu yang dibelikan oleh rifki sewaktu berjalan-jalan bersama haris, feli dan viona.

Ah omong-omong haris dan rifki, della jadi rindu keduanya. Mungkin nanti della akan menghubungi keduanya. Selama menunggu kevin, della hanya memainkan ponselnya. Hingga tiga puluh menit kemudian, bel apartemennya berbunyi.

Della melesat keluar dari kamarnya, ia menemukan kevin dan feli yang tengah berbincang ringan. Melihat kedatangan della, feli meninggalkan keduanya ke kamar.

Della membawa makanan dari kevin ke dapur, ia berniat membuat minuman untuk kevin. Setelah dua gelas siap dihidangkan, kantong plastik yang dibawa kevin menarik perhatian.

Buah anggur? Perasaan della hanya minta donat dan coklat. Senyumnya mengembang, della tau, anggur adalah buah kesukaan viona.

Della meletakkan dua gelas minuman untuknya dan Kevin. Tanpa basa-basi della duduk di samping Kevin, ia bersandar dipundak Kevin lalu memeluknya dari samping. Hangat, sangat hangat. Sebenarnya kevin terkejut dengan perlakuan della, namun ia tak bisa menyembunyikan rasa senangnya.

Tangan Kevin terangkat, ia mengusap rambut della dengan lembut. "Kenapa?"

"Bingung kak,"

"Bingung kenapa sih, hm?"

"Aku mau bongkar identitas didepan fatih, nanti dia marah ngga ya?"

Kevin yang mengerti arah pembicaraan della tersenyum. Ia menjawil hidung della dengan rasa gemas.

"Kakak yakin, kalau fatih tau kamu itu della, gimanapun caranya dia akan senang. Marah ngga, mungkin lebih ke bingung."

Della mengangguk. Kevin ada benarnya sih. "Tapi gimana ya?"

Never be aloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang