2.24

136K 10K 996
                                    

Setelah menghabiskan dua jam di dalam teater, saat ini fatih dan della terdampar di warung pinggir jalan. Keduanya menikmati sosis bakar yang masih panas di temani dua gelas es teh manis.

Ketika della sibuk membahas drama musikal yang disaksikan keduanya, fatih hanya manggut-manggut. Bukannya tidak tertarik, fatih terlalu menyukai sosis yang tengah ia nikmati.

"Tih?"

Fatih hanya mengangguk. Della berdecak, ia menatap fatih dengan mata menyipit.

"Otak lo ketinggalan ya?"

Lagi-lagi fatih mengangguk. Della menoyor kepala fatih tanpa perasaan.

"Sumpah ya, lo hari ini mancing gue ngomong kasar mulu. Gue dari tadi ngomong kesana kesini lo cuma ngangguk doang,"

Fatih membuang tusukan sosisnya lalu berdiri. Ia mengulurkan tangannya pada della, della hanya menatap uluran tangan dengan tatapan bingung.

"Udah ayo." paksa fatih.

Della menghela nafas, ia meminum es nya terlebih dahulu baru menyambut uluran tangan fatih. Lama-lama deket fatih bisa darah tinggi, selain itu makin numpuk dosa.

°°°

"Ngapain ke sini?" bukannya terpukau della malah mengajukan pertanyaan saking jengkel nya ia pada fatih.

Fatih tersenyum kecil, ia meraih kedua tangan della, keduanya saat ini  tengah berhadapan.

"Sebenarnya gue udah lama mikirin ini. Gue mikir tempat yang pantes atau setidaknya agak romantis lah tapi gue rasa disini aja udah cukup. Gue ngga mau basa-basi del."

Fatih mengumpulkan keberaniannya.

"Mungkin tanpa gue bilang, lo pasti udah tau. Gue tau ini terkesan ngga tau diri setelah hal-hal yang gue lakuin dulu sama lo. Gue takut sebenarnya, tapi gue ngga mau jadi pengecut. Jadi, gue putusin buat ngelakuinnya hari ini. Del, terlepas dari kata-kata kejam yang gue ucapin dulu. Gue sayang sama lo del. Lo satu-satunya cewe yang bisa buat gue kayak orang gila."

"Lo mau jadi pacar gue?"

Della bungkam. Matanya berkaca-kaca, ia bingung. Tidak menyangka akan secepat ini. Della melepas genggaman tangan fatih yang sontak membuat fatih menunduk.

Della mundur selangkah. Bayangan masa lalu kembali menghantuinya. Della kira akan semudah yang ia bayangkan, namun nyatanya tidak. Della belum sanggup menerima fatih kembali.

"Bisa anter gue pulang sekarang?" pinta della tanpa menatap fatih.

Fatih mengangkat kepalanya. Lalu ia mengangguk mengerti,

"Oke, gue tau lo belum bisa terima gue-"

"Anter gue pulang sekarang, atau gue naik taksi aja." della memotong ucapan fatih dengan cepat lalu berjalan mendahului fatih.

Fatih menahan tangan della. "Iya, ayo gue anter pulang."

Della lagi-lagi melepas tangan fatih dan berjalan dengan di depan. Ia enggan menatap fatih.

°°°

Tiba di parkiran apartemen, della buru-buru turun.

"Del," fatih menyusul della.

Della menghentikan langkahnya tanpa menoleh.

"Gue tau mungkin lo belum bisa nerima gue, tapi gue harap lo sama gue ngga harus canggung ya?"

Lagi-lagi tanpa menjawab della melanjutkan langkahnya. Baru beberapa langkah, della berbalik, berlari ke arah fatih yang tengah berjalan menuju mobil dan memeluk fatih dari belakang dengan erat.

"Gue maafin lo. Gue mau jadi pacar lo." jawab della akhirnya.

Fatih yang terkejut memejamkan matanya, menghela nafas lega. Fatih berbalik lalu memeluk della.

"Makasih del."

Della mengangguk lalu mengeratkan pelukannya.

°°°

"Della."

Tanpa mengetuk pintu, feli masuk ke dalam kamar della. Ia baru melihat email dan membaca pesan dari della.

Melihat della yang tengah terlentang di kasur, ia menghampiri della dan duduk di kasur.

"Lo seriusan?"

"Apa?" della mengubah posisi tidurnya menjadi duduk.

"Mau ngaku ke anak-anak?"

"Sejak kapan lo punya anak?"

Feli menarik bantal, bersiap memukul della.

"Iya-iya ampun, serius lah." Tawa renyah della terdengar.

"Lo gapapa emang?" feli memangku bantal, ia bertanya dengan nada khawatir.

Della tersenyum tulus. Ia menggeleng pelan.

"Gue baik-baik aja kok."

"Tapi mereka udah kelewatan sama lo del,"

"Gue tau, mereka juga tau. Ini semua cuma tentang waktu. Kalau gue mau memperbaiki semuanya, gue harus ikut andil. Dan gue rasa, waktu gue untuk hukum mereka udah cukup. Gue ngga bohong kok, gue emang masih marah, tapi gue cuma mau jadiin ini pelajaran."

Feli segera memeluk della, "gue bangga sama lo del."

Della membalas pelukan feli lalu melepasnya. Dengan tega ia mendorong-dorong pundak feli, "udah sana keluar, gue mau jadi bucin dulu."

"Dasar bucin." feli melangkah keluar dari kamar della.

"Oh iya fel."

Feli yang baru saja hendak menutup pintu kamar della menghentikan langkahnya, ia menatap della.

"Gue rasa, walau gue bisa maafin mereka. Mungkin, persahabatan gue sama mereka udah berakhir. Gue harap lo ngga marah, karna setelah ini, gue cuma mau hidup sama orang-orang yang selalu percaya sama gue, termasuk lo, viona, kak Kevin dan fatih. Untuk urusan dilla dan orang tua, mungkin gue akan bongkar identitas gue, tapi ngga dengan kembali pulang. Gue tau gue kedengaran ngga konsisten, tapi gue ngga sanggup. Lo faham kan?"

Feli mengangguk lalu menutup rapat pintu kamar della.

Feli tidak marah atau menentang keputusan della sedikitpun. Yang akan ia lakukan saat ini dan seterusnya hanya mendukung dan mengingatkan della jika della berlebihan. Selebihnya, della yang memiliki hidupnya.

Yang feli, viona, bang iki dan om haris ingin saat melindungi della adalah della menjalani hidupnya dengan baik dan bahagia.

°°°

Deg-degan ngga pas della nolak fatih? Cepet kan ini? Wkwk

Kalau ada yang ngga nyambung dari cerita ini, drop komentar disini. Jelasin yaa, karna aku juga ngerasa aneh sendiri waktu ngetik hehe.

Tenang aja, aku pasti revisi dan terima saran kalian.

Untuk pembaca secret, sabar sedikit karna aku ngerubah alur lagi wkwk
Aku ngga tau kenapa seneng banget rubah alur, padahal ujung-ujungnya aku yang pusing wkwk

Aku mau ingetin lagi, grup chat kali ini di line ya sayang, jadi maaf kalau ada yang chat di wa ngga aku bales. Yang di line juga belum aku bales beberapa:')

Udah gitu aja, see you next part 💜

Id line : Chelseakarina

Chelseakarina

Kamis, 27/06/19

Never be aloneWhere stories live. Discover now