2.10

194K 12.8K 1.3K
                                    

Della menarik kupluk hoodie yang ia kenakan. Saat ini ia menunggu fatih yang tengah mengambil motornya diparkiran. Seperti yang fatih bilang sebelumnya, ia mengajak della pergi menemaninya bermain basket.

Sebelumnya della sudah mengganti seragamnya dengan kaos biasa yang ia balut dengan hoodie berwarna hijau army. Matanya menatap lalu lalang siswa, beberapa menyapanya dengan ramah.

Fatih menghentikan motor didepan della. Ia menyodorkan helm, della menerimanya dan naik ke motor tanpa banyak berbicara.

"Disana rame ngga?" tanya della ketika motor fatih mulai melesat di jalan Raya.

"Ngga terlalu."

"Lawan anak HB juga?" tanya della sekali lagi.

"Bukan, anak sebelah. Akrab sih sama kita."

Della mengangguk dan membungkam mulutnya, ia menghela nafas, menatap gedung, jalanan, atau apapun yang menarik baginya.

Motor yang dikendarai fatih berhenti disebuah tempat yang tentu saja della ketahui. Ini adalah tempat dimana fatih sering berlatih basket dengan teman-teman nya.

Tanpa mengajak della, fatih masuk begitu saja, della dengan cepat menyeimbangkan langkahnya dengan fatih. Siulan terdengar saat della dan fatih memasuki ruangan indoor tersebut. Fatih tidak menghiraukan, ia berlaku begitu saja untuk mengganti pakaiannya.

"Hai, nadine ya?" tanya salah satu diantara mereka. Della tampak asing, ia hanya tersenyum sopan dan mengangguk.

"Pinter ya si fatih nyari cewe."

Mereka tertawa, della hanya meremat tangannya, ia merasa sangat canggung saat ini. Tak lama dari pintu masuk, ada gerombolan anak lelaki yang sudah memakai pakaian basket. Della tidak mengenal satupun diantara mereka.

Seseorang mendekat, "dia lawan angkatan gue hari ini. Itu ketuanya, bang Aldo. Kita sama geng mereka temenan baik kok" bisik salah satu teman fatih.

Della berjengit kaget lalu kembali menatap ke arah orang yang dimaksud oleh teman fatih. Aldo. Memiliki paras rupawan, rahang kokoh dan mata yang tajam. Masih jauh dibawah fatih menurut della.

Mereka berjalan mendekat, melakukan tos ala lelaki dan berbincang selayaknya teman. Tak Aldo mendekat ke arah della. Ia menatap della dengan mata tajamnya. "Nadine?"

"Eh?" della menggaruk tengkuknya yang tak gatal, lalu mengangguk.

"Ohh lo toh yang lagi rame di grup. Pinter ya fatih, btw gue Aldo. Lo bisa panggil gue bang Aldo." Aldo mengulurkan tangannya.

Della tersenyum dan membalas uluran tangan Aldo. "Nadine."

Aldo mengangguk puas, ia mendekat ke arah fatih yang sudah memakai pakaian basketnya dan berbincang. Mata della mengerjap pelan. Sejak kapan fatih ada disini?

Fatih tampak akrab dengan aldo. Fatih berjalan mendekat ke arah della, ia melempar tasnya, untung della dengan sigap menerima lemparan tas dari fatih. Fatih tak meminta maaf, ia malah berdiri disamping della. "Woy sini."

Teman fatih langsung berdiri membentuk lingkaran. "Nih nad, kenalin temen gue. Di samping lo Andri, yang tadi bisikin lo. Terus rangga, yogi, putra, davin, leon, fikri sama iyan." fatih menunjuk teman sesuai dengan nama mereka.

Della menatap mereka satu-satu dan mencoba mengingatnya. Lalu ia tersenyum sopan ke arah mereka. "Halo semua, gue nadine. Senang ketemu kalian, semoga kita bisa temenan ya."

Riuh sautan teman fatih membuat della semakin mengembangkan senyumnya. Mereka menjadi keluarganya mulai saat ini.

°°°

Pertandingan diakhiri dengan kemenangan oleh tim fatih. Mereka bersalaman dilapangan. Tidak ada amarah apapun malah mereka tertawa ringan dan menjunjung sportifitas.

Della turun dari tribun. Ia menyodorkan air mineral ke arah fatih. Fatih menerima nya dan mengucapkan terimakasih. Fatih lebih dahulu bangkit dibanding teman-teman nya. Ia meraih tas nya, "gue ganti baju dulu."

Lima menit kemudian fatih kembali dengan kaos dan celana abunya. "Woy gue duluan ya." fatih mengangkat tangan kanannya pertanda ia pamit.

Della tersenyum sopan kearah teman fatih lalu berjalan mengiringi langkah fatih. "Kemana lagi?"

"Suatu tempat." jawab fatih seadanya. Ia menaiki motor dan memakai helm. Della langsung naik tanpa di perintah, ia juga memakai helm yang sebelumnya ia kenakan.

Motor fatih melaju menuju suatu tempat yang tidak asing bagi della. Della semakin yakin fatih akan membawanya kemana. Della menetralkan detak jantungnya.

Motor fatih berhenti tepat di tempat yang sudah della perkirakan. Dengan ragu della turun, ia menatap tempat ini seolah ia baru pertama kali ke sini. Gugup, tentu saja. Tempat ini adalah tempat yang bersejarah baginya dengan fatih.

Fatih menggenggam tangan della. Della speechless, ia lebih kaget dengan apa yang dilakukan fatih dibanding dengan fatih yang membawanya ke sini.

Fatih menuntun della untuk masuk lebih jauh, semakin ke dalam, pemandangan Indah dapat terlihat. Oke biar della jelaskan. Disini, tempat ini adalah dimana fatih mengajaknya untuk berpacaran. Tempat yang membuat della susah melupakan fatih sampai saat ini.

Ini hanyalah sebuah rooftop hotel. Namun ditempat ini menyimpan kenangan yang sangat sulit untuk dilupakan. Rooftop hotel ini tidak mengalami banyak perubahan. Fatih membawa della ke ujung rooftop. Ia melepas genggaman tangan della. Tangannya kini menjadi penumpu tubuhnya. Ia menatap ramainya kota Jakarta dari atas sini.

"Disini, tempat dimana gue nembak della. Emang ngga romantis tapi gue bersyukur waktu itu della mau terima gue. Dia waktu itu dateng sama keempat temannya dan gue dateng sama keempat temen gue. Mereka bantu gue hias tempat ini dan untunganya ngga krik banget. Dia cantik malam itu, ah ngga bagi gue dia cantik setiap saat."

"Kalo boleh jujur, menurut gue, della adalah orang terkuat yang pernah gue kenal. Della terlalu sabar untuk apa yang terjadi dihidupnya. Gue rasa, della emang pantes untuk pergi sejauh mungkin dari kita yang udah nyakitin dia. Tapi nad, yang buat gue cemas sampai sekarang. Yang buat gue penasaran sama keadaan dia sekarang itu, apa dia masih hidup? Pertanyaan itu yang selalu hinggap, ngehimpit paru-paru gue dan buat gue ngelakuin apapun untuk melampiaskan amarah gue." fatih menunduk, matanya tampak basah. Begitupun della tanpa sepengetahuan fatih.

Della menghapus air matanya. Ia mendekat ke arah fatih. Peperangan antara ego dan hatinya menguasai della. Disatu sisi ia ingin jujur namun egonya menahannya. Hatinya masih terlalu sakit untuk memaafkan.

Della memutar tubuh fatih untuk menghadapnya. Ia mengangkat kepala fatih yang menunduk lalu dengan lembut menghapus air mata fatih.

Fatih menatap nadine, semua perlakuan nadine terasa tidak asing bagi fatih. Fatih dengan ragu mendekap nadine yang sebenarnya della. Della menghela nafas berat, ia membalas pelukan fatih. "Gue bilang sebelumnya, biarin gue bantu lo tih."

"Ngga semudah itu nad, bagi gue della segalanya. Terlebih rasa bersalah gue menguasai semuanya."

"Jangan buat gue bingung tih. Lo udah terlalu nyeret gue jauh ke dalam kisah lo sama della. Bahkan lo bawa gue ke rumah lo. Ngga salah kan kalo gue baper? Gue cuma takut, nanti kalo della kembali gue dibuang gitu aja sama lo. Gue bukan permen karet tih."

Fatih menggeleng dengan cepat. "Gue tau diri kok nad. Tapi gue belum siap."

Della melerai pelukan keduanya. Ia berbalik, lebih baik ia pulang daripada ia khilaf untuk mengatakan semuanya.

°°°

Nah double kan?
Maaf ya, belum edit dan masih anget nih 😂

Kalo ada typo dimohon pemaklumannya:)

Maaf kalo pendek. See you next part semua. Xoxo #^_^#

Chelz

Sabtu, 15-12-18

Never be aloneWhere stories live. Discover now