2.4

189K 13.2K 695
                                    

Pukul enam tepat. Pagi ini della sudah siap dengan seragam lengkapnya, tak lupa bekal yang diminta fatih.

Sebuah mobil berhenti didepannya, della merasa asing dengan mobil tersebut. Tak lama seorang lelaki keluar dari dalam mobil, itu fatih.

Fatih berjalan mendekat ke arah della. "Sepagi ini dan lo udah siap?" nada fatih mulai bersahabat pada della.

Della hanya mengangkat kedua alisnya dua kali sebagai jawaban. "Jadi, mau berangkat sekarang?" tawar della.

Fatih melirik jam tangannya lalu mengangguk. "Ayo."

Della dan fatih masuk ke dalam mobil. Fatih mengendarai mobilnya dengan cukup kencang. Della sesekali mencuri pandang ke arah fatih.

Mereka akhirnya tiba disekolah, suasana sekolah masih tampak sepi. Mereka berjalan berdampingan, jalan yang mereka lalui bukan jalan menuju kelas, melainkan jalan menuju rooftop.

Fatih tampak berjalan terlebih dahulu setelah tiba di rooftop. Della mengeluarkan kotak bekal dari dalam tas nya, ia menyodorkan nya pada fatih. Fatih menerimanya dan melahapnya dengan cepat. Ini kali kedua della kembali melihat fatih makan dengan lahap.

Tidak ingin terus memperhatikan fatih, della berjalan menuju penghujung rooftop. Tangannya ia gunakan untuk menopang tubuhnya pada pegangan besi. Oksigen yang terasa masih bersih dari polusi membuat della menghirup udara dengan serakah. Benar-benar menyegarkan.

Tak lama fatih bergabung. "Lo mau tau kenapa gue minta bekal sama lo?"

Della menoleh, tertarik dengan cerita fatih. "Kenapa?"

"Rasa masakan lo ngga asing, mirip sama masakannya seseorang."

Jantung della berdegup dengan sangat kencang. "Seseorang yang istimewa?"

"Lebih dari sekedar istimewa." jawab fatih mantap.

Della merasa pipinya panas sekarang, untungnya fatih tidak tengah menatapnya. "Sekarang dia kemana?" tanya della hati-hati.

Ekspresi fatih berubah murung. "Dia pergi. Ngga ada yang tau dia kemana."

Della merasa takjub. Kenapa fatih bisa terbuka padanya?

Fatih kembali menatap della. "Lo pasti lagi bingung kan kenapa gue terbuka sama lo padahal orang-orang bilang kalo gue dingin, cuek, pedes omongannya kan?"

Della mengangguk ragu. Merasa gugup diperhatikan fatih se intens ini. Tanpa diduga wajah fatih mendekat. Hanya tersisa beberapa centi lagi untuk kening keduanya bertemu.

"Lo mirip banget sama dia." fatih mempertahankan posisinya. "mata lo juga, waktu pertama kali liat gue ngerasa lo ngga asing nad. Apa mungkin lo orang itu?"

Diam. Rasanya della ingin menjawab iya, namun lidahnya terasa kelu. Akhirnya ia hanya diam dan membalas tatapan fatih.

Fatih menarik kepalanya lalu terkekeh ringan. "Bego-bego. Mana mungkin ya kan? Lagian gue yakin dia ngga bakal sudi nemuin gue."

Dira berusaha mempertahankan ekspresi bingungnya walau dalam hati ia sudah meringis ngilu. Rasanya della ingin memeluk fatih dan berkata, 'ini gue tih, gue masih mau ketemu lo.'

Akhirnya della hanya menepuk pelan bahu fatih, "jujur gue ga ngerti maksud lo. Tapi makasih udah mau anggep gue temen lo dan percaya sama gue padahal kita baru kenal. Tenang, gue akan jaga rahasia lo."

"Hmm"

°°°

Ruang makan keluarga tampak senyap walau ada empat orang yang mengisi ke empat kursi. Mereka sibuk pada masakan masing-masing. Tidak memperdulikan satu sama lain. Keluarga della.

Never be aloneWhere stories live. Discover now