Never be alone

special part : our first

Fatih melirik gadis manis yang duduk disampingnya, gadis tersebut adalah della. Bibir della mengerucut, tetapi matanya masih terfokus pada ponsel.

Fatih yang melihat wajah menggemaskan della mengulurkan tangannya, ia mencubit pipi della.

"Idih lucu banget, pacar siapasih?"

Della menepis tangan fatih, ngambek. "Apasih sok kenal, pacaran aja sana sama handphone."

Fatih terkekeh, tangannya berpindah menangkup puncak kepala della lalu menggoyangkan ke kanan dan ke kiri berulang.

"Ulululu ngambek nih ceritanya?"

Della mendelik, "fatih aku tendang ya?"

"Idih galak," fatih tertawa pelan.

"Biarin." ketus della.

Fatih bangkit dari sofa, ia meraih jaketnya yang sempat ia tanggalkan. Melihat gerak-gerik fatih, della ikut bangkit.

"Mau kemana? Pulang? Setelah nyuekin aku mau langsung pulang? Nggak peka banget sih. Males sama fatih." Della langsung menghempas tubuhnya kembali di sofa.

Fatih menggaruk rambutnya yang tak gatal sama sekalo, ini della hari ini kenapa sensitif sekali sih? Fatih meraih ponselnya, ia menghela nafas setelah melihat tanggal.

Kalau tebakan fatih benar, saat ini della tengah dalam periodenya.

Fatih berjongkok di hadapan della. "Ini pacar aku kenapasih marah terus?"

Della menatap fatih. "Males sama fatih. Sana pulang, mau pulang kan?"

"Yakin nih aku nya pulang aja?" goda fatih.

Tidak ada jawaban. Della malah membuang pandangannya.

"Yaudah deh, aku pulang ya."

Baru hendak bangkit, rambut fatih sudah menjadi sasaran mulus kemarahan della. Iya, rambut fatih di jambak della.

"Sakit del, iya bercanda bercanda." fatih meringis.

Untung sayang -jerit fatih dalam hati.

Perlahan tarikan tangan della melemah. Ia melepas tangannya dari rambut fatih tapi masih enggan menatap fatih.

"Aku nggak ada bilang mau pulang della. Kamu kan tadi bilang laper, maksud aku pake jaket mau keluar, ajak kamu cari makan." jelas fatih.