2.13

169K 12.5K 956
                                    

Angin malam berhembus perlahan, menerbangkan helaian rambut della yang tidak terikat. Dengan balutan seragam sekolah, della berdiri tak jauh dari tempat seorang wanita paruh baya yang sedang duduk.

Laras. Della tau kebiasaan laras akhir-akhir ini, pergi ke taman untuk merenung. Bukan kali pertama della ada disini. Della bersandar pada pohon tempatnya bersembunyi.

Sebenarnya, rasa perih di hatinya masih amat terasa, bahkan kejadian beberapa bulan yang lalu masih terbayang. Della hanya ingin membiasakan dirinya, ia hanya ingin sedikit berbaur walau dengan cara seperti ini.

Sekali lagi della menoleh ke arah laras, ternyata laras sudah meninggalkan bangku yang tadi ditempati.

Della keluar dari tempat persembunyian nya. Saat hendak memutar langkah, tangan seseorang menghalangi nya. Della menoleh dengan cepat, ia terpaku sejenak.

"Sebenarnya lo siapa?"

°°°

Della mencengkeram cangkir dengan erat. Tatapan matanya kosong, sudah tidak ada waktu untuk mengelak saat ini.

"Jadi dugaan gue bener?" desak orang dihadapannya.

"Iya." Della melepas ikatan rambutnya, melepas kacamata dan softlens lalu menaikan kupluk hoodie.

Kevin, orang yang dari tadi menatapnya dengan tatapan kerinduan terperangah. Ia mengambil posisi duduk disebelah della. Kevin menatap mata della, mata yang selama ini kevin rindukan tengah menatapnya juga. Dengan cepat kevin membawa della kedalam dekapannya.

Kevin memejamkan matanya, rasanya seperti mimpi. Melihat adiknya yang sudah lama ia cari ada dalam dekapannya dan dalam keadaan baik-baik saja.

Della tidak membalas pelukan kevin. Air matanya mengalir, tatapannya lurus kedepan. Kevin melepas pelukan keduanya, ia mengelus pucuk kepala della.

"Lo beneran della kan?" mata kevin berkaca-kaca.

"Iya."

Dengan semangat kevin meraih ponselnya. "Mamah, papah, dilla harus tau."

Della dengan cepat menggenggam tangan kevin, kevin mengangkat kepala ketika della menatapnya dengan tatapan sayu dan menggeleng kecil.

"Selama ini, gue emang selalu deket sama kalian, gue hadir dideket kalian karna gue mau coba berbaur, dan gue belum siap. Gue takut lepas kontrol dan mau ga mau gue harus balik lagi untuk berobat jadi tolong rahasiain kehadiran gue." jelas della panjang lebar.

Kevin terpaku, "tapi mereka pasti seneng banget del. Mereka pasti terima kamu. Kamu tau kan betapa terpuruk nya mereka?"

Della mengangguk, "gue tau. Tapi terpuruknya mereka ngga sebanding sama rasa sakit yang gue alamin."

Kevin mengerti, ia mengembalikan ponselnya kedalam saku celananya. "Bilang sama gue apa yang harus gue lakuin sekarang?"

"Kita bisa bersikap kaya gini kalo ngga ada siapa-siapa dan gue mohon jangan sampe identitas gue kebongkar atau gue akan pergi lagi dari hidup kalian."

"Oke" dengan ragu Kevin menjawab.

Hening. Rasanya sangat canggung disaat-saat seperti ini. Della tidak ingin membuka suaranya, sedangkan kevin masih sedikit terkejut. Ia berusaha memulai percakapan namun mulutnya terasa tertahan.

"Tinggal dimana selama tiga bulan ini del?" kevin membuka percakapan, berusaha mencairkan suasana.

"Luar negeri." celetuk della asal. Matanya tidak mau menatap kevin.

Tawa renyah terdengar. "Iya terserah lo aja. Udah mulai larut, mau gue anter pulang?"

Della menyalakan ponsel untuk melihat waktu, ia mengangguk dan meraih tas nya. Tanpa menunggu perintah Kevin, della bangkit dan berjalan terlebih dahulu. Kevin sendiri terus berusaha sabar. Sikap della terasa asing, terkesan cuek sekarang.

Never be aloneWhere stories live. Discover now