2.27

103K 6.9K 1K
                                    

Della duduk seorang diri di kursi taman. Hari ini ia kembali tidak masuk sekolah.

Della hanya merasa, ia belum siap sepenuhnya.

Sorot Mentari menyinari wajahnya dengan terik, namun della enggan beranjak. Tangannya sibuk membaca ulang jurnal yang ia bawa. Senyum geli sesekali terukir.

Namun ketika memasuki beberapa bagian, senyumnya lenyap, berganti menjadi sendu. Tulisan tulisan yang menjelaskan betapa rindunya ia terhadap mereka yang pernah hadir di hidupnya membuat della merasa remuk kembali.

Benar.

Della tidak bisa sepenuhnya mengabaikan mereka.

Della menutup jurnal dengan perasaan hampa. Ia menunduk ketika ponselnya berdering. Kening della mengernyit, nomornya tidak diketahui.

Dengan ragu della menerima panggilan dari nomor asing tersebut.

“hallo?” sapa della dengan pelan.

Tidak terdengar sautan. Della menghela nafas. “hallo? Ga ngomong, Gue tutup ya.”

tunggu.’

Della terdiam. Ia mengenali suara orang di seberang sana.

della.’

Kali ini, della yang bungkam. Ia tidak akan berbicara sampai orang di seberang mengutarakan maksud menelponnya.

g-gue d-dilla.’

Della tau itu.

del ngomong dong.’ bujuk dilla. Tak lama tawa sumbangnya terdengar.

oh iya, lo pasti ga sudi ya ngomong sama gue.’

Della menunduk kian dalam, satu tangannya mengepal erat, menahan mati-matian mulutnya agar tak mengeluarkan suara.

yaudah deh, biar gue aja yang ngomong ya, tapi lo harus dengerin.’

Tanpa sadar della mengangguk, menanti kata demi kata yang akan dilontarkan oleh dilla.

del, lo tau kan setelah lo pergi semuanya kerasa berat? Ngga ngga, gue ngga nyalahin lo kok. Gue cuma mau berkeluh kesah. Gapapa ya? Gue cuma mau lo tau isi hati gue. Della. Gue ngerasa cape. Tapi rasa cape gue ngga ada apa-apa nya kan sama rasa sakit lo dulu? Gue mengakui del, gue kalah. Gue bersalah. Gue mau minta maaf del, gue mau minta maaf atas kejahatan yang gue lakuin sama lo dulu.’

Dilla menarik nafas dalam-dalam, ‘gue seneng banget waktu tau lo masih hidup, gue ga berenti ngucap syukur sama Allah. Della makasih, makasih karna memilih bertahan dan bangkit, makasih karna masih sudi menunjukkan diri di depan kita. Del, cepat pulih, gue, mamah, papah, nunggu lo di rumah. Sayang della.’

Della mengukir senyum tipis, satu tangannya mengusap setetes air mata yang jatuh di pipinya.

“udah? Gue tutup.”

Sambungan terputus, tangan della yang memegang ponsel terkulai mengenai pahanya. Nada bicara dilla, della bisa merasakannya. Dilla terluka.

Della menggeleng pelan, ia bangkit. Belum saatnya.

°°°

del, dimana?

“di hatimu.”

serius sayang.

Della yang tengah sibuk menonton drama terkekeh, “di apartemen tih, kenapa?”

meluncur.’

“dih, ngapain? Aku lagi quality time nih sama masa depan aku.”

Never be aloneOù les histoires vivent. Découvrez maintenant