2.17

171K 12.2K 1.5K
                                    

Della meniup minuman panas yang ada ditangannya dengan pelan. Ia menyeruputnya perlahan, semua itu tak lepas dari tatapan kevin di seberangnya.

"Lo ketemu viona?" della berdehem pelan. Cukup sulit sebenarnya menggunakan lo-gue dengan kevin.

"Kamu tau?"

Della bisa mendengar nada terkejut dari suara kevin. Della tersenyum tulus. Ia menangkup tangan kevin, ia rasa harus mengakhiri sandiwaranya didepan Kevin. Kevin tertegun melihat senyum tulus della.

"Lo harus tau, viona emang salah, tapi dia sanggup bertanggung jawab."

Kevin terlihat jengah ketika della sudah membicarakan viona.

"Terserah lo mau maafin dia atau ngga, tapi lo harus tau. Hidup gue setelah ninggalin Indonesia bergantung sama dia. Dia yang bantu gue untuk sembuh. Dia bantu gue bangkit, dan lo harus tau, dia ngga berenti minta maaf sama gue. Sedangkan kalian? Kalian baru sadar waktu gue udah pergi? Kalo gue sama kalian, kalian bisa jamin ngga kalo gue akan jadi seperti ini? Sedangkan penyebab luka paling parah dihidup gue kan kalian."

Kevin tertegun. Ia menatap dalam mata della yang menyiratkan banyak luka. Della benar, viona lebih baik daripada mereka.

"Del-"

"Perjuangan gue bisa nginjekin kaki di indo berat kak. Ngga cuma fisik, psikis juga. Gue harus dirawat disana, gue harus bolak-balik psikiater. Luka yang kalian kasih ngga sembuh gitu aja. Dan viona, feli, bang iki sama om haris ada dibalik kesembuhan della. Mereka yang ngedorong della untuk sembuh, mereka buat della ngga kesepian lagi."

Della menunduk, berat menceritakan kisahnya yang berat di luar negeri. Hingga sebuah pelukan mendarat ditubuhnya. Della membalas pelukan kevin, "maafin della yang nuntut kakak untuk maafin vi, mungkin kakak masih sakit hati waktu vi ternyata deket sama kak kevan. Tapi percaya kak, viona cuma sayang sama kakak. Bahkan dia rela pindah ke indo untuk dapetin maaf kakak."

Kevin mengangguk, ia menghirup bau tubuh della yang sangat menyenangkan.

°°°

"Woy, kesambet apaan lo tiba-tiba nge video call gue?"

Della terkejut, ketika ia baru saja membaringkan tubuhnya, fatih tiba-tiba menelpon, video call lebih tepatnya.

"Gabut"

Della turun dari kasur, ia duduk di meja belajar, panggilan masih tersambung.

"Harus banget nge video call?" tanya della setelah menyesuaikan letak ponselnya.

"Iseng aja sih."

Della gregetan sendiri. Bagaimana tidak? Saat ini fatih tengah berada di taman belakang rumahnya. Ditemani segelas kopi dan gitar, entah ia meletakkan ponselnya dimana hingga bisa mendapat angel yang pas. Terlihat sangat tampan.

"Yaudah lah gue tutup ya."

"Eh jangan, gue mau nyanyi, mau denger ngga?"

Della terdiam sebentar. "Boleh deh,"

Fatih memangku gitarnya. Sinar rembulan membuat wajah fatih tampak sempurna, tanpa sadar della memperhatikan fatih begitu lekat.

I should've stayed at home
'Cause right now I see all these people that love me
But I still feel alone
Can't help but check my phone
I could've made you mine
But no, it wasn't meant to be and see, I wasn't made for you
And you weren't made for me
Though it seemed so easy

And that's because I wanna be your favorite boy
I wanna be the one that makes your day
The one you think about as you lie awake
I can't wait to be your number one
I'll be your biggest fan and you'll be mine
But I still wanna break your heart and make you cry

Never be aloneWhere stories live. Discover now