18

477 32 0
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Seperti biasa, selepas Subuh Rindu sudah menderas Al Quran. Suaranya yang lantang dan merdu, menembus keluar bersama semilir angin pagi yang menyegarkan. Beberapa orang yang lewat di depan rumah berlantai putih dan bercat putih suram sampai berhenti sejenak ikut menikmati lantunan ayat suci.

Rumah itu sudah lama kosong, dan tiba-tiba kini saban pagi ada suara gadis melantunkan ayat suci sedemikian merdu. Tentu saja warga sekitar bertanya-tanya, siapakah gerangan penghuni rumah itu.

Mentari pagi telah keluar dari peraduannya, cahayanya yang kuning keemasan menandakan pagi telah tiba. pohon–pohon serta dedaunan masih terselimuti embun. Udara masih segar. Suara nyanyian burung seakan menambah kesan kedamaian.

"Sodaqollahul adzim...." Rindu pun mengakhiri bacaan Al Qurannya. Setelah melipat mukena dan sajadahnya. Rindu pun beranjak pergi meninggalkan kamarnya.

"Mbok...Mbok Nah!" Rindu memanggil-manggil pengasuh yang sudah menemaninya semenjak ia masih bayi. Namun yang dipanggil belum juga menampakkan batang hidungnya.

"Mbok...Mbok Nah....!" Rindu tetap memanggil Mbok Nah sambil terus mencari.

Sambil tergopoh-gopoh, Mbok Nah datang menghampiri Rindu. "Ada apa Mbak?"

Rindu tersenyum lebar dan buru-buru menghampiri Mbok Nah dan memeluknya. "Mbok jangan tinggalin Rindu dong Mbok..."

"Mbok Cuma ke dapur Mbak. Rencana mau masak nasi goreng buat sarapan. Tapi bawangnya habis."

"Oh gitu...Terus?" Rindu melepaskan pelukannya.

"Ya...harus beli. Kebetulan hampir semua keperluan dapur habis Mbak."

"Yuk...saya temani!" Mata Rindu berbinar-binar.

"Beneran Mbak mau temani Mbok ke pasar?" Mbok Nah membelalak.

Rindu mengangguk pasti sambil tersenyum, "Iya...Saya mau jalan-jalan. Sudah hampir seminggu di sini belum liat mana-mana."

"Jalan kaki?" Mata Mbok Nah menatap Rindu dengan pandangan menyelidik, seperti ingin mengetes keteguhan hati Rindu untuk menemaninya pergi ke pasar di kampung sebelah.

"Iya sekalian olahraga pagi..."

Dan Mbok Nah gagal menemukan sebentuk keraguan dari mati Rindu. "Kalau begitu, biar Mbok siap-siap dulu..."

"Rindu juga mau mandi dulu ya Mbok..."

"Iya..."

Tanpa meminta persetujuan lagi. Rindu segera beranjak pergi meninggalkan perempuan bertubuh gempal yang usianya kurang lebih sama dengan Eyang Ti, ibunda Rindu.

***

"Mbok yakin....jalannya ke sini?" Tanya Rindu lagi sambil mengangkat gamisnya, berjinjit menghindari tanah becek dekat pematang sawah.

"Iya....tempo hari, Mbok pernah kesana diantar Najwa..."

"Najwa? Siapa Najwa?"

"Najwa anak tetangga kita yang rumahnya tepat di belakang kita. Dekat pohon mangga."

"Oh..." Singkat Rindu. Karena Rindu sama sekali tidak tahu rumah yang digambarkan Mbok Nah.

"Najwa beberapa kali main di halaman bersama teman-temannya. Dia penasaran dengan suara perempuan yang saban pagi mengaji".

Rindu masih acuh. Matanya asyik menekuni tanah becek yang dilintasinya, sambil sesekali melompat kecil menghindari kubangan air bekas hujan semalam.

"Najwa bilang dia disuruh ibunya untuk belajar mengaji pada perempuan bersuara merdu itu."

Rindu menoleh, "Lalu Mbok bilang apa?"

"Mbok bilang...biar nanti Mbok bilang ke Mbak Rindu".

"Lalu..."

"Dia kegirangan".

Tetiba dari belakang terdengar suara anak perempuan berteriak memanggil Mbok Nah. Rindu dan Mbok Nah menoleh mencari sumber suara itu berasal. Sepasang anak perempuan hampir 10 tahun berlari-lari kecil menghampiri Mbok Nah dan Rindu.

"Panjang Umur! Itu yang berkepang dua namanya Najwa..." Bisik Mbok Nah. Rindu mengamati dua gadis kecil berseragam merah putih yang berlari kecil menghampirinya.

"Najwa..." Sapa Mbok Nah saat Najwa sampai di hadapannya. Najwa dan seorang temannya yang bernama Syifa masih terengah-engah.

"Mbok mau kemana?" Tanya Najwa.

"Mau ke pasar..."

"Oh bareng yuk!" Tawar Najwa dengan ceria.

"Loh kamu bukannya mau sekolah?"

"Iya...kebetulan sekolah kami di kampung sebelah dekat pasar Mbok." Jelas Najwa.

"Oh begitu...ayok".

Mbok Nah hampir lupa memperkenalkan majikannya, Rindu. "Oalah...Mbok hampir lupa.Ini loh Ibu Rindu, yang saban pagi dan malam mengaji itu."

"Ohhh Ibu Rindu". Kedua gadis kecil itu memandangi Rindu lekat-lekat, seperti menelisik hingga membuat Rindu risih. Rindu membalas tatapan dua bocah kecil itu dengan senyum. Rindu pun menyodorkan tangan kanannya kepada Najwa.

"Rindu Larasati..."

Najwa ragu-ragu menyambut tangan itu. Ia menatap wajah Rindu lagi demi memastikan itikad baik Rindu untuk berkenalan. Rindu mengangguk sambil tersenyum. Najwa pun buru-buru menyambut tangan Rindu kemudian mencium punggung tangannya dengan hormat. Rindu merasa risih. Ia sebenarnya ingin menarik tangannya. Namun Mbok Nah memberi kode untuk menahan diri untuk kesopanan.

"Najwa..." Gadis kecil itu tersenyum menatap Rindu.

"Syifa..."Kini giliran teman Najwa yang memperkenalkan diri setelah merebut tangan Rindu dari Najwa kemudian menciumnya hormat. Syifa juga tersenyum.

"Ini Najwa yang katanya ingin belajar mengaji..." Mbok Nah menjelaskan. Najwa menunduk malu.

"Kamu benar mau belajar mengaji?" Rindu memegang bahu kanan Najwa

Najwa menatap Rindu ragu-ragu, "Iya bu...kalau boleh. Saya ingin bisa mengaji semerdu ibu..."

"Saya juga bu...." Syifa berebut bicara.

Rindu mengangguk mengiyakan sambil tersenyum.

"Mmmhhhh saya boleh ajak teman bu?"

"Teman?"

"Iya..."

Dahi Rindu berkenyit sembari menimbang-nimbang, "boleh!"

"Hore....!" Najwa dan Syifa serempak.

"Kapan kami mulai boleh mengaji?" Najwa langsung 'menembak' Rindu.

"Kapan saja..."

"Besok?" tawar Syifa.

Rindu mengangguk. "Yeay!" Lagi-lagi Najwa dan Syifa berbarengan.

"Yuk sambil jalan...sebelum kesiangan." Mbok Nah mengingatkan.

"Yuk....!" Ajak Rindu. Dia menyodorkan kedua tangannya untuk menggandeng Najwa dan Syifa.

"Ayuk..." Tanpa membuang waktu, Najwa dan Syifa pun segera menyambut ajakan Rindu. Najwa menggandeng tangan kanan Rindu. Sedang Syifa menggandeng tangan kiri Rindu.

Sedang Mbok Nah mengikuti Rindu, Najwa dan Syifa dari belakang. Hati Mbok Nah bungah. Akhirnya ia melihat Rindu tersenyum girang setelah berbulan-bulan amnesia pasca kecelakaan parah yang dialaminya.

ANGIN RINDU (Completed)Where stories live. Discover now