82

279 19 0
                                    

"Ayah Ibu....besok saya mau pulang ke Sukabakti." Rindu tetiba saat makan malam bersama keluarga. Kontan saja, Steve yang sedang mengunyah sampai tersedak dan dia harus buru-buru minum. Semua pasang mata menatap Steve yang heboh sendiri.

"Loh kenapa? Kamu tidak betah di sini?" Tanya Ibu.

"Betah...hanya saja..."

"apa?" Ibu menatap Rindu. Begitu juga ayah, Steve, Widya.

"Kangen dengan anak-anak bu..." Rindu tersenyum.

"Ohhh..." Sang ibu tersenyum mafhum.

"Besok eyang kung ke kantor, Rumin datang gak yang kung?" Tanya sang ibu pada ayah Rindu. Ayah Rindu menyeruput teh panasnya.

"Rumin pulang kampung." Jawab eyang kung.

"Besok kamu bisa antar mbak mu gak?" Tanya ibu pada Widya, adik kedua Rindu.

"Yah...besok ada liputan." Jawab Widya.

Rindu sedikit kecewa. "Biar ibu, saya bisa naik taksi." Rindu tersenyum.

"Ehem..." Steve berdehem.

"Saya bisa antar..." Steve menawarkan diri. Seluruh pasang mata menatap Steve, termasuk Rindu. Sebenarnya Rindu tak berharap bule itu yang menemaninya kembali ke Sukabakti.

"Kamu tidak ada acara besok?" Tanya ayah.

"Belum ada jadwal."

"Memangnya kamu bisa?" Tanya ibu.

"Asal dikasih alamatnya...."

Ayah dan ibu berpandangan.

"Oh ya sudah kalau begitu." Ibu sepertinya setuju. Rindu pasang muka masam.

"Baguslah kalau mas Steve yang antar mbak Rindu." Celetuk Widya sambil cengengesan. Rindu menatap Widya cemberut.

"Loh daripada gak ada yang antar..." Widya berkelit sebelum kena semprot Rindu, kakaknya yang juga tak mengenali dirinya sebagai adek kandung.

"Jam berapa besok?" Tanya Steve mencairkan suasana.

"Pagi..." Rindu menjawab dengan malas.

"Siap Tuan Putri!" Steve tersenyum.

"Bu...titip Bara ya! Saya mau pacaran." Dengan wajah berseri-seri. Sedang Rindu terlihat tak senang.

Ayah dan Ibu saling pandang dan tersenyum. Sedang Steve tersenyum kemenangan. Ia merasa sudah menemukan celah untuk merebut hati istrinya kembali.

ANGIN RINDU (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang