67

264 19 0
                                    

"Masa sih bu, Ibu Rindu itu Islam garis keras?" Tanya Ibu Angin kepada Ibu Marwoto.

"Loh ibu tidak lihat bagaimana dia berpakaian? Hijab dan gamis panjang dan katanya, kemana-mana dia selalu memakai kaos kaki." Ibu Marwoto mengompori.

"Oh itu mah katanya biar kalau sholat gak usah ribet bawa mukena." Timpal Ibu Mia yang sedari tadi mencuri dengar.

Ibu Marwoto menoleh dengan tatapan tak suka, "seribet apa sih bawa mukena yang enteng gitu?" Matanya menatap tajam ke arah ibu Mia.

"Itu mah bisa-bisanya dia aja ya gak?" Ibu Marwoto mencari dukungan ke ibu-ibu lain yang kebetulan sedang duduk mengelilinginya.

"Biasanya nih, orang-orang macam dia, anti sama tahlilan." Ibu Marwoto lagi.

"Anti bagaimana bu?" Tanya Ibu Wiwi.

"Iya.... Kalau kita mah ya ada yang meninggal, tahlilan itu kudu wajib. Nah mereka, Islam garis keras menganggap itu bid'ah." Ibu Marwoto berapi-api.

"Bid'ah itu apa?" Tanya ibu-ibu yang lain.

"Bid'ah itu...." Ibu Marwoto megernyitkan dahinya seperti mengingat-ingat.

"Tidak ada di zaman Rasul." Jawab Ibu Marwoto.

Ibu-ibu saling berpandangan.

"Iya!" Ibu Marwoto berusaha meyakinkan sambil memandangi mereka satu persatu.

"Jadi golongan sono tidak akan melakukan apa-apa yang tidak pernah dicontohkan abi Muhammad di zaman itu. Katanya bid'ah. Kebayang kan zaman nabi dulu belum ada mobil apalagi pesawat, nah orang-orang primitif gini juga menolak perkembangan zaman karena dianggap bid'ah." Ibu Marwoto merasa di atas angin. Melihat para ibu yang berkerumun seperti mulai termakan isu.

"Masa sih?" Ada juga celetukan ibu-ibu yang tidak mudah percaya.

"Yakn banget saya, si Ibu Rndu itu doa Iftita-nya bukan Allahu Akbar Kabira...." Ibu Marwoto sambil memonyongkan mlut entah untuk apa.

"Saya dengar sekarang pengajian itu juga memanggil guru silat untuk mengajar anak-anak. Kata anak saya, anak-anak juga akan diajari memanah." Lanjut Ibu Marwoto.

"Ohya?" Tanya seorang ibu yang sibuk menyusui bayinya.

"Iya....Jangan-jangan anak-anak kita mau dilatih untuk jadi pemberontak macam ISIS." Ibu Marwoto mengompori.

Ibu-ibu saling berpandangan.

"Lalu apa yang harus kita lakukan?" Tanya ibu Angin.

"Larang anak-anak kita supaya tidak mengaji di Rumah Quran itu...Biar saja anak-anak kita mengaji di nenek Saenih guru ngaji kita dulu. Gak usah neko-neko lah." Imbau Ibu Marwoto.

"Oh gitu ya....? Iya deh saya juga mau larang Angin ngaji." Ibu Angin disusul celetukan ibu-ibu lain yang mulai termakan fitnah.

"Saya juga deh....."

"Iya Saya juga...."

"Untung aja saya belum masukin anak kesitu..." Celetuk seorang ibu lainnya.

Melihat ibu-ibu sudah termakan fitnah yang disebarkan olehnya. Ibu Marwoto tersenyum penuh kemenangan.

"Mampus lo Ibu Rindu!" Ibu Marwoto dalam hati.

"Oh ya ibu-ibu....saya pamit dulu ya...." Ibu Marwoto tiba-tiba.

"Oh mau kemana bu?" Tanya salah seorang ibu.

"Biasa cari obyekan...."

"Jadi ada yang mau ambil panci gak nih? Murah bisa 12 kali bayar...." Lanjut Ibu Marwoto sambil menarik katalog-katlog yang disebarkan ke ibu=ibu tadi.

"Gak dulu ah bu..." Ujar ibu Mia sambil menyodorkan katalog yang baru dilihatnya kepada Ibu Marwoto. Wajah Ibu Marwoto terlihat kecewa.

"Kenapa?" Tanya Ibu Marwoto.

"Cicilan kemarin belum kelar bu....lagian nih anak saya lagi mau beli buku juga...."

Meski kecewa, Ibu Marwoto berusaha mafhum.

"Ibu-ibu yang lain?" Tanya Ibu Marwoto sambil menatap ibu-ibu yang lain. Ibu-ibu menggeleng.

"Lain kali deh ya bu....Lagi gak butuh panci." Jawab seorang ibu.

"Butuhnya buat beli isi pancinya bu...." Celetuk ibu lain sambil cekikikan.

Ibu Marwoto tersenyum maam.

"Ya sudah kalau begitu...Saya pamit dulu ya...."

Ibu Marwoto tersenyum sekali lagi sebelum beranjak pergi dari kerumunan ibu-ibu tadi. Ibu Marwoto sudah pergi, namun beberapa ibu-ibu masih berbicang-bincang soal Ibu Rindu dan pengajian itu. Kebanyakan dari mereka termakan omongan ibu Marwoto, salah satunya Ibu Angin.

Ibu Angin pun mohon diri untuk pulang dulu. Ia tak sabar ingin menasehati anak kesayangannya untuk tidak mengaji di Rumah Quran Ar Rahman lagi.

ANGIN RINDU (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang