23

397 31 0
                                    


Hampir dua bulan mengajar mengaji. Makin hari jumlah murid Rindu semakin bertambah. Sebenarnya Ayah, Ibu dan Mbok Nah sempat menyarankan agar Rindu tidak terus menerima murid baru. Karena sejatinya Rindu diungsikan ke Kampung Sukabakti untuk istirahat bukan untuk menyibukan diri pada hal-hal yang malah membuat Rindu lelah.

Tetapi Rindu meyakinkan Ayah, Ibu dan Mbok Nah bahwa dirinya baik-baik saja. Bagi Rindu tidak ada yang lebih membahagiakan selain melihat anak-anak yang antusias sekali datang ke rumahnya untuk belajr mengaji.

Rindu bahagia melihat satu persatu akhirnya anak-anak bisa membaca dan menulis huruf Arab yang bersambung. Rindu pun terharu akhirnya hafalan suratnya bertambah walaupun setiap pertemuan ia kudu mengulang setiap ayat minimal 20 kali.

Suatu kali Sakti, tak sengaja mengucap kata kotor saat pengajian karena gusar pada temannya. Kontan Rindu melotot dan marah.

"Sakti!"

"Dia duluan bu!" Adam menunjuk-nunjuk temannya.

"Tapi bukan alasan untuk kamu mengucap kata-kata yang buruk!" Rindu masih marah.

"Mengapa? Saya kan lagi marah. Memang orang Islam tak boleh marah."

"Marah boleh saja tapi tidak boleh melukai fisik atau hati orang lain."

"Sesungguhnya Allah murka kepada orang yang berperangai jahat dan berlidah kotor. Orang mukmin itu bukanlah orang yang suka mencela, bukan yang suka melaknat, bukan yang berperangai jahat, dan bukan pula yang berlidah kotor." Lanjut Rindu mengutip hadits.

"Tapi mengapa banyak orang Islam yang saya kenal juga berkata kotor", belanya.

Rindu tersenyum, "Islam melarang keras bahkan mencandai teman dengan nama orang tua saja tidak boleh. Kalau ada orang Islam yang melakukannya, mungkin mereka tidak tahu".

"Tetapi kenapa?", tanyanya tidak puas.

Rindu menjawab, "perkataan seseorang menunjukkan kepribadian seseorang. Seperti filosofi teko. Teko berisi air teh hanya akan menuangkan air teh ke gelas, teko berisi air kopi hanya akan menuangkan air kopi ke gelas, begitupun teko berisi air comberan hanya akan menuangkan teko berisi air comberan. Kalau kamu diibaratkan sebagai teko maka perkataan yang keluar dari mulut kamu menggambarkan level kamu seperti apa".

Sebetulnya pembelaan Sakti pun ada benarnya. Di sekitar banyak sekali orang Islam yang tak bisa menjaga mulut. Bahkan perang kata-kata kotor marak di media sosial.

"Bagaimana kalau kita dikata-katai orang dengan perkataan buruk? Apakah kita harus membalasnya?" Tanya Shafiga.

"Tidak perlu! Doakan saja yang terbaik. Membalasnya dengan perkataan yang buruk sama saja merendahkan kita ke levelnya." Tegas Rindu.

Baru saja kelas tenang beberapa menit dan saya bisa bernafas lega, tiba-tiba, "Bu boleh gak pacaran?" Lagi-lagi pertanyaan Sakti membuat kepala Rindu pening.

Bukan karena Rindu tidak bisa jawab, tetapi karena Rindu butuh waktu untuk mempertimbangkan jawabannya agar 'masuk' di logika bocah berusia 12 tahun. Takut salah bicara malah jadi 'boomerang' buat Rindu sebagai guru ngaji ataupun Sakti.

"Pacaran bagaimana?" Rindu berusaha menggali apa yang Sakti tahu tentang pacaran.

"Jatuh cinta, trus bilang I love you. Trus, ya kita hang out bareng berdua, makan berdua, nonton berdua..."

"Ooo gitu...", Rindu pura-pura ber-o ria.

Rindu pun menarik nafas dalam-dalam sebelum mulai menjelaskan, "dalam Islam kita tidak mengenal istilah pacaran. Karena pacaran biasanya awal dari zina".

Saya pun petikkan sebuah ayat tentang larangan mendekati zina. Jangankan berhubungan intim di luar penikahan, tindakan mesum yang menjurus pun sudah dilarang keras.

"Tapi kenapa banyak orang Islam yang saya kenal punya pacar?" Sakti membela diri.

"Mungkin mereka belum tahu ilmunya ".

Dalam hati Rindu bilang lucunya banyak orang pinter keblinger yang suka 'memutar balikkan' ayat sesuka hati. Seperti minum alkohol tak apa asal tak memabukkan, zinah tidak apa asal tidak hamil. Naudzubillahimindzalik!

Beruntung jam sudah menunjukkan pukul 20.40 WIB. Rindu buru-buru membubarkan pengajian sebelum ada pertanyaan lain dan jam mengaji jadi 'molor'.

ANGIN RINDU (Completed)Onde histórias criam vida. Descubra agora