78

285 19 3
                                    


Rindu sedang murojaah ketika Bara duduk tak jauh darinya. Bara duduk tenang, mendengarkan Rindu melantunkan ayat-ayat suci sedemikian indah. Bara sama sekali tidak mengganggu.

Menyadari ada bocah kecil di dekatnya. Rindu menghentikan murojaahnya. Ia tersenyum menatap bocah berusia lima tahun itu.Sambil tersenyum Rindu melambaikan tangan, memberikan isyarat agar Bara mendekat.

Bara yang memang sudah diberi pengertian oleh ayah, yang ti, yang kung juga om-omnya perihal kondisi Rindu, seperti tak percaya ia dipanggil mendekat oleh Rindu. Bara sampai harus memastikan berkali-kali kalau Rindu, mommy-nya yang amnesia memang memanggilnya untuk mendekat.

Rindu mengangguk sambil tersenyum, ketika Bara menunjuk dadanya dengan telunjuk kanannya. Bara dengan girang berlari mendekati Rindu.

"Yes mom!" Bara memamerkan deretan gigi putih bersihnya di hadapan Rindu. Meski canggung dengan panggilan Bara pada Rindu. Rindu tetap ramah.

"Suara mommy bagus..."

Rindu tersenyum.

"Kau sudah lama duduk di situ?"

Bara mengangguk pasti.

"Siapa namamu, Nak?"

Bara bingung mengapa ibunya yang sangat dikasihinya lupa namanya.

"My name is Bara, mommy! Bara Martinez!" Bara menegaskan sambil menatap tajam ke arah Rindu. Rindu tersenyum geli.

"Bara, sudah makan?" Tanya Rindu basa-basi untuk mencairkan suasana.

"Sudah...Yang ti tadi suapi aku..." dengan logat bule.

"Makan apa?"

"Chicken..."

"Have you eaten mommy?"

Meski bingung, Rindu menggeleng.

"Are you not hungry?"

"Tidak Bara sayang!" Rindu mencubit pelan pipi Bara yang chubby dengan gemas.

Tanpa mereka sadari, Steve mengamati mereka dari kejauhan. Steve tersenyum, melihat keakraban Rindu dengan buah hati mereka. Meski Steve sedikit sedih karena pada kenyataannya, Rindu masih juga belum bisa mengingat apapun tentang masa lalunya termasuk Steve dan Bara.

Sudah hampir seminggu ini Steve tinggal seatap dengan Rindu di rumah orang tua Rindu. Dan selama itu pula, hubungan mereka terasa jauh. Bahkan Rindu yang menganggap Steve adalah orang asing, tetap berhijab di dalam rumah. Steve tidak bisa melihat rambut panjang istrinya sendiri.

Ketika Steve berdiskusi dengan dokter Sam, dokter yang merawat Rindu. Dokter Sam hanya bilang, "hanya keajaiban yang bisa memulihkan ingatan Rindu."

"Jadi kemungkinan untuk sembuh kecil, dok?" Tanya Steve kala itu. Dan dokter Sam hanya tersenyum.

"Wallahualam, tidak ada yang tidak mungkin kalau Allah berkehendak."

Tentu saja Steve tidak puas dengan jawaban itu. Steve memang berencana untuk memboyong Rindu ke Amerika untuk mendapatkan pengobatan dari dokter-dokter terbaik di Amerika. Namun, tentu saja Steve harus mencari cara bagaimana merayu Rindu untuk mau ikut ke Amerika.

Makanya selama ini, Steve berusaha menjaga jarak. Mendekati Rindu sedikit demi sedikit, agar Rindu tidak lari menjauh. Yang lebih menyedihkan, terpaksa Steve dan keluarga Rindu juga memberi pengertian pada Bara. Bocah lima tahun yang tidak tahu apa-apa.

"Kenapa tidak makan?" Tanya Bara lagi.

Rindu tersenyum, "saya puasa...."

"Puasa?"

Rindu mengangguk sampai tersenyum, "iya, tidak makan dan minum dari Azan zuhur hingga Azan maghrib."

Dahi Bara berkernyit, "Fasting?"

"Iya..."

"Is it Ramadhan?"

Rindu menggeleng tersenyum.

"And then?"

"Ini puasa sunnah. Kalau Ramadhan itu puasa wajib...."

Bara terlihat bingung. Rindu tersenyum.

"Kamu tampan." Rindu mencubit pelan pipi Bara lagi.

Bara tersenyum girang dibilang tampan.

"Dimana ibumu sayang?"

Bara menatap Rindu dengan tatapan bingung.

Steve yang mengamati mereka dari jarak teraman akhirnya memutuskan untuk mendekati Rindu dan Bara.

"Bara..." Tegur Steve sambil tersenyum.

"Daddy, she asked me where is my mommy..."

Steve tersenyum, menatap Bara dan Rindu bergantian. Rindu terlihat bingung.

"Come to daddy..." Steve membuka ke dua tangannya siap memeluk Bara. Bara pun menghampiri Steve. Steve pun memeluknya erat.

"Go to eyang ti! She has an ice cream for you..." bisik Steve. Bara melepaskan diri dari pelukan Steve. Menatap Steve.

"Really!?" Steve mengangguk sambil tersenyum.

"Yeaaaaah!" Seru Bara, tanpa ba bi bu...Bara berlari ke dalam dengan girang untuk menghampiri eyang ti. Steve tersenyum, begitupun Rindu.

"Anak yang lucu..." komentar Rindu sambil menatap kepergian Bara. Steve menoleh sejenak dan tersenyum. Steve segera beranjak menuju kursi di seberang Rindu.

"Anakmu?" Tanya Rindu. Steve tersenyum.

"Anak kita." Dahi Rindu berkernyit bingung mendengar jawaban Steve. Namun dia tak ambil pusing. Rindu mengalihkan pandang. Steve dan Rindu terdiam agak lama.

Steve mencuri pandang ke arah Rindu yang asyik menatap deretan tanaman bunga di taman milik ibunya.

"Cuacanya bagus ya....tidak hujan tetapi tidak terlalu panas." Steve berusaha memulai topic pembicaraan lagi. Sayang Rindu tidak bergeming. Ia terkesan tak tertarik berbicara panjang dengan Steve.

"Mau kah kau berjalan-jalan sebentar bersamaku keliling komplek?" Tanya Steve berbasa-basi. Namun Rindu hanya terdiam.

"Atau mungkin kamu mau makan bakso di depan komplek?" Steve berusaha memancing lagi. Dan Rindu tetap terdiam.

"Makan es kelapa mungkin?" Steve tetap gigih berusaha, namun Rindu tetap diam.

"Atau kau punya ide lain?" Steve hampir menyerah.

Rindu bangkit dari duduknya.

"Maaf tidak bisa....saya mau tidur..." Dan Rindu pun pergi meninggalkan Steve sendirian. Steve hanya melongok.

Steve hampir saja ingin berlari mencegah Rindu pergi. Namun dia mengalah, membiarkan Rindu kekasihnya pergi. Dia harus bersabar entah sampai kapan, kalau tidak Rindu yang akan lari tunggang-langgang meninggalkannya. Itu berarti, Steve makin susah memboyong istrinya kembali ke Amerika.

Steve hanya menatap bengong ke arah Rindu yang meninggalkannya duduk sendirian di teras.


Namaku Bara, Ibu!

Kamu sudah makan,ibu?

Apakah kamu tidak lapar?

Puasa?

Emangnya ini Ramadhan?

Lalu?

Ayah, dia (perempuan) Tanya dimana ibuku?

Sini ke ayah.

Sana ke eyang ti. Dia punya es krim untukmu.

Beneran?

ANGIN RINDU (Completed)Kde žijí příběhy. Začni objevovat