66

275 19 0
                                    


Pagi-pagi sekali Ibu Marwoto sudah keluar rumah. Lengkap dengan tas tangan berwarna hitam dari kulit buaya yang digamit di pergelangan tangan kiri, sedang tangan kanan sibuk mengipas-ngipas. Berjalan angkuh melintasi jalanan Kampung Sukabakti.

Namun ada yang berbeda kali ini. Selain rambutnya yang tak lagi disasak tinggi. Ibu Marwoto juga tidak didampingi oleh dua lelaki berbadan tinggi besar, mantan preman pasar. Ibu Marwoto berjalan sendirian.

Kontan saja hal ini membuat orang-orang yang melihatnya saling berpandangan dan berbisik. "Tumben Ibu Marwoto!"

Tak ada yang berminat menegur Ibu Marwoto. Setelah memandang Ibu Marwoto dan bergunjing dengan sesama, mereka lebih memilih untuk melanjutkan aktifitasnya ketimbang berhubungan dengan Ibu Marwoto.

Tak ada yang tahu kemanakah Ibu Marwoto akan pergi. Ibu Marwoto berjalan lebih dari satu kilometer. Dia berhenti sejenak di depan rumah Rindu, sembari melongok ke dalam.

Raut wajahnya berubah kesal. Ia ingat persis bagaimana ajaran guru ngaji itu telah membuat anaknya kelewat batas mengatakan mata pencaharian ibunya selama ini adalah dosa besar yang dimurkai Allah. Lebih parahnya, banyak warga kampung yang emoh meminjam uang darinya lagi. Bahkan usaha kreditan baju, perabot rumah yang selama ini dijalaninya juga seret.

Hampir lima menit, Ibu Marwoto berdiri tercenung di depan rumah Rindu. Ia akhirnya membulatkan tekad untuk segera melaporkan soal Ibu Guru Rindu dan pengajiannya kepada kepala desa.

Ibu Marwoto melanjutkan perjalanan. Tidak jauh, hanya seratus meter dari tempatnya berdiri.

Tak sampai lima menit, Ibu Marwoto sudah sampai di depan rumah kepala desa.

"Assalamualaikum....!" Teriak Ibu Marwoto. Teriakan pertama tidak berhasil membuat penghuni rumah keluar.

"Assalamualaikum...!" Teriakan kali ini berhasil membuat Ibu Syarifah, istri kepala desa keluar dengan tergopoh-gopoh dengan tampang yang masih acak-acakan.

"Waalaikumussalam....!"

Ibu Marwoto menyambut Ibu Syarifah dengan senyum. Ibu Syarifah terlihat bingung.

"Ibu Marwoto? Tumben pagi-pagi ke sini?"

Ibu Marwoto tersenyum, Ahh kebetulan mampir kok bu...."

"Oh gitu....ayo silahkan masuk! Tapi saya belum mandi nih...." Ibu Syarifah mempersilahkan ibu Marwoto ke dalam.

Ibu Marwoto mengangguk, Ia pun mengikuti langkah Ibu Syarifah ke dalam.

Sesampainya di ruang tamu, Ibu Syarifah mempersilahkan Ibu Marwoto untuk duduk di sofa. "Silahkan!"

Ibu Marwoto mengangguk. Keduanya kini duduk berhadapan di sofa berwarna krem itu.

"Sehat bu?" Tembak Ibu Marwoto berbasa-basi.

"Alhamdulillah!"

"Bagus....." Ibu Marwoto tersenyum.

"Ibu Marwoto sendiri?" Balas Ibu Syarifah.

"Alhamdulillah sehat bu!" Matanya Ibu Marwoto berbinar-binar.

"Tumben bu pagi-pagi sudah ke sini. Ada perlu sama bapak?" Tanya Ibu Syarifah keheranan.

"Iya bu....kebetulan sekalian lewat juga." Ibu Marwoto sambil tersenyum.

"Bapak Hasan ada?" Tanya Ibu Marwoto.

"Ada..."

"Boleh saya bicara?"

"Oh boleh....Sebentar!" Ibu Syarifah bangkit dari duduk. Sebelum beranjak pergi, Ibu Syarifah menoleh ke arah Ibu Marwoto.

ANGIN RINDU (Completed)Where stories live. Discover now