36

341 24 2
                                    

Hujan mengguyur bumi sedemikian derasnya di siang hari. Rindu pun sudah merebah di ranjang empuk siap melabuhkan mimpi di siang yang sejuk.

Rindu hampir terlelap, kalau tidak mendengar suara ketukan pintu dan teriakan salam yang keras. Siapa gerangan perempuan yang demikian semangatnya mengetuk pintu, pikir Rindu.

Rindu melongok ke bawah lewat jendela, sembari berteriak menjawab salam dan memberi tahu kalau dirinya akan segera turun. Buru-buru Rindu menyambar mukena dan bergegas menuruni tangga menemui sang tamu.

Rindu pun membuka pintu, menatap bingung dengan perempuan berpakaian sederhana di hadapannya. Mungkin perempuan itu juga menangkap kebingungan Rindu. Perempuan itu pun segera memperkenalkan diri.

"Saya ibunya Siti, ini mau nanya. Temen sekelas Siti ade berape ya?" Dengan logat Betawi pinggiran.

Dahi Rindu mengernyit. Berusaha mengingat-ingat sosok Siti. Gadis kecil belum genap 10 tahun yang tiga bulan lalu hanya berani mengintip dari balik pagar tetumbuhan perdu saat Rindu dan anak-anak mengaji. Hingga Rindu menawarinya untuk bergabung.

"Bayar gak bu?" Tanyanya takut-takut. Rindu tersenyum sambil menggeleng.

Keesokan harinya dia kegirangan menyambangi rumah Rumah Rindu. Dan mulai hari itulah Siti menjadi salah satu murid pengajian Rindu.

Meski sebenarnya dia agak kesulitan berkosentrasi namun kegigihannya untuk belajar mengalahkan segalanya. Lambat tapi pasti akhirnya dia berhasil lulus Iqra 6 dan lanjut ke Al quran.

"Bu..." Perempuan berusia empat puluh tahun itu menegur saya hingga saya terjaga dari lamunan.

"Oh, total ada 20 bu. Ada apa ya?" Rindu penasaran.

"Siti pan udah lulus Iqra yak?"

"Iya... Sekarang sudah Al Quran juz 1. Alhamdulillah", jawab Rindu.

"Nah critanya nih mau bikin syukuran kecil-kecilan. Udah nazar dari lama, kalo Siti bisa ngaji Al Quran mau bikin syukuran gitu bu..." Mata perempuan berusia empat puluhan itu berbinar-binar bangga.

"Oh gitu..."

"Boleh bu?"

"Boleh dong bu..." Rindu sambil tersenyum melihat betapa antusiasnya perempuan itu.

Tiba-tiba Rindu jadi terharu. Itulah ibu-ibu, tidak ada kesuksesan anak yang terlalu kecil untuk dibanggakan.

Demi Anak, walaupun tak punya uang ya kalau bisa 'diada-adain'. Apalagi kalau hanya untuk perayaan kecil atas kesuksesan anaknya.

Dan esoknya, Rindu dan anak-anak berpesta kecil merayakan Siti memulai langkahnya di Al Quran juz 1. Nasi bakar dengan lauk ayam, sambal dan lalap. Minumnya teh manis dalam kemasan. Tentu saja anak-anak girang karena akhirnya mereka makan besar.

ANGIN RINDU (Completed)Where stories live. Discover now