83

271 16 0
                                    

Pagi sekali Steve sudah berdandan rapih dan memanaskan mesin mobil. Sepanjang malam hati Steve berdebar-debar tak sabar menunggu hari ini.

"Wih...Mas...udah cakep aja..." Tegur Widya adik iparnya saat melintas di depan Steve yang sedang sibuk mengelap kaca mobil. Steve tak bisa menyembunyikan kegirangannya.

"Harus dong...mau pacaran." Steve tersenyum.

"Biasanya juga susah banget disuruh mandi."

Steve terkekeh.

"Jadi apa rencananya?" Widya serius.

"Ya kita jalani aja...Masa iya sih kakakmu tidak jatuh cinta pada saya." Steve menepuk dadanya yang membusung.

Widya terkekeh, "good luck ya!"

Steve mengacungkan jempol tangan kanannya sambil tersenyum.

"Steve! Steve!" Terdengar suara ibu dari dalam.

"Ibu tuh...." Widya memberi kode pada Steve agar segera masuk.

Steve mengangguk dan bergegas masuk, "Iya bu..."

Tak sampai semenit, Steve sudah berada di hadapan ibu mertuanya. "Itu Rindu minta tolong bawakan tasnya."

"Siap!" Steve memasang sikap sempurna ala tentara yang siap terjun ke medan perang. Ia pun berlari ke kamar Rindu.

Kamar Rindu terbuka sedikit, Steve mengintip ke dalam. Rindu sedang duduk di depan cermin dengan rambut panjang terurai. Seketika birahi Steve menggelegak. Namun ia berusaha keras menahannya walau yang dihadapannya adalah Rindu, kekasih halalnya alias isteri.

Steve mengetuk pintu perlahan. "tok tok"

"Siapa?" Tanya Rindu.

"Steve..."

"Wait a minute...! Rindu segera menyambar hijab dan menutup kepalanya." Steve mengintipnya dari celah pintu kamar yang sedikit terbuka. Tetiba, Rindu sudah ada di hadapannya.

"Oh eh...Ibu bilang kamu butuh bantuan." Steve berupaya menyembunyikan keterkejutannya.

"Oh iya...silahkan!" Rindu mempersilahkan Steve masuk.

"Itu..." Rindu menunjuk pada sebuah tas besar berisi pakaian.

"Oh...siap..." Steve meraih tas itu dan mengangkatnya dengan mudah.

"Ada lagi?" Tanya Steve. Rindu menggeleng. Steve mengangguk.

"Excuse me!" Steve permisi dengan santun meninggalkan Rindu. Steve bergegas menata tas Rindu ke dalam mobil.

"Mas...disuruh ibu sarapan!" Widya menyolek punggungnya.

"ok..." Setelah beres, Steve menutup pintu mobil dan berjalan beriringan dengan adik iparnya menuju ruang makan.

Di ruang makan sudah ada ayah Rindu dengan pakaian kerjanya, ibu mertua, Rindu.

"Good morning everybody!" Steve mencium pipi ayah dan ibu mertua. Dan ketika ia hendak mencium Rindu. Tangan Rindu menepis Steve. Wajahnya cemberut.

"Ups....sorry!" Steve mundur teratur. Steve pun segera duduk di tempat yang disediakan. Tanpa ba bi bu...Ia menyantap nasi goreng buatan ibu mertua. Rindu masih tampak kesal pada kelakuan Steve barusan.

Sepanjang sarapan, Steve, Widya, Ayah dan Ibu berbincang ringan. Sedangkan Rindu terlihat lebih banyak diam. Dia tak akan berbicara kalau tidak ditanya.

***

"Ibu...Rindu pamit dulu ya bu..." Rindu mencium kedua pipi ibunya. Sang ibu memeluknya.

"Hati-hati ya! Sering-sering pulang tengok ayah ibu!" Rindu mengangguk dan tersenyum saat melepaskan diri dari pelukan sang ibu.

"Yah..." Rindu mencium punggung tangan kanan ayahnya. Sang ayah mengusap lembut kepala Rindu.

"Jaga diri di sana!"

Rindu menatap ayahnya dan mengangguk.

Widya sejatinya hendak mencium tangan Rindu, layaknya seorang adik kandung pada kakaknya. Namun, Rindu canggung. Ia malah mengatupkan kedua tangan di depan dada. Widya terkekeh geli. Dia tersadar kalau kakaknya sedang amnesia.

"Bu...pamit..." Kini giliran Steve mencium punggung tangan ibu mertuanya. Kemudian ayah mertuanya.

"Take care of my sister ya bro!" Widya sambil meninju pelan lengan Steve. Steve tersenyum.


Semoga sukses!

Tunggu sebentar!

Permisi

Selamat pagi semua!

Jaga baik-baik kakak perempuanku ya mas!

ANGIN RINDU (Completed)Where stories live. Discover now