A Whole New World

20.8K 2.2K 352
                                    

"Anda siapa?" balasku tak kalah sarkastik sambil terus berusaha kelihatan tangguh. Kubaca name tag miliknya yang disematkan ke saku jasnya.

Moon Taeil.

Omong-omong, dia memakai name tag karena dia guru baru di sini. Paling tidak, bulan depan name tag tidak akan dipakai lagi. Begitu yang kutahu dari guru-guru kami sebelumnya.

"Saya guru matematikamu yang baru."

"Bukannya guru kita baik-baik aja di sini? Kenapa tiba-tiba keluar?" bisik Harin ke telingaku.

Aku benar-benar tidak tahu harus melakukan apa, jadi aku membungkuk hormat ke guru matematika baru kami. Dia tak memberikan respon sama sekali, hanya memperhatikanku dan Harin dengan ekspresi datar.

Astaga, jangan-jangan guru killer.

"Nilai kepribadian kamu saya kurangi."

"A-apa-apaan!" sahutku tidak terima. Bicaranya hanya mengarah kepadaku, padahal figur Harin berdiri tepat di samping kanan aku.

"Maaf, pak, jangan kurangi nilai kami. Sa-" Harin berbicara dengan tergesa. Ya, pasti sebab jika nilai kepribadianmu buruk, kamu tidak akan bisa naik kelas.

"Tidak perlu meminta maaf begitu. Saya hanya bicara pada temanmu ini." Ia menunjukku dengan dagu lancipnya saat mengucapkan "temanmu". Ternyata selain killer, dia juga sombong.

Yaampun, ia kelihatan bangga sekali karena berhasil membuat seorang murid sengsara akan ketidakadilan. Bagaimana aku tahu? Gerak-gerik dia mendeskripsikan keangkuhan dengan sempurna!

Dasar hewan berdarah dingin.

"Masuk ke kelas. Lima menit dan tiga belas detik lagi akan bel." Sial, dia teliti sekali. Kenapa harus sampai detik, sih, menyatakannya?

Bisa saja aku membantah dia, tapi daripada nilai kepribadianku diturunkan lagi, aku dan Harin langsung jalan ke kelas kami masing-masing-tidak jadi ke taman.

***

"Seo Jina, maju dan jawab pertanyaan di papan tulis!"

Sedang pelajaran matematika sekarang. Rupanya benar, dia adalah seorang guru. Dan benar, dia akan mengurangi nilai kepribadianku karena selain berperan sebagai guru matematika, dia juga wali kelasku.

Jujur saja, aku lebih memilih disuruh bekerja di Kantor seharian sampai punggungku encok karena terlalu lama duduk daripada harus mengikuti pelajarannya.

Aku menghela napas samar dan berjalan pasrah ke depan. Seumur hidupku belajar di kelas ini, aku belum pernah dipanggil guru untuk menjawab pertanyaan karena uhm ... aku tidak kelihatan bagi mereka.

Oh, ya, aku tidak sekelas dengan Harin, jadi aku duduk sendirian di kelas setiap harinya.

Aku tidak pernah stand out atau semacamnya seperti murid-murid lain di kelasku. Aku juga tidak suka menjadi pusat perhatian seperti sekarang ini.

Semua pasang mata memperhatikan setiap langkahku. Ini kelihatan seperti aku adalah mangsa.

"Awas ketularan, pak, soalnya dia penyakitan." Aku dengar suara dari ujung kelas cekikikan. Yang itu adalah Kang Daniel. Suaranya khas sekali, sehingga aku mudah mengingatnya.

IRREGULAR  | NCT mafia au [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang