Eyes Closed

16K 2K 210
                                    

Rasa pening menguasai kepalaku saat aku bangkit dari tidur yang nyenyak. Pandanganku kabur. Kuambil posisi duduk sebab lantainya dingin sekali. Mata kupejamkan sambil aku mengusap kepala. Saat aku membuka mata, aku disambut oleh sebuah ruangan asing. 

Tubuhku menghadap ke arah berlawanan dari arah semula dan kulihat Harin tertidur nyenyak di lantai. Anak ini aneh sekali, padahal lantainya dingin.

"Harin, bangun!" kuguncang tubuhnya. Tidak ada respon sama sekali. Dia masih bernapas, tapi tak kunjung sadar dari tidurnya.

"Harinnnnn!" kesal, aku mengacak rambut. Ah, aku harus bagaimana?

Aku berdiri dengan hati-hati agar tidak terjatuh. Sungguh, rasanya sulit sekali untuk melihat karena kunang-kunang. Lampu ruangan ini tidak membantu sama sekali.

Yang benar saja. Besi-besi sel mengurung aku dan Harin di baliknya. Tanpa aba-aba, tiba-tiba seseorang berambut coklat berlari dengan cepat di hadapanku. Tebakanku, dialah penculik kami.

Orang-orang ini menculikku seperti ada gunanya saja. Dasar kurang kerjaan. Pikirnya, mungkin aku perempuan lemah yang akan pasrah saja pada keadaan, padahal aku kebalikannya. Diculik bukan berarti aku dengan naifnya akan terus mengikuti mereka. Jangan-jangan, aku akan diminta menjadi budak mereka. Siapa yang mau menjadi budak?

"Dor!" pria berambut coklat itu menampakkan wajahnya dari kegelapan secara sengaja untuk mengagetkanku.

Tidak kaget tuh.

Hening sekali. Dia kelihatan tidak puas karena aku memasang ekspresi di luar harapannya.

"Aww come on ...." Ia menengadah, protes ke udara. Rambut panjangnya menutupi dahi seraya ia menatapku datar.

Sok akrab sekali. Aku tidak butuh teman seperti dia.

"Keluarkan kami," ucapku dengan nada sedatar mungkin.

"Apa? Gimana-gimana? Gue gak denger." Dengan menyebalkannya, ia mendekatkan telinganya ke wajahku sambil menumpangkan tangan ke belakang telinga.

"Keluarkan, lepaskan kami," tegasku lebih lantang. Ia hanya melipat tangannya di depan dada sambil tersenyum dan menaikkan alis kirinya kepadaku. Setelahnya, dia terkekeh. Tawanya terdengar begitu mengejek seakan aku baru saja melontarkan lelucon bodoh.

"Buru-buru banget. Emangnya mau ke mana? Di sini aja dulu."

Ia menampakkan senyum yang paling mengerikan. Senyumnya membuatku merasa seperti ada hal buruk yang akan menimpaku sebentar lagi.

Eh? Bukannya diculik juga hal buruk?

"Apa yang kamu mau dari kami?"

"Gak ada."

"Jadi—"

"Bos gue yang mau sesuatu dari kalian."

"Kalau begitu, suruh dia ke sini sekarang juga!"

Seberapa kuat mereka? Tapi semoga saja yang datang hanya satu orang. Pasti bisa kutangani sendiri tanpa Harin.

"Baru pertama kali gue liat ada orang yang berani tantang Doyoung."

Suara pria itu terdengar samar-samar. Kudengar dia mengatakan aku menantang seseorang bernama—Doyong? Doyung? Duyung???

Sebelum pergi, dia menatapku dalam, tapi tidak berangsur lama karena ia langsung berbalik, beranjak keluar ke ruangan yang penuh cahaya. Pria yang aneh, tapi aku sedang beruntung dia bukan pedofil.

Selama dia pergi, sebaiknya, aku mencari sesuatu untuk membuka gembok sel. Aku yakin dia tidak akan lama, jadi harus cepat-cepat.

Bisa-bisanya diculik. Untuk apa sabuk hitamku kalau begitu?

IRREGULAR  | NCT mafia au [✔️]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora