Save me

11.2K 1.4K 45
                                    

"Mandi, kau jelek sekali."

"Sialan!" aku mengangkat tangan
memukul lengan Doyoung. Wajahnya menunjukkan cengiran jahil.

Akhir-akhir ini Doyoung menjadi lebih santai—tidak terlalu kaku maksudnya. Biasanya kalau mengatai dia, aku akan dimarahi habis-habisan, tapi sekarang tidak. Sebuah poin tersendiri untukku tentunya.

"Sekadar informasi, kamu juga jelek, bukan tipeku." balasku sambil melipat tangan di depan dada dan berlalu.

"Kalau begitu kita cocok."

"Apa?" langkahku terhenti. Aku mendengar ucapannya barusan, tapi aku pura-pura tidak dengar.

"Tidak apa-apa."

Aku mengendikkan bahu, lalu melanjutkan apa yang akan kulakukan tadi. Kalau aku menanggapi Doyoung, bisa-bisa tidak jadi mandi nanti.

***

Doyoung kembali ke ruangannya, tempat khusus untuknya di markas ini. Tidak ada yang memiliki ruangan seperti ini kecuali dirinya, sebab dialah yang mengatur semua tugas, anggota lain tinggal menjalankannya saja. Tangannya menutup pintu dengan hati-hati, bahkan nyaris tidak ada suara terdengar kecuali langkah kakinya.

Cahaya matahari pagi cukup terang untuknya tidak menyalakan lampu ruangan. Sinar hangat tersebut menembus kaca besar di samping meja tempat ia bekerja. Dari balik kaca ini, kedua bola matanya dapat menikmati pemandangan pepohonan rindang serta sebuah danau berair tenang.

Di saat pekerjaan terasa mencekik lehernya, Doyoung akan membuka tirai jendela melalui remot untuk menghapus sedikit rasa stres. Laki-laki berambut hitam itu menyukai suasana seperti ini, seolah tidak akan ada kerjaan menumpuk mengusiknya.

Hal itu merupakan mitos karena hampir tidak ada waktu senggang untuk Doyoung sekadar bersantai, namun anggap saja begitu dalam beberapa menit ke depan.

Doyoung terduduk di kursi kulit miliknya dengan kedua kaki dinaikkan ke atas meja—ya ... setidaknya kalau tidak ada tamu, maka ia akan duduk seperti itu. Percayalah, Doyoung masih mengerti sopan santun.

Ia menutup mata, membiarkan barbagai suara alam menenangkannya bagai lagu penghantar tidur. Kalau seperti ini, ia jadi ingat masa lalunya.

Doyoung bukan berasal dari keluarga sempurna, apalagi keluarga mafia kaya yang mewariskan harta hasil kejahatan kepada keturunannya. Doyoung yatim piatu, begitu juga dengan beberapa member Daybreaker yang juga berasal dari Panti Asuhan yang sama dengannya.

Dari dulu dia tidak pernah merasakan pelukan hangat seorang ibu. Doyoung tahu wajah orang tuanya, Doyoung ingat sekali. Ia tidak dibesarkan di Panti sedari bayi, melainkan saat umurnya sekitar lima tahun.

Alasan mereka menyerahkannya ke Panti Asuhan karena Doyoung dianggap merepotkan dan mereka tidak memiliki cukup uang untuk membesarkannya. Kalau ditanya, apa Doyoung sakit hati? Tidak, tidak sama sekali, justru itu membuatnya bangga karena dapat membawanya sampai ke sini sekarang, sampai menjadi bagian mafia paling ditakuti di dunia.

Baru saja ia akan terlelap, suara dering ponsel menginterupsi.

"Apa?"

"Nanti malam jam sepuluh, di Bar biasa."

"Aku tidak memiliki niat untuk menjadi supirmu saat kau mabuk nanti."

IRREGULAR  | NCT mafia au [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang