His Secretary

6.6K 618 143
                                    

Happy reading!

BONCHAP: #1

Hariku diawali suara turunnya salju di luar jendela. Aku menganbil posisi duduk dan mengusap mata sambil menguap. Tanpa melihat ke bagian sebelah tempat aku tidur, aku berjalan ke arah kamar mandi.

Aku yakin dia tidak ada di sampingku, percuma saja memeriksa.

Jam masih menunjukkan pukul lima pagi. Dengan setengah sadar, aku menyalakan shower, berharap air panas masih tersedia. Aku tidak berharap lebih, sih sebab kadang ada saja orang tidak tahu diri yang menghabiskan waktunya menggunakan air panas di kamar mandi seolah tempat ini sauna.

Ingin rasanya aku merubah musim menjadi musim panas agar aku tidak perlu berebutan air panas dengan member lain. Badai salju di luar bikin aku suntuk.

"Aduh, tolong, males banget mandi kalau air panasnya gak ada," keluhku.

"TEN!!!" aku memanggilnya.

"TEN, AIR PANASNYA HABIS!" seruku lagi. Aku mendecak, laki-laki itu paling malas bergerak kalau udaranya terlalu dingin.

"TEN, KALAU DALAM HITUNGAN LIMA DETIK KAMU BELUM SAMPE, AKU JEDOR, YA?!"

"SIAP, BAGINDA." Ten masuk ke kamar. Ia menggunakan pose hormat dan berdiri tegak, namun tatapannya malas.

"Air panasnya dihabisin Jisung lagi pasti, kan?"

"Duh, untung dia udah kuanggep adek sendiri, kalau gak ...." Aku mengernyitkan dahi.

"Gak usah dibahas, langsung aja urus," ujarku, Ten mengangguk. Langkahku kembali ke kamar mandi. Bayanganku di kaca membuat diriku ingin cepat-cepat mandi. Aku sudah tidak keramas selama seminggu.

Tanganku beralih ke arah rak sabun dan gosok gigi. Lebih baik aku langsung gosok gigi saja daripada kembali tidur.

"KENAPA ADA PISTOL DI SINI???"

Johnny berlari masuk. Rambutnya yang sudah memanjang menutupi mata. Ia meniup beberapa helai agar tidak menghalangi pandangan kemudian menatapku panik.

"John, kemaren ini ada di balik kaca, di dalem laci, di dalem tempat sampah, sekarang ada di rak sabun??? Siapa yang letakkin ini di sini?"

"Em ... itu perintah Doyoung, Na."

"Hah, jadi dia kasih aku pistol terus pergi kesana kemari bareng sekretaris barunya?" aku terkekeh.

"Taro aja di tempat lain, aku udah punya pistolku sendiri di dalem meja rias." Pistol tersebut kuserahkan ke dalam tangan Johnny. Ia menerima dengan ragu, bahkan menatapku dalam diam sampai akhirnya pergi karena aku melototi kedua matanya.

Rambut kuusak kasar lalu, aku menumpu kedua tangan pada bathroom counter yang terbuat dari marmer. Benda itu mengirimkan sensasi dingin pada telapak tanganku, namun aku tidak peduli. Isi pikiranku terlalu banyak untuk sekadar memastikan keadaan.

"Kemaren pergi ke mall bareng, hari ini ke mana?" aku memperhatikan bayangan diriku yang tampak menyedihkan.

***

IRREGULAR  | NCT mafia au [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang