Break Up?

4.7K 669 50
                                    

Happy reading!


Kakiku berlari tanpa suara. Kuusahakan semua yang kulakukan itu tanpa suara. Lampu tidak dapat menerangi perjalananku menuju ruangan bawah tanah. Aku ingat Taeyong mengatakan ada ruangan bawah tanah untuk jalan keluar darurat, tapi aku tidak ingat ada di mana.

Dalam hati, aku berharap orang itu tidak dapat menemukan aku. Tangan Taeyong kulingkarkan pada leherku, dan sungguh, aku terlihat seperti telah melakukan tindakan kriminal. Mata Taeyong tertutup rapat, melihatnya membuatku ingin menangis. Sudah berapa lama aku menahan air mata agar tidak mengalir turun, tapi seberapa kuat aku menahannya, akan ada satu-dua tetes mengalir turun dari pipi.

Aku sendirian sekarang, tidak ada yang dapat membantuku. Taeyong tinggal raga, aku berdua dengan seorang pembunuh. Aku tidak tau kemana si brengsek itu pergi, dia menghilang setelah aku mencoba untuk menembaknya saat menemukan tubuh Taeyong di bawah hujan.

Aku tidak berniat untuk meninggalkan tubuh Taeyong di sembarang tempat untuk mempermudah perjalanan. Tidak layak sekali rasanya, dia sudah membantuku sampai sejauh ini, waktunya aku membalas budi.

Aku menemukan sebuah ruangan berpintu besi. Ketika pintunya kubuka, ternyata ruangan itu berisi barang-barang tak terpakai. Tidak terlalu penuh, tidak terlalu kosong, seperti gudang kecil menurutku. Sedikit berdebu, tapi tak apalah.

Tubuh Taeyong kusandarkan ke dinding. Bercak-bercak darahnya ada ada di pakaianku, selain itu seluruh tubuhku sudah basah akibat air hujan.

Pintunya kukunci, kemudian aku terduduk di samping Taeyong. Dia benar-benar sudah lemas, kepalanya tersandar secara natural pada sebuah kardus berisi barang-barang olahraga. Bibirnya pucat, darahnya bercucuran tanpa henti.

Pipinya kupegang. Dingin.

"Taeyong, tolong bangunlah" Aku mengelus pipinya perlahan, berharap ia akan membuka mata. Tidak ada harapan untukku. 

Taeyong...

Dia sudah pergi untuk selamanya.

Bibirku kugigit kencang, tubuhku sudah menggigil. Dingin sekali.

"Tae, Taeyong, bangun aku mohon" Air mataku mengalir deras.

"Lee Taeyong I need you, why do you have to go?" Kali ini tubuh dinginnya kupeluk.

Lantai berdebu yang mengalirkan dinginnya padaku membuatku merasa seratus kali lebih buruk.

Kenapa dunia jahat sekali kepadaku?

Aku tidak pernah menemukan kebahagiaan, aku terus kehilangan orang yang kucintai. Rasanya sekadar bernapas saja menjadi tugas berat untukku sekarang. Aku tidak yakin dapat bangun di saat pagi menyambut dengan perasaan bahagia lagi.

Ayah, Ibu, sekarang Taeyong. Mereka menghabisi semua orang yang kusayangi.

Kalau ada seseorang di luar sana yang dapat membantuku, kumohon, tolonglah, tolong bantu aku bangkit sekali lagi. Aku terlalu lelah.

Tolong peluk aku dan katakan semuanya akan baik-baik saja meski berdusta.

Semangat, apa itu? Rasanya semua kehidupan di dalam diriku sudah dihisap habis. Jiwaku tak lagi kuat menahan semua yang dibebankan padaku.

Ponsel Taeyong bergetar lagi di dalam saku celanaku. Kalau kuhitung, pasti sudah ada sepuluh kali bergetar semenjak aku masih di luar. Aku tidak sempat memeriksa siapa yang menelepon akibat terlalu sibuk mencari tempat persembunyian tadi, namun sekarang aku berniat untuk memeriksa.

Markonah

Accept       Decline

IRREGULAR  | NCT mafia au [✔️]Onde histórias criam vida. Descubra agora