Mom?

9.1K 1.2K 161
                                    

"SEMUA SISWA HARAP KELUAR DARI GEDUNG SEKARANG JUGA!"

Semua murid kelasku langsung berdiri dan berhamburan keluar. Teriakan-teriakan dapat terdengar oleh telingaku. Rasanya memekakkan telinga.

"Jina, ayo!" Mark menggandeng tanganku lalu, menarikku keluar dari kelas. Pikiranku kosong, aku melihat ke kanan dan kiri, terdapat beberapa bercak darah di tembok. Belum lagi mayat murid dan staff Sekolah yang bergeletakkan di mana-mana. 

"Renjun mana???"

"Udah duluan. Dia back up bareng Taeil biar kita bisa keluar."

Dor dor!!

Mark berhenti. Suara tembakan itu berasal dari ruangan di samping kami. Pintunya sudah jebol, jadi Mark mengintip sedikit ke dalam. Aku tidak berani melihat sehingga aku tetap diam sambil menenangkan diri dari kekacauan yang terjadi.

"Tunggu," bisiknya kepadaku.

"TOLONG JANGAN BUNUH AKU. AKU MEMILIKI KELUARGA UNTUK DIBERI MAKAN." Isak tangisnya terdengar pilu. Dari suaranya, aku dapat merasakan harapan besar. Nyawa seperti miliknya tidak pantas dicabut. Bibi Ko tidak berdosa, seharusnya nyawanya tidak berada di ambang pintu kematian.

"Mark, itu suara Bibi Ko." Jantungku berdegup kencang. 

Dor! 

"AKH!" aku mengeratkan peganganku pada tanhan Mark. Aku tidak salah dengar, dia telah membunuh Bibi Ko—salah satu staff kebersihan Sekolah.

Gila, mereka tidak memandang mana laki-laki dan mana perempuan. Kalau itu dapat memuaskan niat jahat mereka, maka akan dilakukan. 

"M-Mark ...."

"Diem dulu, gue lagi cari waktu yang pas buat nyerang."

Aku melihat ke sana-kemari, berjaga-jaga kalau saja ada mata-mata. Kalau bisa, aku ingin menemukan orang yang memperhatikan aku dan Mark lewat jendela. Tenggorokanku tercekat, aku berusaha untuk tidak melihat tubuh tak bernyawa yang tergeletak tepat di ujung kakiku. Kevin, mulutnya mengeluarkan darah. 

Tak sengaja mataku melihat seseorang yang sedang memegang senjata dari tangga, kelihatanya ia menargetiku. Aku melirik saku Mark, ada satu pistol lagi. 

Baiklah, kuharap ada pelurunya. 

Pistol itu kutarik keluar dari saku Mark, membuatnya bingung habis. Setelahnya, kubidik ke kepala orang itu dengan asal.

Jujur saja aku tidak tahu cara melakukannya. Peluru kutembakan sebanyak tiga kali ke arah orang itu untuk meyakinkan salah satunya berhasil mengenai target.

"DAPAT!" 

Ia terjatuh lemas ke lantai, dapat kulihat darah keluar dari kepalanya dan menggenang di lantai setelahnya, membuatku tersenyum puas. Sungguh, ini pertama kalinya aku puas telah membunuh seseorang.

"Wow, nice."

"Mark, awas!" aku menunjuk orang yang tadi menembak Bibi Ko. Pasti dia mendengar suara bising dari luar sehingga mengetahui keberadaanku dan Mark.

Orang itu mengeluarkan pisau dari saku celananya dan nyaris menikam Mark kalau tadi tidak kuberitahu. Mark pun berusaha menyerangnya dengan satu pukulan pada wajah, tetapi berhasil dihindari olehnya. 

Aku yang tidak tahu dasar-dasar bela diri kembali menembakkan peluru. Sayangnya semua bidikanku gagal.  

"Shit, pelurunya habis." Aku menarik pelatuk berkali-kali hingga yakin kalau pelurunya benar-benar habis.

Muncul ide di kepalaku, senjata orang tadi. aku berlari menaikki tangga, menggelegah tubuhnya untuk mencari senapan miliknya.

"Ini ... ini bukan orang yang kulihat dari jendela tadi." Aku terdiam saat memperhatikan lekukan wajahnya.

IRREGULAR  | NCT mafia au [✔️]Where stories live. Discover now