Found

4.7K 624 70
                                    

Happy reading!

"Aku gak ngerti sama kamu." Suaraku mengisi kamar tidurnya remang-remang disinari cahaya bulan. Kesunyian merebak di antara kami, membuat aku merasa tidak nyaman.

Doyoung menyalakan lampu tidur kemudian ia duduk di ujung ranjang. Aku masih bersandar pada pintu kamarnya sambil melipat tangan. Hatiku dipenuhi rasa ragu.

Saat aku melewati kamar Doyoung tadi—hendak menuju kamarku, tiba-tiba pintunya dibuka dan aku ditarik ke dalam. Tanpa mengatakan apa-apa, ia mengunci pintunya.

Bungkam serta masih kebingungan, Doyoung menyandarkan tubuhku ke dinding, satu tangannya berada di samping kepalaku. Tatapan dalamnya begitu berarti untukku. Mataku turun ke bibirnya. Bibir merah alami itu, sudah lama aku tidak merasakannya. Aku sampai menelan ludah mengingatnya.

Tadi begitu, sampai akhirnya aku angkat bicara untuk mengusir suasana membingungkan.

"Duduk dulu." Bagian kosong di sebelahnya ia tepuk, memintaku untuk duduk di sana.

Aku menurut saja walau dia tidak menjawab pernyataanku. Tampaknya lelah dia lelah. Di pesawat sudah kuingatkan untuk tidur—Jaehyun juga, tapi Doyoung tidak mau. Dia malah main lempar-lemparan kertas bersama Jaehyun. Dasar keras kepala, padahal dia tahu tubuhnya membutuhkan energi.

Aku tidak duduk bersama mereka, aku duduk sendiri, sedangkan tempat Jaehyun duduk terpisah dari Doyoung, namun masih satu baris. Aku menyesal tidak memisahkan mereka. Sifat kekanak-kanakan Jaehyun memancing Doyoung sehingga mereka ribut terus sampai-sampai aku tidak bisa tidur karena mereka berisik.

Saat aku sudah menutup mata—siap pergi ke alam mimpi, kertas yang mereka lempar ke satu sama lain mengenai kepalaku. Otomatis aku terbangun lalu, melotot ke arah mereka yang sudah lebih dahulu memperhatikanku.


"DIEMMMMMMMM!" teriakku sambil menjambak rambut. Mereka bergetar ketakutan dan langsung diam. Akhirnya, setelah setengah jam lebih aku mencoba, aku pun bisa tidur tanpa ada satu suara pun.

"Kenapa melamun?" Doyoung merapihkan rambutku ke belakang telinga. Aku tidak menjawab karena sehabis itu Doyoung menyandarkan kepalanya ke bahuku.

"Cincinnya kujadikan kalung." Tangannya mengeluarkan sebuah kalung dari balik kaos hitamnya. Aku tidak melihat kalung itu kemarin.

"Baru saja kupakai lagi, maafkan aku."

Tunggu, berarti maksudnya kita balikan?

"Ini akan kujadikan kalung sampai akhirnya aku bisa melamarmu." Pipiku menyemburkan rona merah. Jantungku berdegup kencang.

"Aku tidak mau menyia-nyiakan kamu lagi." Ia mengangkat kepalanya dan mengelus pipiku.

"Seo Jina, aku menyayangi kamu, aku mencintai kamu, dan aku tidak akan melepaskanmu, aku bisa gila."

Masih banyak pertanyaan di kepalaku, tapi semuanya dilahap habis ketika Doyoung menarikku ke dekapannya. Ia memberikanku kehangatan.

Seluruh dirinya sangat kurindukan.

"Aku minta maaf atas perkataanku kemarin, nyatanya aku tidak bisa jauh-jauh dari dirimu." Tangannya mengusap punggungku.

IRREGULAR  | NCT mafia au [✔️]Where stories live. Discover now