♚ LY •• Eps.1♚

17.1K 437 4
                                    

Tak perlu bertanya bagaimana aku harus menyapa bulan april bersama musim seminya yang siap dinikmati penjuru negara

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tak perlu bertanya bagaimana aku harus menyapa bulan april bersama musim seminya yang siap dinikmati penjuru negara.

Dan ada kalanya saat musim semi dibasuh dengan hujan yang menimbulkan aroma petrikor yang bisa ku imajinasi-kan akan begitu menenangkan. Aromanya yang candu membuat udara terasa lebih sejuk.

Tapi...

Semua tak berlaku begitu saja untukku. Tak ada cucian atau sajian indah tiap bergantinya musim untuk netra cokelat ini. Korea khususnya di bagian kota Gangnam. Bagaimana gedung-gedung pencakar langit tersusun indah. Netra Purnama ini hanya akan terus melihat pada gelas-gelas mini hingga besar, serta aroma wine dan rokok yang membuat organ-organ siap rusak kapan saja.

Kurasa ... Tuhan sedang menghukum ku selama masa remaja untuk tidak mencicipi arti dari kebahagiaan para gadis pada umumnya.

Apalagi pemandangan kali ini.

Aku benar-benar disajikan sebuah adegan menjijikkan antara dua sejoli yang sedang bertukar saliva. Di mana gadis berambut biru dongker pada bagian poni panjangnya saja, sedang menangis menatap sosok pria yang berkecimpung dengan gadis lain.

"Tak selamanya gadis itu lemah karena cinta."Ketika aku mengucapkan kalimat tadi, Heeji menatap ku sekilas. Apakah aku harus menatapnya balik dan melambaikan tangan saat melihatnya sedang meneguk dua pil?

Apa aku masih bisa menyebut teman kerjaku itu sosok gadis? Setelah segelnya terbuka tanpa ada ikatan diantara sang pria?

Tidak-tidak. Aku salah sebut, dia bukanlah teman ku. Peran ku dengannya sangat berbeda. Dia gadis tak waras karena membunuh bayinya dan aku gadis waras yang bercita-bercita membunuh diriku sendiri.

"Membosankan," tutur ku sembari menguap dengan tangan mungil yang sibuk mengusap-membersihkan gelas-gelas yang tak setara dengan gaji ku.

"Hey, Hwang..." panggil Goh Areum pemilik bar ternama di Gangnam ini. Dia yang memungut ku dari jalanan dan mempekerjakan aku di sini dari usia dua belas tahun.

Aku hanya memainkan alis untuk menjawab, Ada apa?

"Kau tidak ingin bermain dengan casanova?" tawarnya. Kulihat wanita berusia empat puluh tahun ini sedang bermain dengan sigaret, di mana bara merah menyala di ujungnya.

"Mempermainkan mereka itu bukanlah keahlian ku. Aku tak ingin menjadi korban, seperti Heeji anak kesayanganmu yang membuat bar mu selaris ini," jawabku.

"Heeji adalah gadis dengan harga mahal, bukan? Tapi dia memberikan cuma-cuma kepada pria yang ingin ku jambak rambutnya hingga botak. Bukan hanya rambut luar, mungkin ... rambut-rambut tebal di antara benda liarnya." tutur ku yang rupanya disambut tawa Goh Areum.

"Jika kau seperti ini terus-menerus, pria tidak akan mau dengan mu," kata Goh Areum sembari menghisap bagian manis pada ujung rokok.

"Itu akan lebih baik." sarkas ku dingin.

Lieber YWhere stories live. Discover now