♚LY •• Eps.5♚

6.9K 180 7
                                    

Rontokkan kelopak sakura dengan sisa air hujan berjatuhan hingga menyangkut pada tiap helaian surai ku mengundang risih tersendiri

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Rontokkan kelopak sakura dengan sisa air hujan berjatuhan hingga menyangkut pada tiap helaian surai ku mengundang risih tersendiri. Aku sendiri seperti orang hilang untuk kedua kali. Hanya untuk menunggu seseorang yang membuat suasana bosan hadir tanpa adanya undangan. Dua roti ikan yang sempat aku beli dengannya untuk menghangatkan tubuh, sudah habis terlahap dan berakhir pada lambung.

Kenapa dia membuatku menunggu? Dan kenapa, bodohnya aku tak kabur saja? Hei, Hwang Seulji, kau memang-memang bodoh. Dia sudah membuat menunggu hampir sepuluh menit lebih, pria muda itu berkata jika dia 'akan' kembali dalam kurun waktu tiga menit, nyatanya apa? Ucapannya sama sekali tak bisa dipercaya.

Aku tiba-tiba teringat beberapa menit yang sudah berlalu bersama waktu. Bagaimana tangan ini terayun dengan genggaman yang mengisi sela-sela jemari. Saat  itu ... aku terlalu larut untuk menatap Yoongi yang mengembangkan senyuman kecil terukir sedari tadi pada birainya. Bagaimana juga terlihat jelas earphone hitam menyumpal sempurna pada kedua lubang telinganya. Aroma semerbak bunga sakura membuatku penuh arti dalam genggaman yang bisa saja diartikan sebagai permulaan. Permulaan mendekat untuk membunuh.

Kelihatan sekali pria di samping ku ini mengetahui, jikalau sedari tadi dalam tiap rajutan aku terlalu menatapinya tanpa henti. Maka dari itu dia berkata sesuatu tanpa menatap ku. "Berhenti untuk menatap ku dan lihatlah jalanan mu. Bagaimana jika kau tersandung jatuh dan terluka?"

Saat itu juga aku langsung tersenyum masam serta mata terpejam sekilas--kepala menunduk. Kemudian, aku arahkan netra ini pada jalanan kosong yang disambut oleh rontokkan kelopak sakura. Seraya tangan yang masih aku ayun-ayun dalam genggaman lembut tangan milik pria bermata sabit; Min Yoongi.

"Bukankah itu lebih baik? Ah, maksudku begini ..., jika aku disuruh memilih, aku akan memilih jatuh karena batu daripada jadi karena cinta." kataku dengan tatapan hampa pada tiap rajutan.

Rasa ingin merajut lebih jauh harus terhenti. Seketika aku merasakan tanganku tertarik ke belakang. Aku menengok. Ah, ternyata dia yang memberhentikan jalan-jalan santai ini. "Ada apa? Kenapa berhenti? Apa ahjussi, lelah?" tanyaku ketika melihat raut wajahnya yang penuh arti. Arti yang tak bisa di deskripsikan secara lisan.

"Kau pernah jatuh cinta?" tanyanya yang terlihat secara naluri hati.

"Tentu. Gadis seusia ku akan pernah merasakan cinta dan luka. Apalagi saat bertepuk sebelah tangan."

"Dengan siapa?"

"Kau tidak perlu tahu."

"Jawab pertanyaan ku, Hwang. Dengan siapa?" tekannya dalam setiap kata.

Aku mengerutkan dahiku. Kenapa dia sangat ingin tahu dengan siapa aku bercinta. Apa dia harus tahu sosok lelaki pemilik bola mata purnama dan sang pemilik alibi yang sempurna dalam hidupnya tanpa ada rasa bersalah; Jeon Jungkook.

"Jeon Jungkook." Mataku membulat. Mendengar dua kata nama yang sudah aku hempas dari alam semesta, tersebut sempurna terucap dari birai tipis Min Yoongi. Bagaimana dia mengetahui ini?

Lieber YDonde viven las historias. Descúbrelo ahora