♚LY •• Eps.6♚

5.3K 149 5
                                    

Tak perlu menjadi pemanis dalam suatu hubungan yang sudah diakhiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tak perlu menjadi pemanis dalam suatu hubungan yang sudah diakhiri. Karena terlalu manis itu akan berbahaya. Sesuatu yang tak diinginkan akan terjadi tatkala mencoba untuk tetap di sini bersama alunan dramatis yang menyeruak di antara leburan kenyataan yang pahit.

Jeon Jungkook. Penguasa alibi yang sulit aku hindari. Di mana pasang wajah bahagia dengan mata berbinar indah itu, bukanlah pembukaan semenjana malam yang pantas aku deskripsikan sebagai pertemuan yang seharusnya tak perlu terjadi.

Aku akan gila, jika aku berkata sedang baik-baik saja ketika keadaan dan perasaan dekat dengan Jungkook menyeruak hingga meletup bagaikan jagung yang akan berhasil menjadi camilan pendamping drama yang sering disajikan televisi di tiap malam.

Sial. Tak hanya sekali, dia hampir berkali-kali menebarkan pemanis yang tak ingin ku hadirkan untuk yang kesekian kali. Jika sudah seperti ini, aku bisa di kata, meneguk racun dari tangan sendiri.

"Aku canggung...." Suara yang terdengar ragu, mulai terucap. Jungkook benar-benar berbeda. Dia terlihat lebih tenang saat berdialog, berbeda ketika dirinya remaja. Dan sekarang, Jungkook berusaha tak gugup ketika menatap ku. "Kau tidak canggung?"

"Tidak." Aku menanggapi kalimat Jungkook seadanya. Apa yang aku rasakan tentu aku katakan. Tak peduli itu menyakiti atau tidak. Karena sejatinya aku yang lebih tersakiti di sini,  karena pria tak pemilik hati ini pada masanya.

"Aku rindu."

"Dan aku tidak."

"Kau masih marah?" Pertanyaan yang sering aku terima sedari tadi pada setiap rajutan bahkan sampai kami duduk memandangi rerumputan yang bergoyang lalu berhenti.

"Aku tidak pernah marah. Aku hanya kecewa."

Aku berpikir, seusai Jungkook mendengarkan tanggapan ku, dia akan menghela napas panjang dan mengembangkan senyum masam. Namun aku salah untuk meramal seperti itu, dia justru mengelus rambut yang terurai panjang. Lantas, lelaki ini tersenyum kecil, aku berharap, seiring detik aku benar-benar hanyut di sungai Han, hanya untuk membuang beberapa memori ku yang pernah mengutuknya untuk tak pernah bisa tersenyum. Dikarenakan sekarang Aku rindu senyumannya.

Jungkook memang orang yang pandai memasang topeng berwajah bahagia. Tatkala dia menyembunyikan luka yang tak perlu orang ketahui seperti sekarang. Katakanlah jika aku sekarang sudah berhasil menjadi orang terjahat di muka bumi, tak pantasnya juga aku terapkan ini kepada lawan jenis yang pernah melukai tanpa permisi. Bagaimanapun, aku yang salah. Aku yang salah telah membuatnya jatuh cinta di kala aku belum siap untuk menerima pahitnya luka.

"Jung...."

"Aku di sini, Ji." sahutan yang begitu lembut beradu dengan napas hangat yang menyapu pori-pori kecil ku.

"Lepaskan."

"Biarkan aku seperti ini untuk beberapa menit." Jungkook mempererat otot-ototnya. Membuatku terkunci dalam dekapan hangatnya.

Ya. Lelaki yang terus menerus menghantui ku untuk membenci rupa tampannya, membuatku berada dalam pelukan yang semestinya aku hindari untuk tak menggores luka sendiri.

"Sudah, ya?" kataku menginterupsinya.

Kurasakan bagaimana ukiran wajahnya mengangguk yang Jungkook sembunyikan pada tengkuk leher ku yang sedikit berkeringat karena rambut.

"Aroma mu berubah, aku sampai tak mengenali aroma ini." ujaran yang membuatku menampilkan senyum paksa. Aku tak bisa bilang, aroma apa yang melekat pada tubuh ku. Aroma yang mungkin tak akan pernah Jungkook bisa terima. Aroma yang menyeruak hingga menusuk pernapasan ku di kala aku dengannya harus melakukan yang semestinya aku larang, malah menjerumus menikmati.

"Tak semua aroma harus tetap sama,  bukan? Aku sedang mengombinasikan aroma lain menyeruak sempurna bila nanti ada seseorang mencium ku. Aroma alami yang tak terlalu kuat dan membuat kepala pusing."

Kerutan samar sekarang menghias pada dahi mulus Jeon Jungkook sembari sedikit dia buka katup birai merah muda pucatnya. Pandanganku mengatakan, jika lelaki ini tengah berfikir. Aku pun hanya memegang perut ku. Untuk menghentikan bunyi berisik di mana seluruh cacing berdemo hanya demi mendapatkan sesuap nasi pengganjal.

"Aku lapar." Tanpa bersalah, tanpa punya dosa, aku berani berucap seperti baru saja.

"Aku tahu. Itulah alasan ku berpikir, bunyi apa dari tadi yang aku dengar. Aku kira, bunyi bayi ku yang ingin segera hadir dari rahim gadis yang tak pernah bersimpati untuk menerima ku lagi." ucapan yang nyeleneh di akhir tawaan paksa.

Jungkook berdiri. "Aku akan membeli makanan hangat untukmu dan bayi ku. Katakan padanya jika aku adalah ayahnya."

♠♠♠

Sebenarnya ada emosi jujur tersendiri ketika berada dekat dengannya lagi. Seolah-olah diriku ini sudah menanam ribuan, bahkan jutaan tahun luka yang kumiliki. Yang pada akhir aku tak mengetahui, jika dirinya juga menanam luka sendirian. Keserakahan dalam emosi serta keras kepala dirundung rasa kecewa membuat aku sudah tak normal. Semua aku akhiri begitu saja.

Ah, ini sulit. Sulit untuk ku mengerti.

Dan detik saat aku masih dalam lamunan menunggu Jungkook kembali membawa makanan hangat yang dia janjikan. Tangan dingin menyambar dan menarik ku pergi dari tempat labuhan diriku mengingat memori kecil bersama Jungkook.

Pria muda yang terlihat membarakan api hingga mengeluarkan kebulan asap di setiap sisi. Cekalan ini begitu sakit. Aku berusaha memberontak sekuat tenaga, namun aku kewalahan. Dia semakin mencekal erat hingga kuku-kuku pendeknya memberi bekas pada pergelangan ku.

"Ini sakit!! Tolong lepaskan aku!" sentak ku berusaha menahan langkah untuk tak merajut lebih jauh.

"Sakit mana saat aku melihat mu seperti tidak memiliki dosa ketika dipeluk sosok pria lain." sambarnya dengan tekanan dalam setiap kata yang sempurna dilontarkan, seraya membanting tangan ku dengan begitu kasar.

Sulut emosi marah sudah tak jelas dia perlihatkan dalam raut wajah yang semestinya tak layak memasang raut ini.

"Apa maksudmu tadi?" tekan Yoongi yang semakin membuatku bertanya-tanya.

Dia membahas mana? Apa dia melihat aku bersama Jeon Jungkook?

"Apa maksudmu meninggalkan ku dan berkecimpung dengan seseorang yang sudah tak ada hak untuk memiliki mu, lagi. Katakan pada ku, jelaskan pada ku apa maksudmu berpelukan bersama si bajingan itu?" Benar. Dia melihat semuanya.

Aku terkekeh samar dengan menyeringai. "Seharusnya aku yang bertanya begitu kepada mu, Min. Kau bukannya berjanji akan datang lebih cepat? Kau meninggalkanku mati kedinginan sampai bergantinya malam. Dan sekarang, orang yang sedang mencoba memberi ku sedikit kehangatan, mulai kebingungan di mana aku sekarang. Kau telah merenggut kebahagiaan orang." []

♠♠♠♠

So,  soryy dan terima kasih yang membaca cerita ku. Aku tahu cerita ini klasik banget :')  dan maaf jika part ini tidak jelas. (T ^ T)

 (T ^ T)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-My art. Untuk mu pengangum Min Yoongi.

Lieber YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang