♚LY •• Eps.9♚

4.1K 141 9
                                    

Jujur, aku sebenarnya tidak ingin berniat untuk memiliki masalah dengan Min Yoongi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jujur, aku sebenarnya tidak ingin berniat untuk memiliki masalah dengan Min Yoongi. Yoongi memang pria asing yang tidak mau menunjukkan identitas siapa dirinya. Mungkin, tiga hari aku menginap di hotel dengan kamar yang berseberangan itu sudah lebih dari cukup untuk menghormati keputusan yang seperkiranya dia masih waras untuk tidak memintaku satu ranjang bersamanya.

Seandainya, jika dibilang bisa kabur, aku bisa kabur sekarang. Aku bahkan berupaya tiap malam mengendap-endap untuk kabur dari mata elang tajam milik Yoongi. Namun itu aneh, sekali dua kali hampir malam ini pun, aku tidak bisa melakukannya. Terasa gagal, aku akan dengan sendirinya kembali ke kamar sembari merenung.

"Siapa Sebenarnya Yoongi?"

Kalian tahu, tiap pagi di jam tertentu akan ada sosok pria berwibawa, pria muda yang datang mengirim barang untukku dan Yoongi dengan penampilan pakaian formal--kantoran. Pakaian. Itu yang selalu pria muda itu antar di jam masih cukup pagi. Sementara di malam hari, usahaku ingin kabur selalu gagal. Ketika netra ku tiap kali melihat--mengintip celah pintu kamar Yoongi yang selalu terbuka tak pernah tertutup rapat.

Aroma alkohol yang begitu menyengat berhasil menyeruak—membuat rasa ini selalu penasaran dan bertanya, kenapa tiap malam Yoongi meminumnya? Jika itu hanya satu atau dua kali tidak masalah. Namun ini berhari-hari di tengah malam yang suntuk.

Seharusnya aku tak mempedulikan itu. Tapi ...

"Hey, sejak kapan kau di situ? Sini masuk."

Dia menyapaku dengan nada begitu lembut. Jarang ku dengar, jarang kulihat juga, bagaimana wajah letih harus terpampang di wajah yang seharusnya memberikan tatapan elang yang tajam padaku. Bukan raut seperti ini yang aku mau karena raut itu sangat tak cocok dengan visualnya yang terlihat begitu tenang, dia benar-benar terlihat berbeda.

"A-aku ingin kabur tadi. Tapi ..., aku punya hutang budi kepadamu. Dan bagaimana aku bisa kabur dengan hutang yang belum terlunaskan?" Bodoh. Kenapa aku bicara seakan aku menunjukkan kebodohan yang melekat di mata Yoongi.

Dia bahkan mulai terkekeh mendengar jawabanku yang sangat bertolak belakang dengan pertanyaannya. "Kau ingin kabur, lagi? Kenapa tidak jadi? Bukankah waktu itu aku memberi kebebasan untukmu pergi? Masalah hutang budi yang waktu itu ... abaikan saja, anggap saja aku sedang memperbaiki dosa yang tak sengaja di malam penuh suara dentuman petir disertai hujan deras merenggut kegadisan mu."

Apa yang dikatakannya benar, Yoongi pernah melihatku berusaha kabur. Itupun di kala dia selesai mengambil kopi pesanan dari café sebelah yang dititipkan pada lobby hotel ini. Dia terlihat bodoh amat, mengizinkanku pergi seraya memberikan satu kopi kepadaku. Tapi, aku benar-benar seperti terkunci olehnya. Sampai tak sadar jika aku akan melangkah membalik dan masuk ke kamar kembali.

Lihat, bagaimana kini dia membalik tubuh--menyandar pada kepala kursi untuk kembali menatap layar laptop yang menyala benderang disertai beberapa lembaran dokumen serta buku-buku tebal, tak lupa alkohol akan menjadi teman dia di kala seperti ini.

Lieber YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang