♚LY •• Eps.12♚

2.8K 110 4
                                    

"Aku akan pergi ke toilet sebentar," kataku yang tengah makan siang sebelum melanjutkan perjalanan kembali menuju hari pertemuan pertamaku dengan keluarga Yoongi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku akan pergi ke toilet sebentar," kataku yang tengah makan siang sebelum melanjutkan perjalanan kembali menuju hari pertemuan pertamaku dengan keluarga Yoongi.

Dan aku bisa lihat betul, bagaimana ekspresi Yoongi yang datar saja ketika mengangguk tanpa ada senyuman. Selepas pulang saat itu, aku juga tidak mendapatinya di kamar hotel. Aku mendapatkan informasi dari Park Jimin, jika Yoongi di malam yang deras memilih menginap di kantor karena harus mengurus saham yang baru saja ditanam Yoongi di negeri sakura. Aku hanya mengangguk saat berada dalam perbincangan singkat bersama Jimin. Seperkiranya aku mengerti. Itu saja, sih.

Dan untungnya,  aku tidak menolak untuk kesekian kalinya dari tawaran Jungkook kemarin malam. Bisa-bisa, aku akan pulang jalan kaki di tengah hujan.

"Aku tidak akan kabur," sambung ku yang sekali lagi hanya disambut anggukan samar darinya.

Kesal akan tindakannya, aku merajut langkah pergi secepat mungkin untuk bisa sampai pada titik tempat aku mengumpat; toilet.

Tapi nihil jika aku ada waktu untuk semua itu. Sebab, aku sudah disambut sosok gadis yang menangis sembari bolak-balik mencuci wajah. Aku menoleh ke kanan dan kiri. Nihilnya, tidak ada orang di sana, hanya ada kedatanganku saja. Mungkin ... kali ini aku bersimpati. Karena jelas tentu terlihat Tuhan mengirimku ke toilet untuk menjadi malaikat kesiangan. Bisa terlihat juga pakaian yang super berantakan ditambah mata merah padam serta rambut yang basah kuyup.

"Ini," tawarku seketika tanpa sadar sudah main menyodorkan tissue wajah untuknya. Dia menatap ku. Lalu tersenyum sendu.

"Terima kasih," katanya yang bergetar sedikit terpotong serak ketika dia meraih beberapa lembar tissue yang aku tawarkan kepadanya.

Aku mencuci tanganku serta merapikan beberapa anakan rambut yang menurut ku berantakan di hadapan cermin besar di mana aku bersebelahan dengan gadis yang memandangi ku, hingga kembali menunduk mengusap air mata. Aku bisa melihatnya dari pantulan kami. Dia rapuh sekali.

Iba? Tentu. Tapi bukankah mengurusi urusan orang lain itu sangat tidak baik?

"Kau, sendiri?" tanyanya.

Aku tersenyum. "Aku bersama seseorang."

Terlihat jelas dia tersenyum samar. "Suami?"

Aku menganga dengan gusi yang mengeras di dalam mulutku. Apa aku berkata  dan mengakui jika Yoongi suamiku?

"Kau sendiri?" Aku mengalihkan pertanyaan. Dan dia tidak mempersalahkan, justru terlihat dia menjawab dengan senang hati. "Bersama temanku."

Aku mengangguk paham. "Lalu, di mana temanmu?"

"Temanku ... temanku meninggalkanku karena Keegoisanku."

"Ta-tapi aku tidak salah, apa kau akan egois seperti ku jika kau akan mendengar kabar pernikahan yang tidak sama sekali kita pungkiri atas ketidakadilan Tuhan kepada kita? Ma-maksudku, apa kau rela melepaskan orang yang kau cintai menikah dengan orang lain?" sambungnya.

Lieber YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang