| 025 | GBGB

708 67 15
                                    

025

~Good Boy Gone Bad~

Jay berjalan menuju kantin sekolah. Saat ia melewati ruang kelas Salma, ia hanya menatap gadis itu dengan tatapan datar, begitu juga dengan Salma. Setelah sampai di kantin sekolah, Jay duduk di bangku yang membuat dirinya bisa berhadapan dengan Fino.

"Tenang aja. Aku bakal jaga rahasia, hehe," ucap Fino yang menyadari Jay menatapnya dengan tatapan meminta sesuatu.

"Bagus kalo gitu," ujar Jay langsung mengambil sepotong kentang goreng yang Fino pesan. Ia colekkan kentang itu ke saos dan segera masukkan ke mulut.

"Ada masalah apa sama si Karin?

"Emang keliatan kalo aku sama Karin lagi ada masalah?

"Sebab setelah dulu aku putus sama Karin, terus kamu dateng ke desa ini, Karin mulai deket sama kamu. Jadi, aku kira kalian pacaran."

"Pacaran apaan?" Jay kembali mengambil potongan kentang goreng itu.

"Mungkin aja kalian itu pernah pacaran, terus ada masalah yang ngebuat kalian itu berjauhan. Lalu putus. End."

"Nggak usah bahas masalah itu lagi deh!" pinta Jay.

"Atau terbit season kedua. Sejenis CLBK."

Jay berdecak mendengar penuturan Fino.

"Kenapa nama desa yang kamu tempati itu Desa Puterus?"

"Aku si nggak terlalu tau akan hal itu. Sebab aku ini bukan orang asli dari desa itu. Aku lahir di Amerika." Fino mengambil potongan kentang goreng dan memasukkannya ke mulut, "tapi aku tau sedikit tentang desa itu dari ibu aku," lanjutnya.

"Cepetan jelasin. Nggak usah pake basa-basi."

"Desa Puterus itu katanya, katanya lho ya. Berasal dari kebiasaan orang-orang yang selalu membersihkan desa itu secara rutin seperti salah satunya adalah menyapu. Desa Puterus itu berasal dari kalimat de―sapu―terus. Dalam bahasa Jawa kata 'di' sering diucapkan dengan 'de' itu membuktikan bahwa desa ini memang sering 'di sapu terus' dalam bahasa Indonesia, dan dalam bahasa Jawa hampir sama, yaitu 'de sapu terus'. Gitu..." jelas Fino panjang lebar.

"Beneran kayak gitu sejarahnya?" Ada tawa yang keluar dari mulut si Jay.

"He-em. Emang kayak gitu sejarahnya. Aku pertama kali denger juga ketawa-ketawa sendiri."

Jay mengangguk mengerti.

"Oh iya."

Ucapan Fino membuat Jay mendongak dari yang semula menatap pengunjung kantin berdatangan setiap detik―menatap Fino.

"Kamu kenapa meluk Karin sewaktu dia nganter kamu ke kamar malem itu?" tanya Fino wajah di dekatkan ke telinga Jay. Nada bicaranya juga terkesan berat.

"Dih! Gak usah bisik-bisik gitu kali."

Jay yang bergidik ngeri membuat Fino membenarkan posisi duduknya. Siap mendengar penjelasan Jay.

"Meluk apaan? Adanya mungkin dia yang meluk aku bukan sebaliknya!" seru Jay dengan nada yang membuat pengunjung kantin lain memperhatikan dirinya. Ia hanya menaruh tatapan tajam pada semua pengunjung yang sempat memperhatikan dirinya. Itu membuat mereka yang menatap dirinya langsung kembali ke aktivitas mereka masing-masing.

"Ish! Gue kan cuma nanya. Ya nggak usah nge-gas kan bisa!" keluh Fino diakhiri dengan dengusan. Ia masih menatap Jay yang ada dihadapannya itu.

"Napa ngeliatin kayak gitu?!"

"Cuman liat doang! Nggak ada niatan lain!" Fino memasukan kentang goreng itu ke mulutnya.

"Apaan si?" Jay mengambil potongan kentang goreng Fino yang tinggal sepotong.

Saat Jay berhasil mengambil potongan kentang itu, Fino juga sudah menyentuh si kentang. Hal itu membuat Fino dan Jay saling bertatapan. Kedua tangan mereka maju mundur rebutan kentang goreng yang hanya tinggal sepotong.

"Aku yang beli! Punya aku dong!"

"Yang pertama dapet kentang itu siapa? Aku. Punya aku dong."

Aksi rebutan kentang goreng mereka berdua mendapat lirikan dari mereka yang tidak ingin menyia-nyiakan momen dua cogan duduk berhadapan di kantin.

~Good Boy Gone Bad~

***

See You Next Part

Good Boy Gone BadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang