| 084 | GBGB

333 27 0
                                    

084

~Good Boy Gone Bad~

Hari Senin telah tiba. Seperti biasa, semua warga sekolah berangkat lebih awal sebab akan diadakan upacara bendera. Karin yang sudah siap dengan setelah seragam putih abu-abu, tas digendong, sepatu kets disambut hangat dengan munculnya Jay seraya menaiki motor Vixion. Motor itu berwarna biru tua. Helm model yang hanya memperlihatkan mata dan hidung saja, fulface, terpasang di kepala Jay.

Jay memberi kode kepada Karin untuk naik ke jok belakang. Melihat hal itu, Karin tersenyum ceria dan langsung naik ke motor itu. Karin tidak memakai helm. Itu karena jarak rumahnya tidak terlalu jauh menuju ke sekolah. Juga mereka tidak akan melewati jalanan kota. Mereka tidak akan kena tilang.

Lagi-lagi nasehat kakaknya agar Karin selalu memakai helm saat naik motor kemanapun pergi entah dekat ataupun jauh, terngiang di kepalanya.

"Udah," ucap Karin ketika sudah duduk di jok belakang motor Jay. Karin memakai rok dengan celana panjang di bagian dalam. Sehingga ia bisa duduk di jok motor itu tanpa menyamping.

Mendengar hal itu, Jay mulai menjalankan sepeda motornya menuju sekolah. Ia sudah janjian dengan Fino bahwa mereka akan mengendarai motor setiap hari. Saat melewati rumah Fino, pria bermata hijau itu sudah siap berangkat sekolah dengan motor Ninja-nya. Motor Ninja berwarna merah itu dibelikan ibunya ketika Fino mulai memasuki masa SMA. Jay menghentikan motornya, menunggu Fino.

Karin yang merasa tidak enak dengan Fino, sebab ia tahu bahwa Jay sudah memberitahu Fino. Memberitahu tentang alasan putusnya hubungan mereka berdua. Karin hanya mengulas senyum manis pada Fino. Karin bisa melihat Fino tersenyum dari sudut-sudut matanya yang berkerut. Fino memakai model helm yang sama dengan Jay.

Fino mengangguk, lalu Jay mulai menjalankan motornya diikuti juga dengan jalannya motor Fino. Ketika sudah sampai di jalanan pedesaan, Kiki sudah berada di depan sana mengendarai motor Ninja yang sama dengan Fino. Jay dan Fino mendekatkan motor mereka dengan motor Kiki. Jalan itu tidak cukup untuk tiga motor saling berjejeran.

Empat remaja berangkat ke sekolah bersama. Karin yang merupakan satu-satunya gadis diantara mereka berempat merupakan mantan seorang pria bernama Fino. Fino sendiri adalah teman kelas Jay. Ia relakan Karin untuk temannya itu. Kiki yang berada di depan sana merupakan adik Jay. Pria yang baru-baru ini muncul di kehidupan mereka.

Beberapa menit kemudian, mereka berempat sudah sampai di sekolah mereka. Sekolah yang menghadap ke arah barat itu merupakan sekolah SMA satu-satunya di Desa Puterus. Mata Karin menyipit saat sinar matahari terang menyinari matanya. Bulu matanya yang lentik tampak dengan jelas. Satu lagi yang ada pada diri Karin selain ramping, tinggi, dan memiliki bulu mata lentik. Ia memiliki gingsul. Hal itu menambah senyumnya semakin manis.

Saat mereka berempat datang ke sekolah itu bersama-sama, beberapa murid lain memperhatikan mereka. Tiga pria tampan datang bersama satu orang gadis. Dan gadis itu membuat iri gadis lain. Karin cukup terkenal di kelas XII, sebab ia sering bergaul dengan siapa saja yang ia anggap pantas untuk dijadikan teman. Tidak ada teman yang ia beri kedudukan spesial. Semuanya ia anggap sama.

Jay, Karin, Fino dan Kiki berjalan beriringan menuju kelas masing-masing. Beberapa murid menatap mereka berempat dengan tatapan aneh. Ada juga yang menatap mereka dengan tatapan hangat maupun tatapan biasa. Ada juga yang menyapa salah satu diantara mereka berempat. Orang itu adalah Jay. Dia lah murid paling terkenal di sekolah itu saat ini. Terkenal karena kedudukannya sebagai ketua OSIS.

"Pagi, Jay," ucap salah satu siswi yang mungkin seangkatan dengannya.

Jay hanya mengangguk dan tersenyum.

"Pagi, Mas Jay!" kali ini yang menyapa adalah salah satu adik kelas. Adik kelas yang duduk di kelas X. Badge kelas X tertempel di salah satu lengan baju yang gadis itu kenakan. Ia berjalan dengan teman perempuannya.

Yang dilakukan Jay masih sama. Tersenyum juga mengangguk.

Melihat tingkah Jay yang selalu mendapat sapaan dari murid-murid sekolah itu, membuat ketiga teman yang berjalan bersamanya memandanginya dengan tatapan datar. Jay memperhatikan ketiga temannya yang menatap dirinya seperti itu.

"Kenapa natap aku kayak gitu? Ooh kalian iri sama aku ya? Harusnya kalian itu beruntung bisa jalan bareng selebriti SMA Bumi Pertiwi! Banyak murid perempuan yang pengin jalan sama aku lho."

Ketiga temannya itu hanya mengerucutkan bibir melihat tingkah Jay.

"Pagi, Jay..."

Kali ini adalah teman sekelas Jay yang menyapa. Dia murid laki-laki. Nada bicaranya seperti murid-murid lain yang suka menyapa Jay ketika datang ke sekolah.

"Apaan si? Ikut-ikutan mulu!" sahut Jay dengan nada seperti baru bertemu dengan teman akrabnya setelah sekian lama.

Ketiga teman yang ada disamping Jay sempat tertawa melihat tingkah teman Jay yang satu itu, meniru gaya murid-murid ketika menyapa Jay. Setelah itu, Jay buru-buru untuk masuk ke kelasnya. Ia harus siap-siap untuk memimpin upacara hari ini. Fino dan Jay naik ke lantai dua gedung satu menuju kelas XII IPS 1. Sedangkan Karin dan Kiki masuk ke ruang XII IPA 1 yang ada di lantai satu.

Di dalam kelas, mereka hanya menaruh tas dan siap-siap menunggu upacara dilangsungkan. Tidak ada PR yang harus dikerjakan pada hari itu. Sehingga mereka tidak sibuk untuk menyelesaikan PR itu. Jay yang sudah mengambil topi OSIS-nya dari tas, langsung berlari kecil untuk bersiap-siap memimpin upacara. Jay menuruni tangga agak cepat. Membuat rambutnya megombak-ombak.

Upacara berlangsung tepat pukul tujuh pagi seperti biasanya. Beberapa murid yang tidak memakai seragam lengkap mendapat hukuman dengan berdiri menghadap ke murid-murid lain yang menghadap ke barat. Ketika menghadap arah barat, wajah mereka tidak kena paparan sinar matahari. Sehingga tidak silau. Tetapi murid yang tidak memakai seragam lengkap itu, menghadap ke arah timur, sehingga wajahnya terkena paparan panas sinar matahari pagi.

~Good Boy Gone Bad~

***

See You Next Part

Good Boy Gone BadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang