| 088 | GBGB

408 28 0
                                    

088

~Good Boy Gone Bad~

"Awas...," ucap Kiki dengan nada selow saat Jay nge-rem mendadak.

Di depan sana semua kendaraan melambatkan kecepatannya. Itu karena sebuah mobil berpapasan dengan gerombolan itu. Hal itu membuat mereka yang mengendarai motor harus jalan satu per satu. Jalanan itu terlalu sempit untuk mobil dan motor berjejeran. Untung saja mobil sewaan itu berpapasan dengan mobil yang berasal dari arah berlawanan di sebuah pertigaan.

Motor demi motor berjalan bergiliran. Sampai mobil itu bisa lewat. Kemacetan ringan sempat terjadi. Jika yang terjadi adalah kemacetan berat, untuk menyaksikan sunset di sore hari tidak bisa terealisasi. Jalanan naik-turun mereka lalui. Mempercepat kendaraan maupun melambatkan selalu dilakukan.

Beberapa menit kemudian, mereka semua sudah tiba di Bukit Tranggulasih. Bukit yang baru beberapa waktu lalu sempat terkenal di daerah sekitar itu. Sebab bukit itu masih baru, fasilitas disana masih belum memadai. Hanya beberapa warung kecil yang ada disana. Tempat-tempat untuk berfoto juga belum terlalu menarik.

Kendaraan para warga RT 01 tidak mendapat tempat parkir di atas sana. Itu karena sudah banyak para pengunjung yang memakai parkiran itu. Motor yang mereka bawa diparkir di salah satu depan rumah warga sana yang masih luas. Halaman rumah itu mampu menampung semua kendaraan warga RT itu. Parkir disana juga ada untungnya. Tidak bayar sama sekali alias gratis. Penduduk di sekitar sana juga ramah-tamah dan mudah diajak untuk berbicara maupun bertanya.

"Nyampe juga!" ucap Fino yang sudah turun dari motornya. Beberapa menit mengendarai motor sudah membuat tangannya sedikit pegal. Itu karena jalanan naik-turun membuatnya tidak bisa ngebut sesuka hati.

"Ternyata tempatnya tinggi juga, yah," ujar Kiki dengan nada kagum. Sebab ini pertama kalinya ia datang ke tempat itu.

"Namanya aja bukit, Ki, Ki!" sahut Jay yang sudah memarkir motornya.

"Nanti beberapa orang bantu bawa makanan ke atas, ya! Kan mobilnya nggak bisa naik. Jalanan terlalu nanjak," jelas Kevin pada para warga.

Cekrik

Karin menjepretkan kamera digitalnya. Hal itu membuat orang yang ia ambil gambarnya, menengok ke arahnya. Karin yang sibuk melihat hasil jepretannya, tidak memperhatikan ekspresi orang yang ia ambil gambarnya.

"Woi! Woi! Woi!" respon Fino.

"Maen jepret aja!" Kiki juga merespon.

"Keren hasilnya," ucap Karin seraya mengacungkan jempolnya.

Di foto itu terdapat Kiki, Jay dan Fino yang sedang berbincang-bincang. Di belakang mereka ada beberapa warga yang ikut kena jepret. Kiki tidak memakai kacamata hiasnya itu.

Semua warga sudah berkumpul. Aneka makanan maupun minuman serta buah-buahan juga sudah dibawa ke atas. Sekarang semua warga mulai berjalan menaiki bukit itu. Ada pintu masuk sebagai tempat pemesanan karcis masuk sekaligus membayar. Pemilik lahan bukit itu adalah Pak RT 01/05 Desa Puterus. Sehingga warga RT itu bisa mendaki bukit tanpa harus membayar. Selain parkir gratis, mereka juga gratis ketika naik ke bukit itu.

~Good Boy Gone Bad~

***

See You Next Part

Good Boy Gone BadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang