Sebelum Cahaya

15.7K 686 158
                                    

udah pada baca Waja Getih to?

pairing: HyunJeong

warning: mature content 18++ adegan esek-esek eksplisit. tidak disarankan untuk anak balita

.

Sebelum Cahaya

kuatkan hati yang berpegang janji
temani hatimu, cinta...

(((***)))

Jeongin kecil merangkak riang, tertawa-tawa menampakan gigi susunya yang baru saja tumbuh. Tubuhnya yang gemuk dan bundar bergerak kesana kemari mengitari rumah sederhana keluarganya yang memang tidak terlalu besar.

Bocah berumur tidak lebih dari empat belas bulan tersebut memang sedang dalam masa aktif-aktifnya. Meski pertumbuhannya agak lambat, Jeongin tetaplah bayi ceria yang sangat sehat. Dia sudah bisa berjalan meski sambil berpegangan, sudah bisa menyebut bu'e dan pak'e, walau belum lancar hingga sebutan yang tercetus di bibir mungilnya malah terdengar seperti; u'e atau a'e.

Kendati demikian, hal itu sama sekali tidak mengurangi kegemesan putera petani tersebut. Semua warga desa jatuh sayang padanya, terlebih jika Jeongin sudah tertawa memperlihatkan bongkahan permata yang nampak berbinar-binar setiap kali ia mengerjap, seolah-olah hidupnya hanya akan dipenuhi oleh satu perasaan bernama bahagia.

Siang itu awan mendung menggulung  menutupi seluruh desa Pringwulung, mengantar rintik tipis-tipis yang membawa kesejukan bagi penduduk desa.

Jeongin, yang tadinya tertidur lelap dalam dekapan ibunya terbangun dan berhasil meloloskan diri. Bayi mungil tersebut beringsut menuruni ranjang, lantas merangkak dengan sangat gesit, pergerakannya sama sekali tidak bersuara sebelum benar-benar keluar dari kamar, sehingga Jihyo sama sekali tidak sadar putera mungilnya sudah hilang dari jangkauan.

"..a.. ja.. ja.. uuu.. jaaa..."

Si kecil berceloteh seorang diri, bola matanya berbinar memandang hamparan kebun singkong di belakang rumah, karena pintu belakang kebetulan tak sengaja lupa ditutup ibunya.

"Uuuu ... jaaa!" Seru Jeongin berkali-kali. Lidahnya belum sampai untuk menyebut kata hujan. Namun jelas, ia sungguh penasaran dengan air yang menetes dari langit tersebut.

"... uja!"

Bayi bulat yang menyerupai kelinci putih itu merangkak kegirangan meloloskan dirinya sampai pintu keluar, "Uja!" Gelak tawanya kembali terdengar, memandang langit dengan mulut terbuka, merasakan sensasi air hujan yang dingin menyentuh tubuh mungilnya.

Jeongin terus merangkak setelah itu, gerakan badan gembilnya yang cepat membawanya membelah kebun singkong sebesar 20 meter milik sang ayah, menuju perbatasan patokan tanah hingga masuk ke dalam hutan.

Tentu saja Jeongin tidak mengenal bahaya. Akalnya yang terbatas hanya tahu bahwa; Bu'e tidak melihat, Jeongin bebas bermain-main.

Tidak peduli dengan ruam-ruam merah di telapak tangannya, Jeongin malah sibuk tertawa-tawa sambil terus melanjutkan petualangan barunya.

gresekk ... gresekk ...

THE CLIPSWhere stories live. Discover now