Sandaran Hati

5.7K 335 237
                                    

many of you still curious about what happen with the side pairings in Waja Getih, so here it is...

Pairing: HyunJeong, MinSung, YeJisu, TzuGyeom, DoPil.

.

Sandaran Hati

Another Waja Getih short sequel

(*)

Yakin kah ku berdiri?
Di hempa tanpa tepi
Bolehkah aku mendengarmu?

.
.
.

Jeongin belum pernah naik ke atas langit.

Bohong kalau dia bilang bahwa ia tidak penasaran akan kehidupan di atas sana. Bagaimana bentuk Nirwana, atau bagaimana rasanya berkumpul dengan makhluk-makhluk sejenisnya.

Apa di atas sana begitu indah? Begitu damai, hingga tidak satu angel-pun sudi pergi dan meninggali bumi ini?

Jeongin tidak tahu.

Yang jelas, beberapa kali para Angel sempat datang berkunjung dan menawarinya singgah barang sebentar. Meingiming-iminginya kenikmatan sorgawi yang konon tidak terbatas itu. Bahkan salah satu dari mereka pernah berjanji akan membawa Jeongin ke telaga mimpi, dimana Jeongin bisa menembus waktu untuk melihat wujud asli kedua orang tua kandungnya di masa lalu. (Konon katanya ibu Jeongin merupakan seorang malaikat yang jatuh cinta pada manusia, kemudian di hukum karena tidak suci lagi. Ayah Jeongin meninggal dalam patah hati berkepanjangan, sementara mendengar cintanya mati, ibunda Jeongin-pun bunuh diri setelah membuang bayi yang barusaja ia lahirkan ke area persawahan di bumi)

Tapi, toh, jawaban Jeongin tidak pernah berubah.

Kasihan mas Hyunjin, katanya.

Lelaki lugu dengan paras rupawan itu akan tersenyum ramah, mengutarakan isi dalam hati baiknya dengan lemah lembut, bahwa ia tidak mungkin tega meninggalkan mas Hyunjin-nya seorang diri selama itu...

Sebab begini, satu hari di surga, sama dengan menghabiskan sepuluh tahun di dunia. Jarak dan waktu di kedua alam yang berbeda tersebut berjarak di luar nalar. Tidak heran jika manusia kerap membandingkan sesuatu yang terpaut jauh dengan kiasan perbandingan hiperbola seperti; bagai langit dan bumi.

Karena benar saja. Memang sangat jauh jaraknya.

"Dik?"

Hyunjin datang setelah sempat menyampirkan sehelai kain bali di bahu sang terkasih, kemudian menawarkan secangkir teh kehadapannya.

Jeongin tidak mengucap sepatah katapun, namun juga tidak menyia-nyiakan bentuk kasih sayang Hyunjin dengan menyeruput teh tersebut perlahan-lahan.

Melihat itu, Hyunjin tersenyum.

Ia duduk di samping Jeongin dengan tenang, lalu memagut pinggang yang lebih muda dengan sayang.

Merasa sedang dalam waktu yang tepat, makhluk mortal berumur ratusan tahun tersebut berucap dibawah jutaan bintang,

"Adik tahu, kan, mas tidak akan pernah membatasi adik untuk melakukan apapun?"

Yang diajak bicara tertegun sebelum menghela nafas panjang, "Jeongin ndak mau ngapa-ngapain, mas."

"Kamu mau naik ke atas sana, kan? Kamu penasaran ..." Desak Hyunjin dengan nada selembut mungkin, agar ucapannya tidak terkesan memojokan Jeongin.

"Mas..."

THE CLIPSWhere stories live. Discover now