Prolog

357 66 216
                                    

Suara teriakan meminta tolong masuk menggetarkan gendang suaranya. Tangannya melepas kaca mata hitam yang bertengger di hidung. Kakinya perlahan mendekat pada suara teriakan yang semakin memekakkan telinga.

"Ada apa, Bu?" tanya perempuan itu sembari mengamati wanita paruh baya di depannya.

"Tas saya dicopet! Anak saya lagi ngejar, tapi dia enggak bisa bela diri!" balas ibu itu dengan napas tersengal-sengal.

"Copetnya lari ke mana, Bu?"

"Ke sana!" Ibu itu menunjuk ke sebelah kiri.

Perempuan yang mengenakan hoddie abu-abu dan jogger pants berlari cepat ke arah yang ditunjuk wanita tersebut.

"Copet!" teriak seorang lelaki berkulit kuning langsat yang tampak seperti mandi keringat.

"Ke mana?" tanya perempuan itu cepat.

Lelaki tersebut mengarahkan telunjuknya ke depan. Tanpa pikir panjang, gadis itu kembali berlari.

Tak jauh dari sana, dia melihat seorang pria berbadan jangkung dengan tato bergambar naga di lengan kirinya tengah mengobrak abrik sebuah tas branded.

"Hey!" Refleks, pria itu mendongakkan kepalanya dan menatap tajam pada pemilik suara.

Perlahan pria tersebut maju, begitu pun gadis itu.

Tatapan keduanya beradu, tiba-tiba saja, sebuah pukulan melesat dengan cepat yang mengarah pada rahangnya, dengan gerakan lincah perempuan berhoddie itu menangkisnya. Lalu menendang kaki kiri bagian depan pria itu. Perlahan gadis itu mundur beberapa langkah.

Dia memasang kuda-kuda. Menempelkan kedua tangannya yang terkepal pada rahang. Kaki kirinya persis menghadap ke arah lawan, sedangkan kaki kanannya menghadap ke sebelah kanan. Dua-duanya sedikit ditekuk agar menjaga keseimbangan.

Pria itu mendekat dan menyerang wajahnya yang disambut dengan tangkisan cepat. Kaki kanan perempuan itu langsung mengarah pada alat vital lawan. Pertama, gagal. Pria tersebut dengan cepat memundurkan badannya.

Cukup kuat juga! ujarnya dalam hati.

Perlahan perempuan itu maju. Dia memancing lawan dengan pukulan tangan kiri dan disusul tangan kanan, lalu diteruskan dengan tendangan kaki kiri yang mengenai ulu hati.

Saat pria tersebut mulai lengah, dia langsung menendang alat vitalnya dan bergegas mengambil tas yang tadi sempat dia lempar ke samping kanan.

Setelah mendapatkan itu, dia bergegas pergi dan menyuruh beberapa orang yang menonton agar membawa pria tersebut ke pihak berwajib.

Kaki jenjangnya langsung berlari ke arah wanita tadi yang tak jauh dari tempat dia berkelahi.

"Ini, Bu, tasnya!" Perempuan itu menyodorkan tas tersebut, tetapi tiba-tiba saja wanita tersebut memeluknya.

"Inikah rasanya dipeluk seorang ibu?"

Matanya menatap seorang lelaki yang berwajah oval, berharap mendapat jawaban. Tetapi lelaki itu malah tersenyum kecil.

Storia d'Amore [SELESAI] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang