30. Terungkap

31 11 39
                                    

“Al! Alena!” Panggil Juna untuk yang kesekian kalinya. Lagi-lagi, panggilannya tak dihiraukan Alena.

Gadis yang ada di hadapannya saat ini tengah menyumpal telinganya dengan earphone putih. Juna mendengus kesal lalu berlalu dari hadapan Alena menuju bangkunya.

Juna tak henti-hentinya mengamati Alena dari bangkunya. Lelaki itu melihat Alena mencopot earphone saat Nisya mendekat.
“Lo liatin apa, sih?” Juna menatap Leo yang kini duduk di sampingnya.

Salah satu ujung bibir Juna tertarik. Kemudian dia berdecak pelan. “Yang pasti, bukan liatin pacar lo,” jelasnya.

Leo menyandarkan punggungnya pada kursi dengan kedua tangan bertaut dan diletakkan di belakang kepala. Pandangannya tertuju pada Nisya yang tengah berbincang dengan Alena.

“Lo kayaknya lagi nggak akur sama Alena, ya?” Ekor mata Leo menatap Juna yang terdiam.
“Mungkin. Gue ngerasa Alena jadi dingin lagi,” ungkapnya yang membuat Leo duduk dengan tegak. Salah satu tangannya kini menopang dagu, tatapannya fokus pada Juna.

“Beneran? Masa, sih?” kata Leo tak percaya.

Juna mengangguk-angguk dengan alis yang terangkat singkat. “Iya. Gue ngerasa Alena jadi dingin semenjak dia sakit, tapi, gue harap itu cuma perasaan gue doang.”

“Lo nggak ada niatan bunuh diri atau bunuh orang 'kan?”

Mendengar itu alis Juna langsung bertaut dengan kening berkerut. “Bunuh diri? Bunuh orang?” tanyanya yang membuat Leo mengangguk.

“Iya. Siapa tau lo mau bunuh diri gara-gara Alena jadi dingin. Kan sekarang, kalo putus cinta bunuh diri jadi hobi.” Orang yang mengatakan itu tergelak sendiri sedangkan lelaki di sampingnya geleng-geleng kepala.

“Yang pasti gue nggak bakal bunuh diri atau bunuh orang gara-gara cinta. Bisa dihapus dari kartu keluarga dong nama gue,” balas Juna yang membuat Leo semakin keras tertawa.

Tangan Leo mendarat di pundak Juna, membuat orang itu mendelik ke arahnya. “Bisa aja lo.”


***


Nisya, Leo, Alena dan Juna kini berada di meja yang sama. Mereka tengah berada di kantin untuk menuruti perutnya yang meminta asupan.

“Gue rasa apa yang lo pikirin tadi itu cuma perasaan lo aja,” bisik Leo yang dibalas anggukan oleh Juna.

Juna tak berkata apa-apa selain memakan apa yang ada di hadapannya dengan tatapan sesekali menatap Alena. Gadis yang dia perhatikan tak sedikit pun menatapnya, bahkan mengeluarkan suara pun tidak. Tak berselang lama, mata Juna menangkap Alena yang menegakkan badan. Gadis itu pergi dari meja setelah makanannya habis.

Melihat makanan yang di depannya tersisa sedikit, Juna langsung menghabiskannya. Setelah mangkuk berisi batagor itu habis, Juna berdiri. Langkahnya mengayun ke beberapa tempat untuk mencari Alena, dari mulai toilet, koperasi sekolah, UKS, taman dan langkah itu terhenti saat Juna membuka pintu menuju rooftop.

Juna tak langsung bersuara saat melihat Alena duduk di kursi kayu dengan pandangan menatap awan putih yang menghiasi langit. Ketika semakin dekat, lelaki itu baru menyadari bahwa Alena mengenakan earphone.

“Al,” panggil Juna yang tak direspons oleh Alena.
Juna memilih duduk di samping Alena. Tangannya dengan lancang mencopot benda yang menyumpal telinga gadis di sampingnya.

Alena langsung mendelik ke arahnya. Sorot matanya menunjukkan kemarahan. “Maaf,” lirih Juna yang membuat Alena membuang muka.

Alena hendak menundukkan kepalanya, tetapi tangan Juna yang menyentuh keningnya menghentikan itu. “Lo kenapa, sih?” tanya Juna saat menyadari Alena menatapnya sengit.

Alena masih diam dengan tatapan tajam menghunus pandangan Juna, detik berikutnya Alena bangkit. Dia menepis tangan Juna dengan kasar saat tangan lelaki itu mencekalnya.

Karena tak mau keadaan semakin memburuk jika keduanya perang dingin seperti ini, Juna memilih mengikuti Alena. “Al, lo kenapa, sih?” teriak Juna saat langkahnya dan Alena tak berbeda jauh.

Alena tetap diam. Dia kembali memasang earphone yang tadi sempat Juna lepaskan.
“Al, kalo ada masalah bilang,” pinta Juna dengan tegas.

Seketika langkah Alena terhenti. Tubuh Juna membentur punggung Alena. Gadis pemilik rambut lurus itu menatap Juna dengan galak.
Bahu Alena bergerak naik turun tak beraturan. Pandangannya masih mengunci Juna.

“Masalahnya itu lo, Arjuna!” bentak Alena.

Hilangnya Alena dalam pandangan Juna, membuat ia mengusap kedua tangannya dengan kasar. Lelaki itu benar-benar tak menyangka jika Alena kembali berubah seperti dulu.

Kaki Juna ingin mengejar Alena, tetapi hatinya menyuruh dia tetap diam. Hati lelaki itu menyuruhnya supaya introspeksi diri sebelum menyalahkan orang lain. Yang dilakukan Juna hanya berjalan untuk kembali ke kelas.

***

“Yo, menurut lo gue salah apa ke Alena?” tanya Juna ketika mendaratkan tubuhnya di kursi. Kursi itu bukan tempat Juna duduk, melainkan kursi yang berada di samping bangku Nisya.

Pertanyaan Juna membuat Leo dan Nisya yang tengah berbincang menatap ke arahnya. Leo menatap Juna dengan kening berkerut, sedangkan Nisya menatapnya dengan ekspresi yang sulit dibaca.

“Kenapa lagi, sih?” gerutu Leo.
Juna mengangkat bahunya singkat. Dia saja tidak tahu kenapa Alena bisa bersikap dingin lagi. Padahal dia merasa tak melakukan kesalahan apa pun.

“Alena lagi pengin sendiri kali,” celetuk Nisya yang kembali membuat Juna mengernyit.

“Alena cerita sesuatu sama lo nggak?” tanya Juna dengan harapan Nisya mengangguk. Namun, gadis itu malah menggeleng.

“Dia nggak cerita apa-apa sama gue. Dia masih tertutup,” balasnya diiringi anggukan kecil.

Juna kembali diam. Dia memilih menenggelamkan wajahnya pada kedua tangan yang dilipat. Membiarkan pikirannya diisi tentang seribu satu alasan Alena menjauhinya.

Suara langkah mendekat tak membuat Juna bangkit. Dia yakin itu Alena, dan dia ingin Alena duduk di sampingnya karena ia yakin Leo masih duduk di kursi milik Alena.

“Minggir!” perintah Alena pada Leo.

Juna melirik Alena yang masih mematung karena Leo belum menyingkir. Entah Leo yang sengaja atau tidak, yang pasti Juna merasa senang karena pikirannya berkata bahwa Alena akan duduk di sampingnya.

“Nggak mau, ah. Duduk aja deket si Juna,” balas Leo dengan wajah  sok serius.

“Najis,” tegas Alena yang membuat Leo langsung bangkit dari duduknya.

Pandangan Juna menatap punggung gadis yang disukainya dengan tajam. Dia tak menyangka jika Alena bisa sekadar itu.

Ketika Leo pergi dari kursi Alena menuju bangkunya, Juna juga ikut bangkit. Pandangannya menatap Alena sekilas sebelum melangkahkan kaki.

“Sekarang lo ngerasa ada yang aneh, 'kan?” tanya Juna yang dibalas anggukan oleh Leo.

***

“Lo lagi ngapain?” Juna menatap Leo lalu menyodorkan kertas yang penuh dengan tulisan.

“Lagi nulis surat,” katanya lalu tertawa.

“Ada-ada aja lo. Ini udah zaman modern kali, mana ada surat-suratan begitu. Yang ada norak tau.” Meski berkata seperti itu, tangan Leo langsung menarik surat Juna. Dia penasaran apa yang di tuliskan oleh sahabatnya.

“Nanti mau kasih ke Alenanya gimana?” tanya Leo setelah membaca isi surat Juna. Surat itu berisi tentang maaf Juna yang mungkin membuat Alena berubah sikap.

“Gue nyuruh pacar lo ke toilet dan minta Alena buat nganter,” balas Juna singkat.

Tak berselang lama, Nisya bangkit dari duduknya bersama Alena. Setelah memastikan kedua orang itu benar-benar pergi, Juna mendekat ke kursi Alena. Dia meletakkan itu di tas Alena. Lalu pandangannya jatuh pada ponsel yang tersambung dengan earphone.

Merasa penasaran Juna meraih benda itu. Dia memilih membawa ponsel Alena dan earphone itu ke kursinya setelah melihat jam yang menandakan istirahat kedua segera berakhir.

Saat tiba di bangkunya, Juna langsung membuka ponsel Alena yang bersandi 'manusiabumi'. Juna tahu sandi itu karena Nisya yang memberitahunya dulu.
Juna tak memedulikan Leo yang mengoceh ingin tahu, dia justru memasang earphone dan mendengarkan apa yang terakhir kali Alena dengar.

Mendengar itu membuat Juna senang sekaligus sakit. Itu adalah rekaman Alena yang berdurasi satu menit empat puluh lima detik. Rekaman itu adalah alasan kenapa Alena menjauhinya, bersikap dingin dan kasar padanya.

Juna memutar itu beberapa kali. Dia merasa geram pada seseorang. Rasanya dia ingin menghajar orang itu saat ini juga.

Nggak tau mau bilang apa, jadi cuma ingetin jangan lupa tinggalkan vote.

Storia d'Amore [SELESAI] ✔Where stories live. Discover now