16. Aku? Kamu?

54 13 105
                                    

"Lo hebat, lo kuat dan lo cantik!"

Alena mengangguk. "Gue tau!"

"Sejak kapan lo narsis?"

Alena menggeleng pelan, dia tersenyum. "Mungkin sejak lo deketin gue." Gadis itu terdiam lalu menggeleng, ada sesuatu yang aneh dalam dirinya.

Juna hanya membalasnya dengan anggukan. Suasana kembali hening. Keduanya sibuk dengan pikirannya masing-masing.

"Jun, gue penasaran deh lo suka gue karena, apa?" tanya Alena yang sudah sangat penasaran dengan motif lelaki itu mendekatinya.

Lelaki itu tak langsung menjawab, dia menatap Alena dengan lekat. "Beneran mau tau?" Alena mengangguk.

"Karena lo kayak Captain Marvel," ungkap Juna diiringi cengirannya.

Alena mendengus mendengar jawaban Juna, ditambah dengan angin yang menerbangkan beberapa helaian rambutnya yang tak diikat. "Serius, Jun!" titahnya sembari menyelipkan rambut yang menerpa wajahnya ke belakang telinga.

Juna menatap Alena yang tengah kesal sembari tersenyum. "Bilang aja nggak tau siapa Captain Marvel!"

Gadis di sampingnya mengangguk. "Bener. Ternyata lo selain pinter bisa baca pikiran orang."

"Karena gue reinkarnasinya Edward Cullen. Jangan bilang lo nggak tau!" Alena kembali menggeleng.

"Gue nggak tau! Serius dong!" titah gadis itu.

Juna menghela napas. Pandangan lelaki itu menyapu taman yang diisi oleh beberapa orang yang tengah membaca buku, menyenderkan kepalanya pada pohon alpukat, juga beberapa pasangan yang tengah bercanda gurau. Dia melihat Alena yang menatap lurus ke depan.

Kalo orang lain lagi baca buku, rebahan, pacaran, terus gue sama Alena apa? Lagi HTS-an?

"Al, hati itu nggak bisa diatur sesuka hati. Gue tiba-tiba aja jatuh hati waktu lo nolongin nyokap gue. Lo hebat! Itu kata-kata yang nyusun di otak gue secara spontan." Juna terdiam, dia menatap Alena yang kini menatapnya.

Juna langsung tersenyum ketika mengingat kembali pertemuan pertama kalinya dengan Alena. "Waktu itu 'kan gue cuma sekadar kagum ke lo, tapi pas gue tau lo sekelas sama gue, gue tiba-tiba aja jadi suka. Gue suka sama sikap lo yang kata Leo ketusnya nauzubillah, sama keberanian lo, dan lo juga cantik. In essence, I like you with all the advantages and disadvantages," ungkap Juna dengan tulus.

"Artinya? Jangan pake bahasa Inggris, gue nggak ngerti!"

"Intinya, aku menyukaimu dengan segala kelebihan dan kekurangannya."

Mendengar itu membuat Alena terdiam. Entah kenapa, bukan hanya karena syarat yang diberikan Juna yang membuatnya harus tidak ketus pada Juna dan harus merespons perkataan Juna. Tanpa disadari, saat Alena tidak teringat dengan syarat itu, dia merasa ingin berbicara dengan Juna. Sungguh aneh.

"Kenapa sih, lo bisa suka gue? Gue nggak cantik, gak pinter. Malah kata sebagian orang, masa depan gue bisa aja hitam, nggak sukses. Kenapa lo nggak milih mereka yang pinter? Lo nggak sama Viona gitu yang suka kasih lo cokelat? Atau sama cewek yang waktu itu gue kasih es krim dari lo?"

Juna berdecak pelan. Pikirannya tertuju pada Mawar yang dulu sempat memperkenalkan diri dan mengucapkan terima kasih "Kan udah gue bilang, hati itu nggak bisa milih buat dijatuhin ke siapa."

Juna menjeda kalimatnya. Mata lelaki itu menatap Alena yang tak menatapnya. "Cantik itu bukan prestasi, Al. Kesuksesan seseorang juga nggak dipengaruhi nilai akademik dan kesuksesan itu bukan di tangan orang lain. Justru gue liat lo orang yang mandiri, pekerja keras, pantang menyerah dan ambisius. Biasanya ciri-ciri orang sukses itu ya kayak gitu, dan itu ada di diri lo. Gue juga tau, Allah mustahil ciptain manusia tanpa kelebihan dan kekurangan. Setiap manusia punya bakat. Cuma masalah kemauan yang buat seseorang mengetahui bakatnya atau enggak." Juna terdiam untuk menghirup udara di sekelilingnya.

Storia d'Amore [SELESAI] ✔Where stories live. Discover now