29. Aneh

32 8 39
                                    

Juna memilih mendekat ke arah cewek itu sebelum pulang. "Al, laa ba'sa thohurun insyaallah," kata Juna yang membuat Alena mendongak ke arahnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

“Tidak mengapa, semoga sakitmu ini membersihkanmu dari dosa-dosa, insyaallah,” imbuh Juna setelah mengartikan tatapan itu sebagai pertanyaan tentang arti dari ucapan yang dia katakan. Tak lupa, bibirnya tertarik sempurna saat mengatakan itu.

Alena membalasnya dengan anggukan kecil. Dia merasakan sesuatu menjalar dalam tubuhnya saat Juna mengelus rambutnya. Detik berikutnya, Alena menatap punggung Juna yang menjauh.
“Maaf, Jun. Gue lakuin semua ini demi lo.” Tanpa sadar, setetes air mata turun dari kedua netra gadis itu.

“Menjauhi apa yang nggak disukai itu mudah, tapi menjauhi apa yang disukai itu susah,” kata Alena yang langsung teringat pada kejadian malam itu.


***

Alena menatap pantulan wajahnya di cermin. Dia menyentuh ponselnya agar kembali ke layar utama. Pandangannya jatuh pada jam dinding yang menggantung di tembok.

Dengan ragu, Alena bangkit dari bangku riasnya. Ia melangkah untuk mengambil tas. Kepalanya menunduk lalu berjalan ke luar kamar.

“Kamu pacaran sama Juna, kan?” Pertanyaan itu membuat Alena membeku. Dia menatap lantai dengan gerakan kepala menggeleng.

“Nggak, Ma. Juna cuma temen kok,” balasnya dengan suara pelan.

“Kok gitu? Dia anak orang kaya. Dia anak bos ayah kamu. Kalo kamu mau pacaran sama Juna, Mama izinin,” ucap Ibu Alena dengan enteng.

Alena hanya diam. Beberapa detik kemudian dia memutuskan untuk pergi ke sekolah tanpa mencium tangan ibunya.

Perjalanan menuju sekolah, pikiran Alena diisi oleh Juna. Bayang-bayang orang yang menghadangnya selalu membuat dia mengingat Juna.

Ia kembali mencoba untuk fokus. Tangannya melajukan motor semakin kencang. Berharap pikiran-pikiran yang mengisi kepalanya bisa sirna begitu saja.


***


Alena memasang earphone putih miliknya setelah turun dari motor. Satu tangannya dia masukkan pada saku rok, sedangkan tangan satunya memegang tali tas. 
Wajahnya menengadah. Air mata yang membendung di matanya kini tak jadi turun.

“Alena!” panggil seseorang yang membuat Alena dengan cepat menoleh ke sumber suara.
Gadis itu mengembangkan senyum saat orang yang memanggilnya mendekat. Alena juga melangkahkan kaki mendekati orang itu.

“Gue kira lo nggak bakal sekolah lagi,” kata Nisya yang membuat Alena menggeleng.

“Nanti kalo gue nggak sekolah lagi, gue bisa dibunuh pacar lo,” ujar Alena saat melihat Leo mendekat.

Nisya dan Leo tertawa mendengar perkataan Alena, sedangkan gadis yang melontarkan ucapan itu hanya tersenyum kecil.

“Lo udah sembuh, Al?” tanya Leo yang dibalas anggukan singkat.

“Beneran udah sembuh? Kok meragukan, ya,” ungkap Nisya yang membuat Alena terbahak.

Tak berselang lama, tawa Alena berhenti. Pandangannya fokus menatap manusia yang berjalan mendekat. Alena menghela napas berat lalu memalingkan wajah.

“Gue ke kelas duluan, ya. Takut jadi nyamuk,” cetusnya yang langsung berlalu dengan langkah setengah berlari.

“Itu Alena 'kan? Kenapa lari?”
Kedua orang yang mendengar perkataan itu langsung menatap sumber suara. Nisya kemudian menatap ke depan. Firasatnya buruk.

“Kata Alena dia ke kelas duluan karena takut jadi nyamuk,” ungkap Leo yang membuat kerutan di dahi Juna kentara.

“Beneran? Kenapa dia nggak tungguin gue, ya?” Juna mengendarkan pandangan pada dua orang itu bergiliran.

Storia d'Amore [SELESAI] ✔Where stories live. Discover now