6. FLU

146 21 145
                                    

Perempuan berambut hitam bergelombang berjalan mendekat pada seorang gadis yang tengah fokus pada benda pipih di genggamannya. Dia kemudian duduk di samping perempuan itu. “Lo udah dari tadi datang, Al?”

“Lumayan,” jawabnya sembari meletakkan ponsel di atas meja.

Nisya manggut-manggut. “Lo gak curiga apa?”

Alena menatap Nisya sembari mengerutkan keningnya. “Curiga?”

Nisya berdecak mendapati sahabatnya yang kurang peka. “Iya, lo gak curiga apa kalau si Juna itu suka sama lo?”

Bukannya menjawab, dia malah bertanya, “Buktinya?”

“Dia itu suka tanya-tanya gue tentang lo. Lo mau liat?” Nisya mengeluarkan ponsel dari sakunya.

“Enggak ah, nggak penting juga. Udah 'kan itu aja?”

“Gitu amat sih lo, Al. Masa nggak kepo?” tanyanya yang urung memberikan benda pipih itu pada Alena.

“Nggak, buat apa?”

Nisya terdiam dan menatap sekeliling. “Lo mau bukti lain kalo Juna suka sama lo?”

“Serah lo deh!”

“Tuh liat!”

Alena mengikuti arah telunjuk Nisya. Dia mendapati seorang lelaki yang akhir-akhir ini selalu mengirimkan pesan padanya. Alena menatap Juna yang tengah bersama Bima.


***


“Nih!” Seorang perempuan  dengan rambut sebahu memberikan sebatang cokelat pada Juna.

“Buat gue?” Juna menunjuk dirinya sendiri.

“Iya. Itu sebagai tanda maaf gue karena kemarin gue udah nabrak lo di kantin,” terangnya sembari menggoyang-goyangkan cokelat di tangan yang belum Juna ambil.

“Oke,” balas Juna sembari memungut cokelat itu.

“Kenalin, gue Viona. Kelas XII IPA 5.” Perempuan yang menyebut dirinya Viona menjulurkan tangan pada Juna. Sayangnya Juna hanya menatap tangan itu tanpa berniat menerima ulurannya.

Karena tak ada respons, perlahan tangan Viona yang di udara dia kepalkan, lalu tangannya bergerak turun. Perempuan itu mengulum senyum pada Juna yang tak menatapnya.

“Jangan lupa cokelatnya dimakan, ya, Arjuna!” titahnya yang langsung membalikkan badan dan pergi.

Juna tak mempermasalahkan dia tahu namanya dari mana, karena Juna yakin, dia mengetahui namanya dari name tag yang melekat pada kemejanya. “Nih,” Juna mengulurkan tangannya yang memegang cokelat pada Bima yang menatap kepergian Viona.

“Kenapa lo kasih ke gue?” tanya Bima sembari menatap teman sekelasnya itu.

“Gue nggak mau terima barang dari perempuan lain kecuali dari perempuan yang gue suka,” papar Juna sembari meletakkan cokelatnya pada saku kemeja Bima.

“Emang siapa cewek yang lo suka?”

“Dia!” Juna mengalihkan pandangannya pada Alena yang tengah menatapnya. Juna tersenyum pada gadis yang langsung memalingkan wajahnya.


***


“Bener 'kan apa yang gue bilang? Dia suka sama lo, Al!” ucap Nisya tiba-tiba diiringi beberapa teman-temannya yang mulai memasuki kelas.

“Suka aja enggak cukup, Nis. Yang suka belum tentu cinta, kok. Lagian kalo cowok suka, dia bakal berjuang, dan kalo udah dapet apa yang dia mau, dia pergi,” jelas Alena yang membuat lawan bicaranya takjub.

“Siapa yang bilang kalo cowok udah dapet apa yang dia mau langsung pergi?”  Suara bariton Juna yang tiba-tiba membuat Alena dan Nisya kompak menatapnya. Lelaki yang berada di hadapan bangku mereka tersenyum kecil. Alena terdiam, dia masih terkejut akan kehadiran Juna yang tiba-tiba.

Storia d'Amore [SELESAI] ✔Where stories live. Discover now