9. Pulang Bareng

73 17 136
                                    

Juna menenteng dua es krim di tangannya. Lelaki itu melangkah menuju bangku taman yang diduduki Alena. “Kemarin lo pulang bareng siapa? Adara?” Juna menatap Alena yang menunduk.

Gadis itu tak menjawab. Dia tak mendongak untuk menatap Juna. “Al?” panggilnya lagi meski tak direspons.

Juna mengamati Alena yang menunduk, ternyata telinganya tersumbat earphone. Juna mengalihkan es krim di tangan kanannya ke tangan kiri lalu bergerak melepas earphone yang terpasang di telinga kanan Alena. Refleks, Alena menatapnya dengan tajam.

“Nih!” Juna mengulurkan es krim dengan tangan kanan. “Gue nggak terima penolakan,” imbuhnya.

Alena terdiam. Dia masih menatap Juna tajam. “Ambil!” titahnya lagi. Alena mengambil es krim tersebut lalu bangkit.

Perasaan Juna yang tadinya senang karena pemberiannya diterima Alena, seketika berubah menjadi kecewa saat Alena menyerahkan es krim cokelat tersebut pada gadis berambut sebahu. Juna yakin itu adik kelasnya.


***



“Hai, Dek,” sapa Alena pada gadis berambut sebahu.

Gadis yang tengah membaca buku sendirian itu menatap Alena. Dia melihat badge kelas miliknya lalu berkata, “Hai, Kak.”

“Ini ada es krim buat lo dari kakak itu!” Alena menunjuk Juna yang masih duduk di tempatnya. Setelah es krim itu diterima adik kelasnya dia langsung pergi.

“Makasih, Kak!” teriak adik kelas itu pada Alena yang mulai menjauh.

“Bilang makasihnya ke Kakak itu aja!” balas Alena berteriak.

Gadis berambut sebahu itu bangkit dengan buku di tangan kiri dan es krim di tangan kanannya. Dia menuju Juna yang masih berdiam sembari memikirkan tingkah Alena.

“Hai, Kak. Makasih, ya, buat es krimnya.” Suara lembut itu membuat Juna mendongak. Dia hanya mengangguk pelan karena mustahil mengambil kembali es krimnya dan menyerahkannya lagi pada Alena.

“Kenalin Kak, Aku Mawar.” Juna mengangguk pelan tak berniat menerima uluran adik kelasnya, malah lelaki itu bangkit dan meninggalkan Mawar sendiri.

Juna berjalan cepat menyusuri koridor yang sepi. Namun tiba-tiba suara langkah dari belakang membuat dia menoleh. Mengetahui siapa orang yang mengekorinya, Juna membuang napas kesal. “Tungguin aku dong, Juna!” Mendengar suara cempreng milik Viona membuat langkahnya semakin cepat.

Viona terus mengekori Juna sampai lelaki itu berhenti di kelasnya. Refleks, Viona juga berhenti dan menatap Juna yang berhenti di ambang pintu. “Lo mau apa sih?” tanya Juna to the point pada Viona.

Kakak kelas di hadapannya tersenyum dan sukses membuat Juna membuang muka. Menurutnya itu bukan sebuah senyuman, tetapi seringai yang siapa pun melihatnya pasti merasa ketakutan.

“Gue maunya lo, Arjuna,” katanya dengan suara lembut. Terlalu sering mendengar suara Alena yang ketus dan dingin membuat Juna ingin muntah mendengar suara Viona yang terlampau lembut.

Lelaki itu membuang napas kasar untuk kesekian kalinya. Viona masih setia berada di depannya, membuat suasana mendadak panas padahal angin berembus dengan tenang. “Tadi lo ngasih es krim ke cewek itu?” Viona menunjuk Alena yang menuju ke kelas dengan dagunya.

Juna terdiam menyadari Alena melewatinya dan Viona tanpa suara. “Terus dia kasih es krim itu ke adik kelas, ya?” Juna langsung melangkah masuk tanpa memedulikan Viona yang masih membeo. “Kenapa lo nggak kasih ke gue aja, sih?” teriaknya pada Juna yang kini duduk di samping Alena. Viona mendengus kesal lalu meninggalkan kelas lelaki yang dia suka.

Sebenarnya Juna ingin membahas kenapa Alena memberikan es krim tersebut pada adik kelas bernama Mawar, tetapi dia mengurungkan niatnya saat melihat Alena menenggelamkan wajah pada kedua tangan yang dilipat. Juna menepuk pundak Alena pelan. Gadis itu menoleh.

“Gue nggak terima penolakan. Hati gue juga bakalan sakit kalo lo kasih ini ke orang lain,” tutur Juna sembari meletakan gelang berinisial AA. Setelah menyimpan benda itu di meja Alena, Juna bangkit menuju bangkunya.

Storia d'Amore [SELESAI] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang