19. Di Atas Ring

46 14 46
                                    

“Al, lo mau nggak jadi pacar gue?” Suara itu membuat keduanya terdiam dan menoleh ke sumber suara.

Adara nembak Alena di depan gue?

Alena menatap Adara lalu menggeleng. “Nggak. Juna aja nggak gue terima, apalagi lo!” Setelah mengatakan itu Alena langsung berderap pergi.

Juna yang masih di sana menatap Adara. Bibirnya ingin tersenyum, tetapi dia berusaha menahannya. “Yang sabar, ya!” Tangan lelaki itu menepuk pundak Adara, setelahnya dia melenggang pergi. Dalam hati dia berujar sembari tersenyum. Syukurin!

Netra Juna menangkap Alena yang masih di parkiran. Lelaki itu langsung berlari menghampiri. Tiba-tiba saja Juna teringat perkataan Alena yang menolak Adara.

Juna aja nggak gue  terima, apalagi lo!

Pikirannya langsung mengumpulkan hipotesis. Dalam hati Juna menyimpulkan bahwa Alena menyukainya. Itu artinya, gayung tersambut dengan baik? Membayangkan itu membuat Juna tersenyum.

Ketika hendak melajukan motornya, lengan Alena dicekal oleh Juna. Gadis itu menoleh dan membuka kaca helmnya. “Mau apa?” tanyanya sembari membuang napas pelan.

Mendapat tatapan yang biasa saja dari Alena membuat Juna gelagapan. Lelaki itu berdehem pelan. “Gue mau tanya maksud ucapan lo pas nolak Adara itu apa?” tanyanya yang membuat Alena menatap stang motor.

“Lo jangan dulu ngarep, ya!” Suara itu memang tak terlalu tegas, tapi sukses membuat Juna tertegun. Detik berikutnya, Juna menyadari Alena yang telah menghilang dari pandangannya.

Lelaki itu menyeret langkah menuju motornya. “Syukurin! Jangan ngarep sama manusia!” lirih Juna sembari memasukkan helm ke kepalanya.


***


Alena berderap menuju sebuah tempat. Gadis itu menatap orang-orang yang sudah berdatangan. Orang-orang yang dilihat Alena tengah berhadapan dengan alat-alat berbahan besi, sebagian tengah sparing dan sebagian lainnya memukul samsak dengan kuat.

Gadis berambut hitam tipis itu menyimpan tas yang berisi ponsel dan air minum. Tangannya langsung mengikat rambut dengan kuat ketika melihat pelatih berdatangan. Di samping pelatih bernama Arman yang usianya menginjak kepala empat, ada seorang lelaki yang tadi menembak Alena. Alena dapat melihat Adara yang tersenyum padanya. Senyuman itu, sulit diartikan. Seketika hati Alena dipenuhi prasangka buruk, tetapi secepatnya ia menepis pikiran itu.

Dua jam yang digunakan latihan berlalu dengan cepat. Saat orang-orang langsung pulang, Alena masih terdiam di sana. Gadis itu meminum minumannya hingga menyisakan setengah. Suara langkah yang tak asing di telinganya membuat dia menoleh.

“Gue mau tantang lo.” Ucapan itu membuat Alena mendongak sembari menampakkan lipatan-lipatan di dahinya.

“Tantang? Maksudnya?” tanya Alena yang benar-benar tidak mengerti maksud ucapan lelaki di hadapannya.

Adara mengangguk. “Ya, kita sparing.” Tanpa menunggu jawaban dari Alena lelaki itu langsung menyerahkan pelindung badan dan sarung tinju pada gadis di hadapannya. “Pake!” titahnya yang langsung dituruti Alena.

Paling cuma sparing biasa. Alena berjalan mendekati ring berwarna biru.

Adara berjalan ke atas ring terlebih dahulu. Saat Alena telah berada di atas dan menatapnya Adara terdiam sebentar. “Ini bukan sparing biasa! Gue tantang lo! Kalo gue menang, lo harus turutin perintah gue!” Perkataan Adara yang berhenti membuat Alena geram. Gadis itu sudah bisa memprediksi apa yang Adara syaratkan jika seandainya dia menang.

“Kalo gue menang?” tanya Alena menantang.

Adara terdiam sembari menatap ke lain arah. “Lo boleh deket sama si Juna cupu itu! Lo juga boleh ikut event antarkota,” jelas Adara yang membuat Alena merasakan panas menjalar ke otaknya.

Alena mengembuskan napas kesal. “Jadi kalo gue kalah, gue nggak bisa ikut event bulan depan?” teriaknya yang membuat Adara tersenyum puas.

“Iya,” jawab lelaki itu yang membuat napas Alena memburu.

Kaki Alena tanpa aba-aba langsung menendang kaki Adara yang membuat lelaki itu menatapnya sengit. Gadis itu benar-benar tertanggung dengan perkataan Adara hingga melupakan fakta bahwa sparing belum dimulai.

Napas gadis itu memburu. Bahunya terlihat naik turun dengan cepat. “Ayah lo izinin gue ikut event kali ini, Adara! Terus lo secara sepihak ngelarang gue?” teriak Alena sembari menggeleng-gelengkan kepalanya. 

Adara hendak memukul rahang Alena, tetapi gadis itu yang telah memposisikan kedua lengan menutupi kedua rahangan langsung menepisnya. “Jangan panggil gue dengan nama itu!” tegasnya sembari mengayunkan kaki ke wajah Alena.

Gadis itu langsung mundur karena wajahnya terkena tendangan Adara. Melihat Alena lelaki itu menyeringai dan melangkah mendekat. “Cewek, lo takut? Lo lupa gimana Ayah gue manjain gue banget?”

Ah, iya! Alena mengiyakan perkataan Adara dalam hati. Si pelit itu membuat amarahnya keluar seperti lava. Alena tahu bagaimana marahnya Adara, apa pun yang membuatnya marah pasti dia akan menghabisinya.

“Kita mulai sekarang!” putus Alena yang diangguki dengan cepat oleh Adara. Alena hendak mengadukan kepalan tangannya yang berbalut sarung tinju pada Adara pertanda sparing akan dimulai, tetapi lelaki itu malah langsung meletakkan tangannya hingga menutupi kedua rahang.

"Sialan!" desih Alena sangat pelan.

Tendangan push kick dari Adara membuat Alena mundur. Gadis itu memutar tubuhnya lalu menendang Adara. Lelaki itu terhunyung sedikit lalu menatap Alena sengit.

Konsentrasi Alena dipusatkan penuh pada sparing ini. Dia benar-benar berambisi ingin ikut event. Instingnya juga berkata bahwa Alena bisa memenangkan event kali ini dan akan maju ke event tingkat provinsi.

Kaki Alena bergerak naik turun sedikit secara bergantian memutari Adara. Saat Adara hendak mendekat, Alena langsung menendang bagian ulu hati Adara, tetapi lelaki itu berhasil menghindarinya. Karena tendangannya gagal, Alena langsung meninju wajah Adara dengan frekuensi cepat. Gadis itu seperti orang yang tengah kesetanan.

Mata Adara yang ada di balik pelindung kepala tersenyum licik sembari menatap Alena yang tengah sibuk memukuli wajahnya. “Lo main pake ambisi!” Ucapan Adara yang masuk ke alam bawah sadarnya membuat Alena terkena pukulan tiba-tiba dari lelaki itu.

Gadis itu menyesali kelengahannya. Dia menatap Adara yang lebih tinggi darinya. “Lo nggak bakalan bisa menang kalo ikut event! Lo aja bakalan kalah sama gue!” ucap Adara sembari berderap lebih dekat pada Alena.

Karena Adara semakin mendekat ke arahnya, Alena berjalan mundur sampai tubuhnya membentur ring. Saat Adara hendak memukul wajahnya dengan teknik hook atau pukulan dari samping, Alena dengan cepat menghindar. Gadis itu dengan cepat langsung melayangkan pukulan dari bawah yang disebut uppercut.

Adara langsung mundur kemudian Alena berjalan cepat ke arahnya, lalu melayangkan tendangan high kick atau tendangan yang mengarah pada kepala. Setelah melayangkan tendangan itu, kaki Alena yang tak terlalu cepat turun ditepis kuat oleh Adara. Sebelah kakinya yang jinjit tak kuat menopang tubuhnya. Gadis itu terjatuh yang membuat Adara menyeringai.

Ada yang rindu mereka?
Jangan lupa tinggalkan jejak, ya!
Jangan lupa juga kasih krisar!
Sampai jumpa nanti, yang entah kapan 🤣 Enggak, dong canda.

Mungkin besok atau lusa publish lagi. Karena sekarang nggak rutin publish tiap hari Ahad.

Storia d'Amore [SELESAI] ✔Where stories live. Discover now