Chapter 8

684 19 1
                                    

Sanaya POV

Rasa yang selama ini aku pendem sendiri seolah olah memberontak.
Ingin mengatakan pada dunia bahwa aku mencintainya.
Namun, cintanku tak akan tersampaikan,
Karena ada hati yang lebih tulus dan pantas untuknya.
Dan rasa yang aku punya terpaksa harus diam tak berkutik.
Bagi aku yang terbaik adalah melihat senyumnya meskipun Dia tidak pernah tersenyum sekalipun.

~Sanaya Putri Chandra.W

Setelah menulis keluh kesah tentang hati gue, gue menutup buku diary gue.

Ini memang kebiasaan gue. Selalu menulis apa yang gue rasakan. Baik saat bahagia maupun sedih. Hal itu gue lakukan supaya gue lebih tenang.

Setelah menulis gue langsung rebahan dikasur milik gue yang sangat empuk dan pastinya nyaman. Setelah bosan dengan posisi itu gue pergi menuju balkon kamar untuk mencari udara segar.

Di balkon gue merantangkan tangan gue sembari menutup mata untuk menikmati udara malam yang dingin dan menenangkan.

Tiba tiba ucapan Kia tentang perasaannya yang berterus terang mengatakan bahwa dia menyukai Ary kata kata itu terus terngiang di telinga gue. Sungguh, mendengar kata itu hati gue kembali sesak. Tanpa terasa air mata gue kembali menetes.

Gue nggak nyalahin Ary maupun Kia, karena mereka nggak salah yang salah gue, karena membiarkan hati ini mencintainya terlalu dalam tanpa bisa dicegah.

"woy Nay!!" ucap Farrel Kakak gue.

Dengan segera gue menghapus air  mata gue dan berbalik menatap kakak gue.

"ada apa kak?" ucap gue dengan nada agak bergetar karena habis nangis. Gue nggak bisa natap kakak gue terlalu lama, karena dia bisa tau apa yang gue rasain dan sembunyiin. Setelah mengatakan itu gue kembali berbalik ke arah balkon dengan menatap bintang yang dengan indahnya memancarkan cahayanya.

Gue merasa langkah kak Farrel mendekat ke arah gue. Dan sampailah dia disamping gue. Lalu dia menatap gue. Gue masih nggak berani natap manik matanya karena dengan sekali tatap aja gue bisa nangis untuk saat ini.

"lo kenapa Nay?" tanyanya dengan nada lembut.

Sungguh mendengar suara kak Farrel yang begitu lembut membuat gue ingin menangis lagi. Tanpa aba aba gue langsung memeluk kakak gue satu satunya yang gue sayangi.

"lo kenapa hemm?" ucapnya lembut. Tepat disamping telinga gue dengan keadaan masih perpelukan.

"menurut kakak, bagaimana perasaan kakak jika sahabat kita sendiri menyukai orang yang sama dengan kita?" ucap gue.

"kalo menurut kakak, itu adalah posisi tersulit dimana kita harus memilih diantara sahabat atau cinta. Karena jika kita memilih sahabat maka cinta itu akan hilang. Namun, sebaliknya jika kita memilih cinta maka kita akan kehilangan sahabat kita sendiri," jelasnya panjang lebar.

Gue mencerna ucapan kak Farrel dengan posisi yang masih sama, dipelukannya. Gue mengiyakan ucapannya dan yang dia ucapkan persis seperti keadaan gue. Dan saat ini gue sedang dilema untuk memilih yang mana.

"memangnya siapa sih orang yang bikin adek gue yang dinginnya nggak ketulungan sama cowok hemm?" ucapnya sambil melepas pelukannya.

"dia adalah orang yang sama denganku kak, dia dingin, dan berbeda dengan lelaki lainnya. Dia adalah Ary," ucap gue sambil menghela nafas lelah. Karena bagaimanapun jika gue membohongi kak Farel gue nggak akan pernah berhasil.

"Ary??apakah Mahesa Ary Pradana. Anak super cuek, waketos dan kapten  basket?" ucapnya lagi.

"iya kak dia Ary. Mahesa Ary Pradana anak yang super cuek yang menjabat sebagai Waketos dan kapten basket," ucap gue.

"terus......yang lo maksud sahabat lo suka sama Ary itu siapa?" ujarnya dengan nada penasaran.

"Dia adalah Kia. Adzkia Ambar Noviani. Yang telah lama jadi sahabat gue. Gue bingung kak. Gue frustasi. Gue nggak tahu harus gimana lagi." ucap gue diiringi  air mata yang lagi lagi memaksa keluar.

Sungguh Tuhan ini menyakitkan. Baru pertama kali gue ngrasain cinta dan sekaligus hancurnya cinta dalam sekajap.

Tanpa aba aba kak Farrel langsung memeluk gue dengan erat. Seakan memberikan kekuatan untuk gue.

"ini adalah ujian cinta untuk lo dek. Jadi lo harus kuat. Dan lo harus bisa milih diantara itu. Lo harus tanyakan pada hati lo sendiri. Karena yang bisa memilih hanyalah hati lo sendiri," ucapnya.

Sstelah kak Farel meluk gue dia pergi dari kamar gue dan membiarkan gue tertidur dengan pikiran kacau dan hati bimbang.

"jika mencintainya begitu sulit, lantas apakah dengan mengikhlaskan perasaan ini membuatku bahagia?"

                          By: julianrhdd_



Dapet feel nya nggak nih. Soalnya ini karya pertama jadi maaf kalo misalnya feel nya kuarang dapet atau cerita ini gaje banget oke. Jangan lupa

Vote dan Comment. Hargai karya Author melalui itu ya....

See you next chapt...

Byeeee😘😘😘😘😘

RakSa (END)Where stories live. Discover now