Chapter 22

352 15 0
                                    

"Kita adalah aku dan kamu ketika bersama,"  ~Julianrhdd_

Author POV

Di jalan, mereka hanya diam. Karena Rakha sendiri bingung mau memulai percakapannya dari mana. Sedangkan, Sanaya sendiri jantungnya belum berdetak dengan normal karena kejadian tadi. Dimana Rakha  memasangkan sealtbet untuknya.

Keadaan ini membuat suasana di mobil hening dan sunyi.

"Ini bukan arah menuju rumah gue kayaknya," ucap Sanaya.

"ikut gue bentar, gue mau bawa lo ke tempat yang indah," ucap Rakha pada Sanaya tanpa mengalihkan pandangannya yang tetap fokus pada jalanan.

"kemana emangnya?" tanya Sanaya.

"ke Surga mau?" Jawab Rakha di iringi tawa renyah.

"Terus ngapain ajak gue, kalo gitu. Gue masih ingin hidup yaa," ucap Sanaya diiringi degupan jantung yang kian cepat.

Rakha tertawa geli karena ucapan Sanaya dan perilakunya.

"kenapa ketika lo senyum gantengnya menjadi berkali-kali lipat? Kenapa jantung gue jadi tak terkendali??gue kenapasih?!?!"  ~ucap Sanaya pada batinnya yang meronta butuh penjelasan.

Akhirnya mereka sampai di sebuah tempat anak-anak untuk berlatih pencak silat (padepokan). Dan membawa Sanaya menuju ke arah samping padepokan tersebut menuju sebuah pohon besar yang ada di sana.

"Kamu ikut pencaksilat?" tanya Sanaya pada Rakha yang terlihat sedang menyapa anak-anak yang sedang berlatih.

"iya. Dulu gue pernah ikut. Namun, karena fisik gue lemah, gue akhirnya nyerah dan keluar dari silat." jawab Rakha setengah melirik cewek disampingnya yang sedang melihat anak silat.

"Menurut gue ya Rak, anak silat tuh keren, macho gitu." ucap Sanaya tiba tiba.

"Meskipun begitu gue nggak mau punya cowok pesilat nantinya, takut dikasarin." sambung Sanaya lagi.

"Nggak gitu juga kali. Kebanyakan nonton sinetron ya gitu, suka ngarang." ucap Rakha.

"Enak aja. Gue nggak suka sinetron yaa," ucap Sanaya untuk membela dirinya. Padahal dari dalam hati dia memang menyukai sinetron apalagi sinetron India.

Sanaya memang bukan orang asli India bahkan, dia tidak ada darah India sama sekali. Namun, entah kenapa dia sangat menyukai India terutama film nya.

Mereka akhirnya sampai di sebuah pohon besar yang di atasnya terdapat sebuah rumah yang tidak begitu besar.

"Rumah pohon?" tanya Sanaya pada Rakha untuk memastikan penglihatannya.

"iya. Yuk naik," ucap Rakha.

"Kamu naik duluan coba," ucapnya lagi, pada Sanaya yang tengah celingak celinguk kesana kemari mengamati sekitar.

Memang, rumah pohon ini terletak di samping padepokan dimana sekitar tempat ini adalah hutan yang tidak terlalu lebat. Tempat ini jauh dari perumahan. Bahkan tak ada rumah satupun. Hanya ada sebuah padepokan.

"Disini bagus bangeet Rak. Ya ampunn." ucap Sanaya sangat antusias sambil duduk merentangkan tangnnya dan menjulurkan kakinya ke bawah.

RakSa (END)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu