Chapter 16

466 16 1
                                    

Author POV

Suasana istirahat di WIS kali ini cukup ramai. Banyak anak yang hilir mudik kesana kemari.

Berbeda dengan gadia satu ini. Dia duduk termenung sendiri di ruangan penuh dengan buku bacaan yang membingungkan dan membosankan. Gadis itu adalah Kia.

"Kanapa dada gue sesek ya Allah, kenapa gue harus cinta sama Ary sih?? Kenapa??" ucap Kia dengan suara isak tangis yang memilukan.

"Kenapa harus ada Cinta?? Kenapa Cinta gue gini amat. Kalah sebelum berjuang," ucapnya lagi disertai dengan suara isakan dan air mata yang mengiringinya.

"Gue capek kalo gini terus. Gue harus gimana?? Arrrgghhgh!!!!" ucap Kia frustasi dengan keadaan yang menimpanya.

Tanpa Kia sadari dibalik dirinya tengah terpuruk karena didera sakit hati ada seseorang yang mendengar curahan hatinya di balik pintu dengan menahan isakannya.

"Kenapa Cinta begitu rumit??Kenapa harus ada Cinta??? Kenapa harus ada hati yang selalu merasakan?? Kenapa harus ada jantung yang selalu berdetak ketika hati merasakan sesuatu, kenapa??" ucap batin gadis itu.

Kia tidak tahu bahwa ada orang yang mendengar perkataannya tersebut. Dia tidak sadar bahwa orang tersebut kecewa denga dirinya. Namun apa boleh buat?? Cinta adalah masalah untuk mereka.

"Lo disini rupanya," ucap Sanaya sambil menghela nafas lega karena telah menemukan sahabatnya.

"Kenapa," ucap Kia menyembunyikan kesedihannya dibalik senyum palsunya.

"Gue tau apa yang Lo rasain Ki, Sooo jangan sedih terus oke?? Ekspresi lo mungkin bisa nipu orang lain, tepi enggak dengan gue Ki, gue kenal lo lama," ucap Sanaya.

"Gu...gu..gug...gue hanya bingung dengan diri gue Nay," ucap Kia dengan nada bergetar dan suara serak habis orang nangis.

"Apa yang lo bingungin?" ucap Sanaya berusaha menenangkan. Padahal dirinya juga perlu untuk menenangkan hatinya yang sakit. Tapi tidak ia pedulilan.

"Gue bingung, mau lanjut berjuang apa mundur secara perlahan," ucap Kia lirih disertai air mata yang terus mengalir dari pipinya.

"AKU MUNDUR ALON-ALON MERGO SADAR AKU SOPO,"

Suara nyanyian tadi mengalihkan fokus kedua gadis itu yang tengah sedih. Lalu, dengan cepat Kia mengelap jejak air matanya dan menetralkan raut wajahnya.

"Kayaknya tadi gue denger kalian ngomong mau mundur mundur gitu, mundur kenapa??" tanya Hendra penuh selidik pada kedua gadis itu.

"Apa urusan lo?" tanya Sanaya balik pada Hendra dengan gaya cool andalannya.

"Lu kalo ngomong  jleb banget ya Nay," ucap Hendra dengan nada dan raut wajah yang didramatisir seperti di sinetron-sinetron alay.

"Bodo!" ucap Sanaya sambil menarik tangan Kia keluar dari perpustakaan.

"Itu si kutil anoa tumben banget diem," ucap Hendra pada dirinnya sendiri. Karena heran dengan Kia yang tumben banget diam kalo ada Handra.

"Tau ah!! Lupa kan, mau ngapain disini," ucap Hendra.

"Laah kok gue kaya orang gila ngomong sendiri di perpus," ucap Hendra pada dirinya di iringi gidikan bahu.

"Woyy!!! Ngelamun bae Lo," ucap Kia pada Zahra  setelah sampai di kelasnya, dengan keadaan yang sudah kembali seperti biasanya. Emang yaa, cewek tuh jago banget nyembunyiin ekspresi seperti Kia contohnya, tadi nangis kejer, sekarang udah ceria lagi tuh anak.

"Eeh, ngagetin aja lo," ucapa Zahra.

"Kenapa??" tanya Sanaya kepo dengan sahabatnya satu itu. Karena baginya Zahra itu tidak pernah ngelamun sebelumnya.

"Nggak papa," ucap Zahra.

"Serius?" tanya Kia meyakinkan keadaan Zahra, yang wajahnya penuh pikiran seperti orang dikejar hutang.

"He'em," jawab Zahra meyakinkan sahabatnya.

Tidak lama dari itu guru datang, dan memecah pikiran Sanaya  yang penasaran ada apa dengan Zahra yang sepertinya nampak memikirkan sesuatu.

Dan tanpa mereka ketahui ada gadis yang tengah bingung dengan dirinya sendiri, dan bingung harus ngapain.

Mereka fokus memperhatikan bu Herlin guru Matematinya. Namun fokus Sanya buyar saat matanya menangkap sosok Rakha disampingnya yang juga tengah menatapnya.

Jantung Sanaya berdebar hebat bahkan sudah hanpir lompat dari tempatnya. Padahal sebelumnya dia belum pernah seperti ini.

Lalu mereka memutuskan kontak mata mereka dan mencoba fokus pada penjelasan bu Herlin kembali. Namun, Sanaya tidak bisa untuk kembalu fokus. Dia masih penasaran dengan apa yang tengah dipikirka Zahra sehingga tidak mau cerita, dan juga bingung dengan perasaannya yang akhir akhir ini sering jantungan kalo ngeliahat Rakha.

Gue kenapa?? -tanya Sanaya pada hatinya sendiri.












Halllo guysss !!!!!! Gimana keadaaan kaliaaan?????? Sehat?? Para jomblo mana suaranya??? Kalian tim mana??

1) Sanaya & Rakha
2)Sanaya  & Ary
3)Rakha & yang lain

Mau yang mana???

Seee uuuu😘😘😘



RakSa (END)Where stories live. Discover now