Chapter 29

236 14 0
                                    

Author POV

Pagi yang cerah, nampak indah. Apalagi dihiasi semilir angin sejuk nan menenangkan menambah siapapun enggan untuk bangun dari kasur nyamannya. Itulah yang terjadi dengan Sanaya.

"Bangun woyy!!!! Dah siang!!" teriak Farrel tepat di telinga Sanaya.

"euughh,,,, entar, hooaaam," jawab Sanaya sambil membenamkan wajahkan di dalam selimut.

"Ck. Tuh di ruang tamu ada temen-temen lo," ucap kak Farrel sambil duduk disamping Sanaya yang masih menutup mata.

"Hah!! Gue lupa ck." balas Sanaya sambil berlari menuju kamar mandi dengan tergesa-gesa.

"dasar gila!" umpat Farrel karena melihat tingkah adiknya yang konyol itu.

Farrel keluar dari kamar Sanaya dan menuju ke ruang tamu, dimana teman-teman Sanaya berkumpul itu.

"ehmm, Sanaya dimana kak?" tanya Zahra yang melihat Farrel turun dengan muka sebal dan bibir seperti komat-kamit seperti mbah dukun baca mantra.

"Baru bangun tuh dugong," jawab Farrel santai sambil memasulkan tangannya ke saku celananya.

"Hah!!" jawab mereka serentak. Mulut mereka menganga, pasalnya ini sudah hampir jam sepuluh siang, dan Sanaya baru bangun?? Ckckck dasar.

"Kalian mau kemana?" tanya Farrel pada teman-teman adiknya itu.

"Kita nggak kemana-mana kok, kita cuma mau ngerjain tugas kelompok aja di sini," jawab Kia kepada Farrel.

"oh, yaudah. Kalian duduk aja tungguin Sanaya. Gue mau pergi ke rumah temen dulu yaah," pamit Farrel pada teman-teman adiknya itu.

Tak lama Sanaya turun menemui teman-temannya setelah Farrel pergi dari rumah tak berselang lama.

"eeh putri tidurnya dah bangun," ucap Zahra.

"kok lo ikut Ra, bukannya lo beda kelompok??" ucap Sanaya heran. Pasalnya Zahra memang tak sekelompok dengan mereka.

"kelompok gue dah selesai dari lama kali. Nggak kaya kelompok kalian. Lelet," ucap Zahra.

"yaudah kuy lah kerjain." ucap Kia.

Mereka pun menyelesaikan tugas kelompok yang diberikan pak Setyo bulan lalu. Memang tugas kelompok ini diberi waktu selama dua bulan. Karena memang tugasnya agak sulit.

"Akhirnya selasaii," ucap Hendra yang sedari tadi diam akhirnya mulai ngomong.

"tumben tadi lo diem ndra," ucap Kia yang melihat Hendra tidak seperti biasanya.

"Itu tadi gue takut aja liat kakaknya Sanaya, tatapannya tajam benget beeuh," ucap Hendra sambil bergidik ngeri melihat tatapan mata Farrel.

"Tajam apaan, tatapan mata lembut gitu dibilang tajam," ucap Kia pada Hendra.

"Dah lah. Jangan ribut." ucap Rakha yang sedari tadi diam. Hal itu mengurungkan niat Hendra yang akan membalas ucapan Kia berhenti di mulutnya saja tanpa mampu diucapkan.

"Ini tumben Ary tidak ikut," ucap Kia yang merasa kekurangan personilnya.

"Kangen yaaaa," ucap Sanaya dengan menaik turunkan alisnya dengan wajah menggoda.

"Ap...ap..paan sih!! Nggak lah ngapain juga,"  ucap Kia. Berusaha menyangkal omongan Sanaya yang sayangnya memang omongan itu benar. Bahwa dia tengah kangen dengan sosok Ary.

Raut wajah Zahra seketika berubah, mimik wajahnya berubah jadi sendu. Dan perubahan wajah Zahra tak luput dari pendangan mata Sanaya.

"Lo suka sama Ary??" tanya Hendra penasaran dengan Kia.

"Iya!! Emangnya apa urusan lo!!" ucap Kia didepan wajah Hendra dengan nada kesal.

"Ooh," hanya itu respon dari Hendra. Bahkan, raut wajahnya yang biasanya konyol nampak berubah jadi sendu. Hal itu juga tak lepas dari pandangan Rakha, Sanaya dan juga Kia. Kia sendiri tidak tahu bagaimana Hendra mendadak raut wajahnya berubah.

"Ehm. Nay, gue pulang dulu ya? Ada urusan mendadak." pamit Zahra oada Sanaya yang langsung pergi ke luar rumah tanpa mengidahkan panggilan Sanaya.

"Gue juga pulang dulu ya Nay," pamit Hendra juga. Ini hal yang tidak biasanya terjadi pada Hendra. Wajahnya tiba-tiba menjadi murung dan lesu. Hal itu jelas terlihat.

"Hendra kenapa??" tanya Kia heran dengan perubahan Hendra.

"Sepertinya dia telah kalah," ucap Rakha tiba-tiba, membuat dua gadis itu menoleh.

"Maksudnya apa Bin?" tanya Sanaya pada Rakha untuk menjelaskannya.

"Kayaknya dia suka sama temen lo," jawab Rakha sambil melirik Kia yang masih bengong.

"Maksud lo, si Kia?" tanya Sanaya lagi untuk memperjelas.

"kayaknya," jawab Rakha agak ragu.

Menurut Rakha, Hendra memang suka sama Kia sejak awal masuk kelas itu. Namun, pertemuan mereka yang tidak elit itu membuat Kia selalu merasa kesal dengan sifat Hendra. Bahkan, Hendra berubah jadi konyol hanya untuk mendapat perhatian dari Kia.

"Massa sih, gue nggak yakin." ucap Kia dengan pandangan mengarah pada Sanaya dan Rakha bergantian.

"Ya, itu hanya menurut gue," ucap Rakha.

"Coba lo tanyain sama Hendra Bin, gue nggak tega liat anak curut itu jadi diem gitu," ucap Sanaya pada Rakha, yang tak tega melihat Hendra berubah jadi diam.

"Bin?? Siapa Bin?" tanya Kia bingun. Pasalnya tidak ada yang namanya Bin disini.

"eeh. An..an..anu........ehmm. iii...tuu.."

"Gue," jawab Rakha menyela omongan Sanaya yang gugup untuk menjelaskannya.

"Jadi,.....?" tanya Kia lagi memancing mereka berdua mengatakan sesuatu.

"apa kalian pacaran??" tanya Kia lagi pada sahabatnya yang masih bungkam.

"Doain," jawab Rakha sambil keluar dari rumah Sanaya.

"Gue pamit," sambung Rakha sambil menolehkan kepalanya menghadap Sanaya dan mengedipkan salah satu matanya.

"Ciiaaah. Diem diem demen rupanya." ucap Kia.

"Gue juga pulang yaa, sampai jumpa esok my bestie," pamit Kia pada Sanaya yang masih syok atas perlakuan Rakha padanya tadi.

"Semakin hari kau membuatku gila, kau terus membuat jantungku berdetak tak normal. Dasar pencuri hati!"     -ucap batin Sanaya.






Hallo!!!! Jangan sungkan buat VOTE dan COMMENT.

Follow ig author dong @julianrhdd_

See u😘

RakSa (END)Where stories live. Discover now