Chapter 46

254 15 2
                                    

Adzkia POV

"Nay, gue mau tanya, pertanyaan ini selalu mengganggu gue sejak dua tahun ini," ucap gue pada Sanaya yang sedang duduk di depan gue.

Gue dan Sanaya sedang berada di caffe milik keluarga Sanaya 'Wijaya Caffe'

"Pertanyaan apa?" balas Sanaya sambil menyeruput minumannya.

"Soal Zahra yang nyuruh gue buat jagain Ary," ucap gue sambil menatap lurus ke arah Sanaya.

"Maaf sebelumnya, mungkin ini akan sedikit melukai hati lo, tapi ini memang harus diselesaikan," balas Sanaya serius.

"Zahra mencintai Ary. Dia juga tahu kalau lo juga cinta sama Ary. Zahra pikir Ary tidak mencintainya, itulah mengapa Zahra diam. Dia tidak mau mengungkapkan perasaannya, karena dia takut hatinya akan semakin sesak. Padahal, Ary juga mencintainya. Selain itu, Zahra juga tau bahwa lo sangat mencintai Ary, bahkan lo berniat ngungkapin perasaan lo pada Ary, hal itu membuat Zahra semakin membulatkan tekad bahwa ia harus mengalah demi lo dan juga Ary." sambung Sanaya sambil menatap lurus. Mungkin sambil membayangkan wajah Zahra.

"Kenapa lo sembunyiin hal sebesar ini??" balas gue sambil bibir bergetar menahan isakan.

"Gue nggak bisa jelasin sama lo, karena Zahra nggak mau lo tau dan sakit hati nantinya, cukup dia yang sakit. Itu katanya," ucap Sanaya yang membuat gue merasa bersalah atas kepergian Zahra.

"Sekarang ngggak usah bahas itu lagi. Sekarang gue mau tanya, lo masih cinta sama Ary atau nggak??" tanya Sanaya dengan wajah serius.

"Entah, gue juga bingung. Hati gue nggak berdebar lagi saat gue disamping Ary, yang lebih bingung kenapa Hendra berubah," jawab gue dengan jujur.

"Lo suka sama Hendra?" tanya Sanaya serius tanpa adanya lelucon.

"Mungkin. Soalnya gue ngerasa kehilangan, apalagi semenjak dia berubah nggak jahil lagi sama gue, rasanya hidup gue ada yang kurang," jawab gue dengan nada kecewa.

"Kalau begitu kejar Hendra, dan biarkan Ary," ucap Sanaya sambil sesekali menyeruput minumannya.

"Kenapa harua gue yang ngejar?? Kenapa bukan Hendra??" ucap gue dengan kecewa.

"Karena itu kemauannya. Hendra ngelakuin itu agar lo bisa bersama dengan Ary. Namun ternyata lo malah jatuh ke pesona si gentong," ucap Sanaya sambil terkikik.

"Gue juga bingung, kenapa gue jadi pindah haluan ke Hendra?? Kenapa gue udah nggak cinta lagi sama Ary??"  balas gue pada Sanaya sambil mendengus.

"Karma is real," ucap Sanaya sambil tertawa.

"Makanya kalau benci jangan terlalu, sekarang tau kan akibatnya?? Jadi jatuh cinta sama orang yang lo benci," sambungnya sambil terkikik.

"Tau ah," balas gue sambil mendengus.

"Ki, kejar Hendra, jangan biarin dia karena dia sudah lama menunggu hal ini. Katakan kau mencintainya sebelum orang lain yang mengataknnya," ucap Sanaya dengan wajah seriusnya.

"Iya lo benar, kita belajar dari kisah Zahra dan Ary. Mereka saling mencintai, namun mereka terlalu pengecut untuk mengakuinya hingga takdir memisahkan mereka sebelum mereka saling menyatakan cintanya," balas gue pada Sanaya.

"Itu lo tai,"  ucap Sanaya sambil tersenyum tulus.

"Tau kaleee," balas gue mengoreksi si anak sultan Sanaya.

"Eh iyaa, setelah lulus lo mau kuliah di mana??" tanya gue serius.

"entah, mungkin ke UGM??" jawab Sanaya tidak yakin.

"Sama dong. Kita tuh emang sehati, ya nggak??" ucap gue sambil terkikik.

"Sa ae lu ceunah," balasnya sambil tertawa.

Malam ini gue lega, akhirnya masalah hati telah terselesaikan, dimana gue yang ternyata mencintai Hendra, dan Zahra yang mencintai Ary dengan tulus.

Zahra, gue harap lo tenang di sana, terima kasih atas kenangan lo selama ini, maafin gue yang sudah mencintai orang yang sama dengan lo.

Dan untuk Hendra, gue bakal perjuangin lo wahai gentong.

"Woy!!! Ngelamun bae lo,"  ucap Sanaya yang membuat gue kaget.

"Ngagetin lo," balas gue bersungut-sungut.

"Ngelamunin apa lo???" tanya Sanaya sambil mengalihkan pandangannya dari ponsel ke arah gue.

"Gue bingung mau berjuang dari mana buat dapetin Hendra," jawab gue lesu.

"Seloww bosquee, ada gue sama pacar yang bantuin," ucap Sanaya bangga sambil menepuk bahunya sendiri sombong.

"Beneran??!" balas gue sambil menatap Sanaya dengan pandangan tak percaya.

"Hmmm. Asal lo jadi babau gue, hahahahahahaha," ucap Sanaya sanbil tertawa.

"Nggak usah deh!!! Makasih!! Mending gue usaha sendiri," ucap gue sambil melengos agar tidak menatap wajah sombong Sanaya.

"ciaaaeellaah, gitu aja ngambek," balas Sanaya sambil terkikik meluhat reaksi gue.

"Dah lah, yook balik, dah malem," ucapnya sambil manarik tangan gue agar pergi dari kaffe milik keluarganya itu.


"Gue akan berjuang demi lo, itu kan yang lo mau???"
~Adzkia Ambar N.






Halo!!!!! Bagaimana kabar kaliaann???? Masih adakah yang baca cerita ini????😊

Jangan lupa vote dan comment🤗

See u😘 

RakSa (END)Where stories live. Discover now