Part 6. Confused & Answer

889 66 4
                                    

***

Ashmita baru saja selesai mandi tepat pada pukul sembilan pagi. Dia memilih untuk berendam di air hangat, untuk merilekskan pikirannya yang suntuk dan juga otot - otot tubuhnya yang terasa kaku. Ashmita mengusap - usapkan rambutnya yang basah dengan handuk, sambil berjalan mendekati jendela kamarnya. Dia menyampirkan handuknya ke bahu kanannya dan dengan perlahan dia mulai membuka jendela kamarnya dan segera menutup kedua matanya saat terpaan angin langsung saja menyambutnya. Ashmita kembali tersenyum kecut dan membuka matanya. Dia tahu pernikahan akan datang kepadanya dengan cepat ataupun lambat. Tentu saja.

Ashmita menatap sendu ke arah kedua keponakannya yang sedang bermain di halaman sebelah rumahnya. Rasanya Ashmita tidak rela untuk melepaskan masa mudanya dengan menikah bersama pria asing. Terlebih pengalaman menakutkan dengan pria asing itu. Membuat Ashmita tanpa sadar bergidik merasa ngeri. Ashmita segera berjalan meletakkan handuknya di balkon kamarnya. Menjemurnya. Lalu, Ashmita pun keluar dari dalam kamarnya. "Ashmita, ayo sarapan dulu..." ucap ibunya begitu setelah melihat Ashmita menuruni tangga rumah.

Ashmita berhenti dan menatap ibunya sejenak, sebelum kembali mengalihkan pandangannya ke depan. Lalu Ashmita menggelengkan kepalanya perlahan. "Tidak bu, aku akan makan nanti." jawabnya yang langsung saja melanjutkan langkahnya.

"Kau mau kemana, Ashmita?!"
Pertanyaan ibunya tidak dia jawab dan langsung saja pergi dari rumah. Dia butuh sedikit ketenangan saat ini. Dia ingin memikirkan semuanya terlebih dahulu, sehingga tidak akan ada jawabannya yang malah menyudutkan dirinya. Ashmita melangkahkan kedua kakinya menuju kebun buah mangga. Tempat yang paling pas menurutnya untuk merenungkan semuanya. Ashmita memilih pohon mangga yang ukurannya lebih besar dan juga tinggi. Ashmita tersenyum kecil melihat betapa tingginya pohon mangga itu.

Dengan perlahan dia mulai mengikat selendangnya, menyelempang. Lalu melepaskan sandalnya, dan mulai memanjat pohon mangga itu dengan perlahan dan sangat hati - hati. Ashmita seakan tidak merasa takut dengan ketinggian pohon mangga itu. Bahkan dia mulai mendudukkan dirinya tepat di dahan pohon yang kuat dan tebal. Mendudukkan dirinya dengan sangat nyaman disana. Ashmita menatap pemandangan yang dia dapatkan dari atas sana. Ashmita pun mulai menyandarkan tubuhnya. Menikmati setiap terpaan angin yang membuat pikirannya semakin meluas.

Ashmita membuka kedua matanya yang mulai berkaca - kaca. "Haruskah aku menerima lamaran itu?! Kenapa semuanya menjadi sangat sulit sekarang?!" gumam Ashmita bertanya pada dirinya sendiri.

Ashmita mengusap air mata yang jatuh ke pipinya. Dan mulai tersenyum kecil. "Jika memang dengan menerima lamaran ini akan membawa kebahagiaan untuk ayah, ibu, kakek, dan juga semua orang... Maka aku akan menerimanya. Setidaknya, aku tahu bahwa mereka sangat peduli tentang masa depanku."

Ashmita mengatupkan kedua telapak tangannya dan memejamkan kedua matanya. "Ya Dewa... Jika memang itu adalah jawabannya, tolong bantulah aku... Berikan aku sebuah petunjuk. Apapun petunjuk itu, untuk jawaban yang bisa aku dapatkan... Tolong, jangan biarkan aku meragu lagi sekarang... Berikan aku petunjuk..."

Ashmita menundukkan kepalanya dengan perlahan. Lalu mulai membuka kedua matanya dan menatap ke bawah pohon mangga yang ada di depannya. Ada sebuah bayangan disana. Bayangan seorang pria. Namun, Ashmita tidak bisa melihat siapa pria itu. Kedua kelopak matanya terus berkedip untuk menetralkan pandangan matanya. Namun, yang bisa dia lihat dari sosok bayangan pria itu hanyalah seringai yang tercipta di sudut bibir pria itu. Dan seketika kedua mata Ashmita membulat, begitu terkejut saat menyadari pria itu adalah pria asing yang selalu mengganggunya. Dia ingat betul dengan seringai yang tercipta di sudut bibir pria itu. Ashmita seketika merinding, meski dia tidak bisa melihat dengan jelas bagaimana wajah pria itu.

Black Heart ✔️Where stories live. Discover now