5 || Grandmother

4.2K 361 1
                                    

    
Selamat membaca dan menikmati kisah Binding Destiny

BAGIAN LIMA

    Malam yang mencekam seperti biasa dikerajaan kegelapan. Sudah hampir dua minggu kiranya Ares duduk di taman kerajaan dengan wajah lesu. Beberapa pegawai istana maupun prajurit yang semula hendak bertanya justru mengurungkan niatnya, ketika melihat aura abu-abu yang menyeruak dari Ares. Mereka tahu Ares tengah gelisah. Entah soal apa.

"Apa yang kau lakukan anakku?"

Thoro, Ayah Ares menyentuh bahu anaknya dengan pelan. Menyadari keresahan sang putra membuat Thoro berjalan kemari.

Ares menghela napasnya. "Apa Ayah dulu seperti ini?" tanyanya.

Thoro menaikkan alis bingung, lalu ikut duduk bersama Ares. Menikmati semilir angin malam. Ares menoleh pada sang Ayah lalu perlahan mulai berusaha menjelaskan. "Aku hanya khawatir, Ayah."

"Apa yang kau khawatirkan?"
  

Ares mendongak keatas, pada langit gelap tanpa setitik cahaya. "Soal Avner, dan ramalan itu," ucapnya, "Aku takut akan terjadi hal yang sangat buruk. Avner sepertinya tak akan mendengarkan apa pun yang aku katakan padanya. Avner sering mengabaikan pelatihan kerajaan, ia juga selalu pergi saat pagi dan baru kembali berhari-hari kemudian."

Thoro tersenyum paham mengerti akan kemana arah pembicaraan ini. "Kau takut Avner akan sepertimu dulu?"

"Apa Ayah dulu juga merasakan seperti ini?"

Thoro mengangguk membenarkan. Dulu saat ia mengetahui jika Ares dan loucy memiliki hubungan, perasaan Thoro gelisah bukan main. Ia takut jika hubungan terlarang keduanya akan berdampak pada kedua belah pihak kerajaan. Apalagi saat tahu jika Ares pergi meninggalkannya dan ikut bersama Loucy, membuat Thoro semakin sakit hati dan gelisah. Ia hanya mengkhawatirkan putranya, takut akan mendapat balasan berat karena melanggar aturan dunia. Bahwa selamanya, baik Loucy maupun Ares tak akan pernah bisa bersatu.

"Kau tahu, Nak. Aku dulu merasakan lebih dari ini aku merasakan bagaimana sakitnya saat di tinggalkan oleh darah dagingku sendiri. Aku merasa gelisah dan khawatir jika nantinya kau akan mendapat balasan berat karena melanggar hukum dunia. Aku sangat mengkhawatirkan mu."

Ares menoleh pada Ayahnya sambil tersenyum, selama ini ia berpikir jika sang Ayah tak mau melihatnya bahagia, dengan cara memilihkan begitu banyak wanita yang tak sesuai keinginan Ares. Agar ia bisa dengan cepat melupakan loucy yang jelas-jelas masih memiliki tempat tersendiri di hati Ares. Sampai kapan pun.

"Terimakasih sudah mengkhawatirkan ku, Ayah," ucap Ares tulus. Membungkukkan tubuh pada sang Ayah yang tengah tersenyum lalu perlahan pergi.

Thoro tahu pria seperti apa Ares itu. Ia tahu jika Ares pasti akan menyelesaikan masalahnya dengan baik, karena bagi Thoro, Ares adalah putranya yang paling hebat. Dan ia bangga memiliki Ares.

**

Maura membuka matanya perlahan, terpaan cahaya menyilaukan itu mengenai wajahnya. Maura menguap kecil lalu bangun perlahan. Ia menatap ke sekeliling, suasana rumah ini kembali sepi dan dingin. Ia bangkit dari ranjang, dengan tergesa menyusuri rumah sambil berteriak bak orang kesetanan.

"AYAH! AYAH!"

Maura berlari ke kamar utama, namun yang ada hanya kegelapan yang pengap. Ia menangis lalu berlari lagi menuju dapur, kamar mandi, halaman belakang bahkan ruang tamu. Namun semuanya sama. Kosong. Tak ada siapa pun disini selain Maura. Lalu, apa kemarin itu mimpi? Apa hanya halusinasi Maura saja? Namun mengapa rasanya begitu nyata, mengapa Maura dapat merasakan bagaimana hangatnya pelukan Dimas, mengapa Maura dapat merasakan bagaimana sabarnya Dimas menyuapi Maura. Mengapa semua itu terasa begitu nyata?

Binding destinyWhere stories live. Discover now